Karena sikapnya itu, setibanya di rumah, Zaiden kembali memarahi Teresa sekaligus memintanya untuk menjaga sikap. Sebab ia tak ingin putrinya menjadi bahan omongan di luar sana karena sikap ibunya." Tapi mereka dulu yang. . ." Cukup! Tolong jangan uji kesabaran ku lagi, maaf malam ini sepertinya aku akan bermalam di kantor, " Zaiden pun pergi meninggalkan kediamannya begitu saja, meninggalkan sang istri dan anak di rumah.Mendapat perlakuan sang suami yang kembali bersikap dingin, membuatnya merasa sangat sakit hati hingga menangis.Mengapa tak ada satu pun yang mau berdiri di sampingnya? Bahkan suaminya malah memilih pergi dan bukannya berusaha untuk menenangkannya, Padahal dirinya hanya memberi pelajaran pada orang-orang yang selalu memandang rendah terhadapnya. Setelah puas melampiaskan amarahnya, tak lama kemudian ia meminta Regas untuk menemaninya ke suatu tempat yang mana tempat itu hanya di ketahui oleh dirinya saja.Awalnya Teresa berniat akan mengakhiri kisah terlarangny
Karena kejadian kemarin, Teresa kemudian memerintahkan Regas untuk tidak mendekati atau pun menyentuh tanpa seizinnya, jika melanggar maka ia akan memberi tahu semua klan vampir bahwa dia telah memperkosa istri sang putra mahkota yang pastinya hukumannya akan sangat berat termasuk hukuman mati untuk bayi di dalam kandungan itu yang merupakan aib bagi keluarga.Mendengar hal tersebut, kedua bola mata Regas terbelalak, ia bersujud memohon sambil meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi, tapi dengan syarat, bayinya harus lahir dan sehat dengan selamat." Tentu saja, selama mulut mu itu tidak membongkarnya, akan ku jadikan dia sebagai anak yang paling bahagia, " ungkapnya penuh keyakinan, " kalau begitu bagaimana dengan penyelidikan mu? Apakah kamu sudah menemukan anak itu? "Dengan perasaan sedih, Regas mengatakan bahwa selama ini Alona tidak pernah pergi ke tempat mencurigakan atau pun terlihat berinteraksi dengan anak lelaki mana pun. Yang ada dia malah semakin populer s
Setelah pertemuannya dengan Shora, bukannya mendapat solusi, Teresa malah merasa kepalanya akan pecah saat itu juga, bagaimana tidak? Niatnya ia ingin mendapat solusi agar kakak tirinya bisa keluar dari hidupnya untuk selama-lamanya, tapi pria itu malah menolak permintaannya sebelum ia membawa anak dari kakak tirinya yang sampai sekarang keberadaannya masih belum di temukan, jika dalam tiga bulan anak itu belum ketemu, maka pria itu akan membongkar semua kejahatannya pada publik.Tentu saja Teresa tak ingin semua itu terjadi, tapi dirinya sungguh tak tahu harus mencari bocah itu kemana lagi, bahkan Regas si pria tak berguna itu juga tak bisa menemukannya dimana-mana.Teresa pun penasaran, sebenarnya dimana kakaknya menyembunyikannya? Apa mungkin Shora telah menipunya karena dia sudah tak ingin membantunya lagi? Tok! Tok! Tok! Tiba-tiba sebuah bunyi ketukan di pintu kamar menyadarkan Teresa dari lamunannya, ia menoleh dan mendapati sang ibu yang telah berdiri di depan pintu denga
Saat ini Elios merasa bahwa dirinya adalah anak yang paling berbahagia saat ini, pasalnya ia tak perlu lagi bersembunyi memperhatikan ibunya dari kejauhan hanya hanya untuk melepas rindu, sebab hari ini ibunya mengatakan akan membawanya ke rumah kakeknya yang sudah lama ingin ditemuinya.Sepanjang jalan, jantung Elios berpacu dengan sangat cepat karena takut dan cemas karena ini adalah kali pertamanya ia berhadapan dengan sang kakek.Alona yang menyadari hal tersebut, menggenggam tangan putranya, berusaha untuk menenangkannya. Elios menolehkan kepalanya lalu menatap wajah sang ibu dengan perasaan cemas.Tangan Alona pun semakin kuat menggenggam telapak tangan anaknya, sembari mengatakan bahwa tak akan terjadi apapun selama ada ia di sisinya.Elios pun tersenyum dan akan mengucapkan terima kasih.Tapi tiba-tiba kereta yang dinaikinya tiba-tiba terhenti mendadak begitu saja, beberapa saat kemudian, Alona merasa udara di sekitarnya terasa sangat dingin menusuk tulang, bahkan seluruh tub
Sepanjang jalan, Alona terus berlari dengan Elios di pelukannya, meski di dalam hatinya ia merasa sangat bersalah karena tak bisa berbuat apapun, tapi ia juga tak bisa membiarkan Eliosnya di ambil oleh pria itu.Di sisi lain, Elios hanya terdiam dengan pasrah ketika ibunya membawanya pergi menjauh dari ayahnya..Elios tahu bahwa ayahnya sudah tidak sekuat dahulu yang sering Lipe ceritakan setiap pria itu mengajarinya cara mengendalikan kekuatannya, dia berkata bahwa semua kekuatan ayahnya sudah di bagikan kepada dirinya dan juga ibunya saat berada di ambang kematian.Saat mendengar hal tersebut, Elios merasa sedih tapi juga merasa bahwa ayahnya itu adalah seorang pria sejati yang tanpa ragu mengorbankan nyawanya untuk orang yang paling dicintainya. Kendati begitu Elios tak bisa berbuat apa-apa saat Ayahnya tengah kesulitan, sebab Lipe melarangnya untuk menggunakan kekuatannya sebelum menguasainya dengan benar, karena menurut Lipe, tipe kekuatannya sangat mirip sekali dengan Ay
Edward tak menyangka bahwa efek dari obat yang di minum oleh pria itu ternyata terlalu kuat hingga membuat penggunanya tidak merasakan sakit sama sekali meski pun sebagian dari organ dalamnya telah hancur, tapi dia masih mampu berdiri bahkan mampu menyerang balik ke arahnya dan membuat dinding es agar dirinya tak bisa pergi kemana pun.Dari kejauhan ia melihat dan merasakan kekuatan yang cukup kuat dari seorang pria bertubuh kekar tengah berhadapan melawan istrinya bahkan membuatnya terluka cukup serius, Tentunya sebagai seorang suami sekaligus seorang ayah, Edward tak bisa tinggal diam membiarkan istrinya berjuang melawan monster itu seorang diri.Edward merasa bahwa keberadaannya sangat tidak berguna, kendati begitu ia tak ingin tenggelam dari perasaan itu, dirinya akan membuktikan pada orang-orang itu bahwa mereka telah memilih lawan yang salah.Kali ini dirinya sudah tak ingin bermain-main lagi dengan pria yang sudah sekarat, ia berniat pergi untuk menghampiri anak dan istri
Setelah Viona mengalahkan Busto, Alona yang baru saja selesai di obati langsung berjalan menghampiri Edward yang tengah berjalan kearahnya, tanpa ragu ia menghamburkan diri memeluk pria itu dengan perasaan lega. Untuk sesaat ia berfikir bahwa dirinya tak akan pernah lagi bisa memeluk tubuh pria itu selamanya. Tetapi, tampaknya semesta masih mengijinkan mereka untuk bersama.Edward yang memiliki perasaan sama, membalas pelukan itu, ia pun sempat berpikir bahwa dirinya tak akan pernah memeluk tubuh Alona lagi. Ia tak pernah menduga, bahwa wanita di dalam pelukannya ini akan membalas perasaanya, padahal hubungan ini di dasari hanya untuk membalas dendam saja, tapi apakah dia masih bisa mencintainya setelah tahu bahwa dirinya lah penyebab semua luka di hatinya itu." Maaf menyela momen romantis kalian, tapi Alona dan Elios harus segera kembali, sebelum petugas kerajaan menyadari kejadian ini, " ungkap Dokter Alvin.Dengan perasaan malu dan sedikit tidak rela, Alona pun melepaskan diri
Karena perkataan Alona beberapa saat lalu membuat Teresa tak bisa tidur semalaman dan mengalami tekanan batin, di tambah ketidakhadiran Zaiden di sampingnya karena masalah kerjaan membuatnya semakin tertekan dan memilih untuk melampiaskannya dengan meminum alkohol.Kendati begitu, minuman itu tidak memberikannya efek apapun dan malah membuatnya sakit kepala, pada akhirnya ia memilih membanting botol wine itu hingga hancur berkeping-keping sambil berteriak melampiaskan rasa kekesalannya.Tak lama kemudian, Regas yang mendengar suara ribut dari kamar Teresa langsung bergegas ke sana dan berusaha untuk menenangkannya.Namun usahanya sia-sia, karena Teresa dengan cepat mengusir semua orang dari dalam kamarnya termasuk putrinya sendiri. Setelah mengusir semua orang dari dalam kamarnya, Teresa pun terduduk di sofa yang ada di kamarnya, berusaha untuk menenangkan pikirannya yang kacau.Sampai saay ini dirinya masih tidak percaya bahwa bocah jenius itu adalah anak dari kakak tirinya, me
flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin
" Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya
Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da
Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera