Setelah menunggu cukup lama, akhirnya hari yang di tunggu telah tiba di mana bulan dan matahari akan menyatu dan di saat itu upacara pembangkitan pun akan segera di mulai.Para Goblin berkumpul dalam satu tempat untuk melakukan upacara pembangkitan yang mana Fako sebagai pemimpin upacara tersebut. Meski Fako bukanlah seorang Goblin tetapi dengan kharisma yang di milikinya ia mampu menarik hati para Goblin dan menjadikannya sebagai pemimpin. " Elios, aku sungguh senang kamu mengerti perasaan kami, semoga usaha kita bersama membuahkan hasil. " Kata Fako sambil mengulurkan tangannya ke arah Elios. Elios pun tanpa ragu mengambil uluran tangan itu.Kedua pun berjalan menuju altar yang sudah di siapkan sebelumnya, Fako kemudian mengeluarkan sebilah pisau dan tanpa ragu menyayat telapak tangan Elios, darah pun mengalir dan perlahan mengisi formasi yang ada di bawah kaki mereka.Secara ajaib, Formasi itu mengeluarkan cahaya merah, di detik berikutnya bumi pun mulai bergetar hebat, kendati
Tiba-tiba seorang prajurit datang menghampiri mereka, prajurit itu menatap curiga pada Tomi dan juga Elios, dia kemudian bertanya sosok yang sedang berbicara dengan mereka beberapa saat yang lalu Elios dan Tomi pun dengan kompak berkata bahwa tidak ada orang lain selain mereka.Namun, tampaknya prajurit itu tidak langsung mempercayai dua vampir di depannya, karena ia yakin mendengar suara seorang pria tua, bahkan pria tua itu terdengar sedang memarahi seseorang jadi sangat tidak mungkin bahwa dirinya salah mendengar.Spontan Elios dan Tomi pun saling bertukar pandang lalu menganggukkan kepala mereka secara bersamaan, lalu mereka pun bergerak cepat dan memukul tengkuk pria itu hingga jatuh pingsan. Tak lama kemudian Enes Tikta pun keluar dari persembunyiannya." Ka. . maksudku tuan Enes, aku tahu kamu mungkin tak akan mempercayai kata-kata ku, tapi aku sungguh ingin membantu Elios. " Kata Tomi seraya meyakinkan bahwa dirinya sungguh di pihak mereka berdua, alasan ia melakukan semua i
Sementara itu, awan gelap juga menyelimuti bangsa vampir, awan yang begitu pekat dengan angin dingin yang berhembus menusuk tulang. Spontan, mengingatkan mereka pada Edric.Padahal belum lama ini mereka baru saja lolos dari maut tapi kini mereka harus menghadapinya sekali lagi, entah mengapa mereka berpikir bahwa kali ini mereka tak akan selamat mengingat tidak ada siapapun yang melindungi mereka semua." Ibu aku takut, " Ucap Carles sembari memeluk tubuh ibunya dengan erat.Teresa pun langsung memeluk putranya dengan erat sambil menatap langit, tak lama kemudian Clarissa pun keluar dari dalam rumah sambil menatap langit yang begitu gelap, auranya begitu begitu dingin menusuk tulang, ia terdiam sejenak lalu teringat akan Elios lalu tergesa-gera berangkat untuk menemukannya, namun langkahnya terhenti ketika Teresa menahan tangannya, sorot matanya terlihat begitu tidak ikhlas merelakan kepergiannya." Jangan pergi. " Kata itu keluar begitu saja dari mulut Teresa yang entah mengapa memb
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b