Sementara itu di dalam ruang pengadilan.Meski Edward adalah sang penguasa kegelapan sesungguhnya, tapi dia menolak hal tersebut dan memilih menyendiri dengan alasan bahwa dirinya tidak tertarik akan kekuasaan. Kendati begitu ada banyak kekhawatiran pada raja terdahulu yang takut jika suatu saat tahtanya di ambil dan keturunan tidak dapat melanjutkan tahtanya membuat aturan dengan membatasi kekuatan sang noblesse kecuali untuk urusan mendesak.Namun, suatu hari segelnya rusak dan kekuatan sang noblesse tiba-tiba melemah tanpa sebab. Hingga beberapa tahun kemudian salah satu anggota penjaga keseimbangan menemukan alasan atas melemahnya sang Noblesse.Sang tetua, Marko, langsung memerintahkan salah satu bawahannya untuk membunuh penyebab atas melemahnya sang noblesse tapi siapa sangka, pria itu mati di tangan salah satu bawahan Edward.Di dampingi oleh ibu suri agung, Edward berdiri mendengar keputusan para anggota penjaga keseimbangan dunia vampir atas pelanggarannya yang telah me
Sementara itu. . . Meski rencananya beberapa kali terus mengalami kegagalan, tapi Teresa yakin, bahwa kali ini Alona dan putranya yang menyebalkan itu tidak akan selamat dari kematian yang sudah menunggu mereka di depan mati dan dirinya bisa menghirup kembali udara kebebasan yang telah di rindukannya, meski sangat di sayangkan ayah tirinya pasti akan mati karena kebodohannya, tapi ia tak peduli. Lagi pula dengan identitas nya sekarang, ia mampu menghidupi ibunya dengan kehidupan mewah dan untuk putrinya, ia yakin akan ada pria yang lebih baik dan pantas dari Elios.Sayangnya, saat ini dirinya masih belum bisa merayakannya karena dirinya harus merawat ibunya yang terluka karena serangan ayah tirinya, serta suaminya yang di tahan di dalam istana untuk suatu alasan. Semoga saja suaminya bisa bebas dari segala jenis tuduhan. Kendati begitu, suasana hatinya sedang dalam keadaan paling baik. Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba pintu ruangan di ketuk." Yang Mulia. Ini saya, Regas. "Tanpa menoleh
Setelah dinyatakan bebas, Alona, Elios beserta Enes Tikta berjalan keluar bersama-sama dari gedung penjara. Enes Tikta sekarang tersadar bahwa kala itu yang kesepian itu bukanlah putrinya tapi dirinya sendiri, karena egonya ini membuat putri kesayangannya menderita. Untuk memperbaiki kesalahannya, ia berjanji akan memulai kembali kehidupan baru bersama dengan putrinya, tentunya ia akan menceraikan Melina terlebih dahulu sekaligus berjanji akan mengembalikan martabat putrinya seperti dulu. Tapi tiba-tiba langkah kaki mereka terhenti, saat sosok Edward yang menarik perhatian, tengah berdiri di depan penjara bersama dengan Viona yang tampak tengah menunggu kedatangan mereka.Elios yang melihat sosok Edward, langsung berlari menghampiri sang Ayah kemudian memeluknya erat dengan senyuman manis di wajahnya, kepalanya menoleh menatap Alona, " Mama benarkan apa yang aku katakan? Ayah pasti akan membebaskan kita, " ujarnya dengan perasaan bahagia.Alona pun hanya tersenyum yang terlihat di pak
Alona hanya terdiam bak sebuah boneka patung, memikirkan nasib putranya yang kini tengah berlatih keras untuk meningkatkan kekuatannya untuk menggantikan posisi ayahnya, padahal dia seharusnya tengah menikmati masa kanak-kanaknya dan bukan berlatih mati-matian, sebenarnya apa yang sedang ia lakukan? Mengapa dirinya hanya berdiam diri membiarkan putranya berjuang sendiri? Sungguh Alona merasa bahwa apa yang menimpa Elios sekarang adalah salahnya, tak sepatutnya putranya menanggung kembali hukuman atas kesalahannya.Jika tahu seperti ini, bukankah mereka lebih baik menerima hukuman mati pada waktu itu? Setidaknya ia tak perlu merasa cemas dengan kondisi atau masa depan Elios.Apa kehadiran mereka sungguh sebuah kesalahan? Jika benar begitu, lantas mengapa mereka terlahir ke dunia ini? Andai saja bisa memilih, pasti mereka tak akan pernah meminta terlahir ke dunia ini dengan keadaan seperti ini." Alona! "Tubuh Alona tersentak lalu tersadar dari lamunannya, kedua matanya menatap sa
Setelah Alona dan Elios pergi, raut wajah Edward berubah menjadi seratus delapan puluh derajat, dengan wajah seriusnya ia mengatakan bahwa dirinya sudah menemukan siapa dalang di balik semua masalah yang ada di kerajaan vampir, baik dari adanya obat-obatan terlarang itu yang ternyata memiliki hubungan dengan kelompok jubah putih yang sudah lama mengincar Elios.Ia menyakini bahwa dalang dari semua itu adalah Fako yang merupakan pengikut setia saudara kembarnya, Edric Vanheil.Tak banyak yang tahu atau mungkin sebagian sudah melupakan bahwa dulunya, dunia Vampir di jaga oleh dua Noblesse yaitu Edward dan Edric yang tercipta atas keinginan para Vampir yang kala itu sedang di landa perasaan putus asa ketika kaum mereka hampir musnah di bantai oleh bangsa serigala.Setelah memenangkan peperangan tersebut, dunia Vampir pun kembali memulai kehidupan dari awal lagi, mereka membangun segalanya dari nol.Seiring berjalannya waktu, bangsa Vampir pun mulai menemukan peradaban baru, namun ka
Sementara itu, Zaiden tengah menerima hukumannya atas perbuatannya bersama dengan sang ayah atas perintah ibu suri agung, keduanya di kurung di ruangan terpisah dengan setumpuk buku Etika kerajaan yang harus mereka salin sebanyak seratus kali, hal ini di lakukan agar mereka bisa merenungi kesalahan mereka dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya Zaiden dan Raja Orland tak bisa menolak perintah ibu suri agung yang merupakan pemilik tahta tertinggi di kerajaan vampir.Selama seharian, Zaiden di kurung tanpa di izinkan siapapun masuk kecuali pelayan yang mengantarkan makanan, bahkan Teresa pun di larang keras untuk menemui suaminya untuk alasan apapun dan selama masa hukumannya itu Zaiden merenungi kesalahannya, namun tiba-tiba sakit kepala yang sering dirasakannya akhir-akhir ini semakin terasa sangat sakit dari pada sebelumnya.Tangannya memegangi kepalanya dengan kuat, hingga dirinya jatuh pingsan. Saat tersadar Zaiden merasa ada yang berbeda dengan dirinya, sakit kepalanya
Elios pov.Di akademi.Sejak mengetahui identitas asli dari Ayah Elios, semua murid di akademi memutuskan untuk menjauhi Elios, mereka terlihat semakin enggan untuk mendekatinya, bahkan untuk menyapa pun seluruh tubuh mereka gemetar ketakutan, takut jika Elios tiba-tiba mengendalikan darah mereka lalu membunuh mereka tanpa pandang bulu, mengingat sikap mereka terhadap Elios saat mengetahui bahwa Elios adalah anak di luar nikah.Sebagian dari orang tua murid akademi yang memutuskan untuk memindahkan anak-anak mereka, sedangkan bagian lainnya memutuskan untuk tetap menyekolahkan anak mereka, berharap jika putra mereka bisa berteman baik dengan Elios dan memberi mereka jalan untuk bisa lebih dekat lagi dengan kursi bangsawan kelas atas.Kendati begitu, anak-anak mereka memutuskan untuk melawan orang tua mereka dengan menjauhi Elios.Sejujurnya Elios tak keberatan sama sekali dengan pilihan mereka untuk menjauhinya, tapi ketakutan mereka yang berlebihannya membuatnya malu, karena rumor
" Kenapa? Apa kamu terkejut karena aku berani memukul mu? " Kata Tomi dengan nada mengejek, ia berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada.Elios masih terdiam terduduk sambil memegangi perutnya yang sakit, kedua matanya menatap marah pada Tomi, ia masih tak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran lelaki itu.Perlahan Elios bangkit dari posisi duduknya, lalu mencoba untuk tenang, mungkin saja dirinya telah melakukan kesalahan yang tidak di sadari pada lelaki itu, kedua matanya menatap lekat pada pria itu kemudian mencoba untuk kembali bertanya, " katakan, apa yang terjadi pada mu? Kenapa kamu memukul ku? Apa salah ku? Bisakah kita membicarakannya secara perlahan? "Bukannya menjawab, Tomi malah memukul elios kembali, hingga tubuh bocah lelaki itu terpental cukup jauh dan menghantam sebuah pohon besar yang berada tak jauh di belakang punggungnya, " berisik banget sih. Sebagai pria sejati seharusnya kamu tak banyak bicara, terlebih lagi kita ini sedang bertarung, " jelas To
flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin
" Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya
Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da
Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera