Enes Tikta sungguh tak menduga dengan apa yang baru saja terjadi tepat di depan matanya, seluruh tubuhnya membeku menatap tubuh San yang perlahan menjadi abu, tak lama kemudian ia pun tersadar dari lamunannya ketika seorang penjaga berteriak mengatakan bahwa kedua tahanan yang lainnya tiba-tiba menjadi abu. Mendengar hal tersebut, Enes Tikta pun bergegas bangkit dari posisi duduknya untuk melihat kedua tahanan itu, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat mereka benar-benar telah berubah menjadi abu. Kedua kakinya tiba-tiba menjadi lemas, ia tak mengerti mengapa mereka semua mati di waktu yang bersamaan, padahal selama ini dirinya memastikan bahwa tidak akan ada yang bisa membunuh mereka, atau jangan-jangan masih ada pengkhianat di sini.Sementara itu, Zaiden merasa tidak terkejut sama sekali dengan berita kematian ketiga menteri itu, karena ia merasa hal ini akan terjadi cepat lambat. Seperti dugaan Enes Tikta masih ada pengkhianat diantara mereka." Tapi apa tujuan mereka berkhi
" Ayah, menurut mu Elios dan lainnya baik-baik saja? Kenapa aku masih belum mendengar kedatangan mereka? " Tanya putri semata wayangnya, Zaiden tersenyum simpul kemudian mengatakan bahwa mereka baik-baik saja sambil meminum teh yang telah dituangkan oleh putri terkasihnya, meski ia tahu bahwa putri cantiknya sangat tidak suka di bohongi, tapi dirinya tak punya pilihan. karena jika putrinya mengetahui yang sesungguhnya pastinya gadis itu akan pergi mencarinya sendiri dan hal itulah yang paling di antisipasi olehnya. Ia tak ingin membuat putri semata wayangnya jatuh ke dalam bahaya, sama saat seperti putrinya mencari ibu dan adik kandungnya yang menghilang saat itu.Meski ibunya bukanlah orang baik, tapi sebagai seorang anak, Clarissa tentunya sangat sedih ketika mengetahui bahwa ibunya pergi membawa adiknya dan meninggalkan dirinya.Butuh banyak waktu untuk membuatnya pulih dari kondisi depresi dan ikhlas menerima kepergian adik dan ibunya yang sampai saat ini belum bisa dipastikan bahw
" Tuan Putri, tak bisakah kita kembali ke istana? Hamba takut jika Raja tahu dan menghukum saya. " Ujar Neti pelayan setia yang mengikuti Clarissa pergi. Dengan bermodalkan tekad dan keberanian, Clarissa memutuskan untuk mencari tahu sendiri kabar dari Elios, Setelah menyadari bahwa Elios berada dalam bahaya, Clarissa memutuskan untuk menemui dan membantunya meski dirinya bukanlah vampir yang kuat tapi ia harap dengan kehadirannya bisa membantunya meski pun hanya sedikit.Awalnya Clarissa ingin pergi mencari Elios sendiri, tapi siapa sangka rencananya langsung diketahui oleh Neti. Tentunya wanita itu bersikeras melarangnya pergi. Tapi bukan Clarissa namanya jika tidak keras kepala.Dengan terpaksa, wanita itu pun hanya bisa ikut untuk melindunginyaSeperti yang dikatakan oleh Neti, jika ayahnya tahu maka mereka berdua akan tamat, kendati begitu Clarissa tidak peduli karena dirinya ingin membantu pria itu meski pun harus berkorban nyawa untuknya.Sementara itu Neti tak bisa berhenti me
" Paman, bisakah kamu membawaku bersama mu? Aku yakin ayah pasti tak akan marah. " Kata-kata Clarissa itu mampu membuat kedua mata Neti melotot seakan-akan matanya seperti akan keluar, dia tak percaya dengan apa yang di katakan oleh majikannya, apa dia tak mendengar ucapan Enes Tikta? Ayahnya sudah tahu tentang pelarian mereka berdua. Jadi sebaiknya mereka harus segera kembali sebelum pria itu semakin marah besar.Namun, tampaknya majikannya ini tidak kenal takut atau mungkin dia terlalu percaya diri bahwa ayahnya tak akan memberinya hukuman, lantas bagaimana dengan nasibnya? Apakah nyawanya sungguh tidak berarti?!" Maaf, aku menolaknya dengan tegas, bukan apa-apa aku hanya tak ingin orang lain mencampuri urusan keluarga ku. " Enes Tikta pun bangkit dari posisi duduknya untuk melanjutkan kembali perjalanannya, ia sungguh tak ingin orang lain mencampuri urusan keluarganya terlebih lagi dirinya sudah tidak mempercayai siapapun selain dirinya, jika semua orang menginginkan cucunya mati m
" Neti! " Pekik Clarissa sambil berlari menghamburkan diri memeluk wanita yang baru terbangun dari pingsannya, wanita itu sedikit kebingungan dengan reaksi majikannya tapi juga merasa tersentuh karena ternyata dia sangat peduli padanya. Namun, tiba-tiba kedua matanya menangkap sosok wanita asing tapi terlihat begitu akrab dengannya, tapi anehnya ia lupa dimana mereka pernah bertemu atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Sadar akan arti tatapan Neti, Clarissa segera menjelaskan bahwa wanita di depan mereka ini yang telah menyelamatkan mereka dari kematian.Neti pun segera berterima kasih pada wanita di depannya lalu meminta Clarissa untuk menghentikan perjalanan dan kembali ke kerajaan kemudian meminta ampun pada sang Raja atas tindakan mereka. Kejadian ini seharusnya membuatnya sadar bahwa dengan kekuatan mereka saat ini sama sekali tidak bisa menyelamatkan Elios yang ada mereka akan mati untuk kedua kalinya, lagi pula pria itu memiliki Enes Tikta, sang jendral paling kuat pada mas
Sementara itu Elios tengah membantu Timi mengurus ternak, selama ini dirinya hanya bisa patuh pada semua perintah yang di ucapkan oleh Fako maupun Tomi selain tak punya pilihan lain, dirinya juga tak ingin membuat orang lain di sekitarnya tersakiti karena berada di sisinya, ia yakin dengan kemampuannya saat ini pasti bisa menghancurkan sekaligus membunuh Fako dengan kedua tangannya.Namun, untuk saat ini dirinya tak perlu tergesa-gesa membunuh pria itu karena ada baiknya ia melihat semua rencana pria itu, meski pria itu sudah mengatakan tujuannya yang ingin membangkitkan monster yang berada di wilayah para goblin untuk menyerang bangsa vampir dan memusnahkan mereka semua tapi entah kenapa ia merasa ada beberapa ucapannya yang terdengar seperti sebuah kebohongan.Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu, tapi satu hal yang pasti pria itu sangat sulit di tebak, misalnya seperti saat pertama kali ia sampai di tempat ini pria itu terlihat begitu akrab dengan anak-anak goblin bahkan de
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya hari yang di tunggu telah tiba di mana bulan dan matahari akan menyatu dan di saat itu upacara pembangkitan pun akan segera di mulai.Para Goblin berkumpul dalam satu tempat untuk melakukan upacara pembangkitan yang mana Fako sebagai pemimpin upacara tersebut. Meski Fako bukanlah seorang Goblin tetapi dengan kharisma yang di milikinya ia mampu menarik hati para Goblin dan menjadikannya sebagai pemimpin. " Elios, aku sungguh senang kamu mengerti perasaan kami, semoga usaha kita bersama membuahkan hasil. " Kata Fako sambil mengulurkan tangannya ke arah Elios. Elios pun tanpa ragu mengambil uluran tangan itu.Kedua pun berjalan menuju altar yang sudah di siapkan sebelumnya, Fako kemudian mengeluarkan sebilah pisau dan tanpa ragu menyayat telapak tangan Elios, darah pun mengalir dan perlahan mengisi formasi yang ada di bawah kaki mereka.Secara ajaib, Formasi itu mengeluarkan cahaya merah, di detik berikutnya bumi pun mulai bergetar hebat, kendati
Tiba-tiba seorang prajurit datang menghampiri mereka, prajurit itu menatap curiga pada Tomi dan juga Elios, dia kemudian bertanya sosok yang sedang berbicara dengan mereka beberapa saat yang lalu Elios dan Tomi pun dengan kompak berkata bahwa tidak ada orang lain selain mereka.Namun, tampaknya prajurit itu tidak langsung mempercayai dua vampir di depannya, karena ia yakin mendengar suara seorang pria tua, bahkan pria tua itu terdengar sedang memarahi seseorang jadi sangat tidak mungkin bahwa dirinya salah mendengar.Spontan Elios dan Tomi pun saling bertukar pandang lalu menganggukkan kepala mereka secara bersamaan, lalu mereka pun bergerak cepat dan memukul tengkuk pria itu hingga jatuh pingsan. Tak lama kemudian Enes Tikta pun keluar dari persembunyiannya." Ka. . maksudku tuan Enes, aku tahu kamu mungkin tak akan mempercayai kata-kata ku, tapi aku sungguh ingin membantu Elios. " Kata Tomi seraya meyakinkan bahwa dirinya sungguh di pihak mereka berdua, alasan ia melakukan semua i
flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin
" Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya
Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da
Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera