Setiap hari ketiga menteri itu selalu mendapatkan siksaan untuk mengungkap siapa dalang di balik mereka, akan tetapi kesetiaan mereka begitu kuat hingga mampu bertahan dari siksaan itu bahkan tanpa memberi mereka darah sedikit pun.Begitu pun dengan Zaiden, ia tak pernah kehabisan akal untuk menyiksa mereka bahkan siksaan itu akan lebih kejam setiap harinya, rasanya lebih baik mati dari pada terus hidup.Menjelang hari ke empat, Enes Tikta datang dan meminta Zaiden untuk memisahkan ketiga menteri itu karena ia ingin berbicara dengan San, sang menteri pangan.Meski dirinya bukanlah menteri lagi, tapi hubungan mereka berdua masih terjalin erat, apalagi mengingat San adalah orang pertama yang merestui hubungannya dengan Kalina, mendiang ibu Alona. Sebagai teman lama tentu ia tak tega melihatnya terus di siksa seperti ini.Enes Tikta pun kemudian memerintahkan seorang penjaga untuk melepaskan ikatan San, ia kemudian memberi San sebotol berisikan darah hewan segar.San tak langsung mem
Enes Tikta sungguh tak menduga dengan apa yang baru saja terjadi tepat di depan matanya, seluruh tubuhnya membeku menatap tubuh San yang perlahan menjadi abu, tak lama kemudian ia pun tersadar dari lamunannya ketika seorang penjaga berteriak mengatakan bahwa kedua tahanan yang lainnya tiba-tiba menjadi abu. Mendengar hal tersebut, Enes Tikta pun bergegas bangkit dari posisi duduknya untuk melihat kedua tahanan itu, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat mereka benar-benar telah berubah menjadi abu. Kedua kakinya tiba-tiba menjadi lemas, ia tak mengerti mengapa mereka semua mati di waktu yang bersamaan, padahal selama ini dirinya memastikan bahwa tidak akan ada yang bisa membunuh mereka, atau jangan-jangan masih ada pengkhianat di sini.Sementara itu, Zaiden merasa tidak terkejut sama sekali dengan berita kematian ketiga menteri itu, karena ia merasa hal ini akan terjadi cepat lambat. Seperti dugaan Enes Tikta masih ada pengkhianat diantara mereka." Tapi apa tujuan mereka berkhi
" Ayah, menurut mu Elios dan lainnya baik-baik saja? Kenapa aku masih belum mendengar kedatangan mereka? " Tanya putri semata wayangnya, Zaiden tersenyum simpul kemudian mengatakan bahwa mereka baik-baik saja sambil meminum teh yang telah dituangkan oleh putri terkasihnya, meski ia tahu bahwa putri cantiknya sangat tidak suka di bohongi, tapi dirinya tak punya pilihan. karena jika putrinya mengetahui yang sesungguhnya pastinya gadis itu akan pergi mencarinya sendiri dan hal itulah yang paling di antisipasi olehnya. Ia tak ingin membuat putri semata wayangnya jatuh ke dalam bahaya, sama saat seperti putrinya mencari ibu dan adik kandungnya yang menghilang saat itu.Meski ibunya bukanlah orang baik, tapi sebagai seorang anak, Clarissa tentunya sangat sedih ketika mengetahui bahwa ibunya pergi membawa adiknya dan meninggalkan dirinya.Butuh banyak waktu untuk membuatnya pulih dari kondisi depresi dan ikhlas menerima kepergian adik dan ibunya yang sampai saat ini belum bisa dipastikan bahw
" Tuan Putri, tak bisakah kita kembali ke istana? Hamba takut jika Raja tahu dan menghukum saya. " Ujar Neti pelayan setia yang mengikuti Clarissa pergi. Dengan bermodalkan tekad dan keberanian, Clarissa memutuskan untuk mencari tahu sendiri kabar dari Elios, Setelah menyadari bahwa Elios berada dalam bahaya, Clarissa memutuskan untuk menemui dan membantunya meski dirinya bukanlah vampir yang kuat tapi ia harap dengan kehadirannya bisa membantunya meski pun hanya sedikit.Awalnya Clarissa ingin pergi mencari Elios sendiri, tapi siapa sangka rencananya langsung diketahui oleh Neti. Tentunya wanita itu bersikeras melarangnya pergi. Tapi bukan Clarissa namanya jika tidak keras kepala.Dengan terpaksa, wanita itu pun hanya bisa ikut untuk melindunginyaSeperti yang dikatakan oleh Neti, jika ayahnya tahu maka mereka berdua akan tamat, kendati begitu Clarissa tidak peduli karena dirinya ingin membantu pria itu meski pun harus berkorban nyawa untuknya.Sementara itu Neti tak bisa berhenti me
" Paman, bisakah kamu membawaku bersama mu? Aku yakin ayah pasti tak akan marah. " Kata-kata Clarissa itu mampu membuat kedua mata Neti melotot seakan-akan matanya seperti akan keluar, dia tak percaya dengan apa yang di katakan oleh majikannya, apa dia tak mendengar ucapan Enes Tikta? Ayahnya sudah tahu tentang pelarian mereka berdua. Jadi sebaiknya mereka harus segera kembali sebelum pria itu semakin marah besar.Namun, tampaknya majikannya ini tidak kenal takut atau mungkin dia terlalu percaya diri bahwa ayahnya tak akan memberinya hukuman, lantas bagaimana dengan nasibnya? Apakah nyawanya sungguh tidak berarti?!" Maaf, aku menolaknya dengan tegas, bukan apa-apa aku hanya tak ingin orang lain mencampuri urusan keluarga ku. " Enes Tikta pun bangkit dari posisi duduknya untuk melanjutkan kembali perjalanannya, ia sungguh tak ingin orang lain mencampuri urusan keluarganya terlebih lagi dirinya sudah tidak mempercayai siapapun selain dirinya, jika semua orang menginginkan cucunya mati m
" Neti! " Pekik Clarissa sambil berlari menghamburkan diri memeluk wanita yang baru terbangun dari pingsannya, wanita itu sedikit kebingungan dengan reaksi majikannya tapi juga merasa tersentuh karena ternyata dia sangat peduli padanya. Namun, tiba-tiba kedua matanya menangkap sosok wanita asing tapi terlihat begitu akrab dengannya, tapi anehnya ia lupa dimana mereka pernah bertemu atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Sadar akan arti tatapan Neti, Clarissa segera menjelaskan bahwa wanita di depan mereka ini yang telah menyelamatkan mereka dari kematian.Neti pun segera berterima kasih pada wanita di depannya lalu meminta Clarissa untuk menghentikan perjalanan dan kembali ke kerajaan kemudian meminta ampun pada sang Raja atas tindakan mereka. Kejadian ini seharusnya membuatnya sadar bahwa dengan kekuatan mereka saat ini sama sekali tidak bisa menyelamatkan Elios yang ada mereka akan mati untuk kedua kalinya, lagi pula pria itu memiliki Enes Tikta, sang jendral paling kuat pada mas
Sementara itu Elios tengah membantu Timi mengurus ternak, selama ini dirinya hanya bisa patuh pada semua perintah yang di ucapkan oleh Fako maupun Tomi selain tak punya pilihan lain, dirinya juga tak ingin membuat orang lain di sekitarnya tersakiti karena berada di sisinya, ia yakin dengan kemampuannya saat ini pasti bisa menghancurkan sekaligus membunuh Fako dengan kedua tangannya.Namun, untuk saat ini dirinya tak perlu tergesa-gesa membunuh pria itu karena ada baiknya ia melihat semua rencana pria itu, meski pria itu sudah mengatakan tujuannya yang ingin membangkitkan monster yang berada di wilayah para goblin untuk menyerang bangsa vampir dan memusnahkan mereka semua tapi entah kenapa ia merasa ada beberapa ucapannya yang terdengar seperti sebuah kebohongan.Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu, tapi satu hal yang pasti pria itu sangat sulit di tebak, misalnya seperti saat pertama kali ia sampai di tempat ini pria itu terlihat begitu akrab dengan anak-anak goblin bahkan de
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya hari yang di tunggu telah tiba di mana bulan dan matahari akan menyatu dan di saat itu upacara pembangkitan pun akan segera di mulai.Para Goblin berkumpul dalam satu tempat untuk melakukan upacara pembangkitan yang mana Fako sebagai pemimpin upacara tersebut. Meski Fako bukanlah seorang Goblin tetapi dengan kharisma yang di milikinya ia mampu menarik hati para Goblin dan menjadikannya sebagai pemimpin. " Elios, aku sungguh senang kamu mengerti perasaan kami, semoga usaha kita bersama membuahkan hasil. " Kata Fako sambil mengulurkan tangannya ke arah Elios. Elios pun tanpa ragu mengambil uluran tangan itu.Kedua pun berjalan menuju altar yang sudah di siapkan sebelumnya, Fako kemudian mengeluarkan sebilah pisau dan tanpa ragu menyayat telapak tangan Elios, darah pun mengalir dan perlahan mengisi formasi yang ada di bawah kaki mereka.Secara ajaib, Formasi itu mengeluarkan cahaya merah, di detik berikutnya bumi pun mulai bergetar hebat, kendati