Dokter Alvin hanya bisa menggertakkan giginya, entah bagaimana dia bisa lolos dari kematian tapi ia tak menyangka bahwa pria itu masih gigih dengan ambisi balas dendamnya. Sementara itu Elios masih tidak mengerti mengapa Fako masih belum mau melepaskannya tak bisakah dia berhenti dengan ambisinya itu, sebenarnya dendam apa yang dia miliki hingga ingin memusnahkan bangsa vampir? Dengan senang hati Tomi pun menjelaskan alasan pria itu masih menaruh dendam, tak ada yang mengetahui bahwa dia memiliki seorang adik dan adiknya itu tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarganya sendiri karena di dalam darah adiknya itu terdapat darah goblin.Meski dia anak dari bibinya, tapi Fako sangat menyayanginya dan sudah menganggap sebagai adiknya sendiri, terlebih lagi saat bibinya mati demi melindungi anaknya itu karena keluarganya malu mengetahui kisah cintanya bersama dengan seorang Goblin dan sebagai gantinya dia harus mati jika ingin anaknya tetap hidup karena jika sampai pihak kerajaan me
Perlahan Elios berjalan mundur menjauh Dokter Alvin, sorot matanya tersirat kekecewaan yang begitu dalam, padahal ia begitu percaya pada mereka tapi mereka malah merahasiakan rahasia yang besar sebegitu tak percayanya kah mereka padanya, kini ia mulai mempertanyakan sosoknya di mata mereka. Apakah mereka benar-benar menganggapnya sebagai keluarga atau hanya sebatas karena dirinya anak dari tuan mereka terdahulu. " Elios, jangan dengarkan dia, jika bukan karena dia yang membocorkan informasi kita ke kerajaan, kita tak akan berada dalam kondisi seperti ini. " Ungkap Dokter Alvin sambil menatap melotot pada Tomi dengan tatapan penuh amarah dengan aura membunuh yang begitu kuat.Namun yang di tatap tidak merasa terganggu sama sekali dengan tatapan itu dan malah terlihat begitu santai seakan tatapan itu bukanlah apa-apa baginya. Sedangkan isi kepala Elios tengah kacau, di sisi lain ia kecewa pada Dokter Alvin karena telah merahasiakan hal besar ini darinya tapi di sisi lain ia juga san
Setiap hari ketiga menteri itu selalu mendapatkan siksaan untuk mengungkap siapa dalang di balik mereka, akan tetapi kesetiaan mereka begitu kuat hingga mampu bertahan dari siksaan itu bahkan tanpa memberi mereka darah sedikit pun.Begitu pun dengan Zaiden, ia tak pernah kehabisan akal untuk menyiksa mereka bahkan siksaan itu akan lebih kejam setiap harinya, rasanya lebih baik mati dari pada terus hidup.Menjelang hari ke empat, Enes Tikta datang dan meminta Zaiden untuk memisahkan ketiga menteri itu karena ia ingin berbicara dengan San, sang menteri pangan.Meski dirinya bukanlah menteri lagi, tapi hubungan mereka berdua masih terjalin erat, apalagi mengingat San adalah orang pertama yang merestui hubungannya dengan Kalina, mendiang ibu Alona. Sebagai teman lama tentu ia tak tega melihatnya terus di siksa seperti ini.Enes Tikta pun kemudian memerintahkan seorang penjaga untuk melepaskan ikatan San, ia kemudian memberi San sebotol berisikan darah hewan segar.San tak langsung mem
Enes Tikta sungguh tak menduga dengan apa yang baru saja terjadi tepat di depan matanya, seluruh tubuhnya membeku menatap tubuh San yang perlahan menjadi abu, tak lama kemudian ia pun tersadar dari lamunannya ketika seorang penjaga berteriak mengatakan bahwa kedua tahanan yang lainnya tiba-tiba menjadi abu. Mendengar hal tersebut, Enes Tikta pun bergegas bangkit dari posisi duduknya untuk melihat kedua tahanan itu, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat mereka benar-benar telah berubah menjadi abu. Kedua kakinya tiba-tiba menjadi lemas, ia tak mengerti mengapa mereka semua mati di waktu yang bersamaan, padahal selama ini dirinya memastikan bahwa tidak akan ada yang bisa membunuh mereka, atau jangan-jangan masih ada pengkhianat di sini.Sementara itu, Zaiden merasa tidak terkejut sama sekali dengan berita kematian ketiga menteri itu, karena ia merasa hal ini akan terjadi cepat lambat. Seperti dugaan Enes Tikta masih ada pengkhianat diantara mereka." Tapi apa tujuan mereka berkhi
" Ayah, menurut mu Elios dan lainnya baik-baik saja? Kenapa aku masih belum mendengar kedatangan mereka? " Tanya putri semata wayangnya, Zaiden tersenyum simpul kemudian mengatakan bahwa mereka baik-baik saja sambil meminum teh yang telah dituangkan oleh putri terkasihnya, meski ia tahu bahwa putri cantiknya sangat tidak suka di bohongi, tapi dirinya tak punya pilihan. karena jika putrinya mengetahui yang sesungguhnya pastinya gadis itu akan pergi mencarinya sendiri dan hal itulah yang paling di antisipasi olehnya. Ia tak ingin membuat putri semata wayangnya jatuh ke dalam bahaya, sama saat seperti putrinya mencari ibu dan adik kandungnya yang menghilang saat itu.Meski ibunya bukanlah orang baik, tapi sebagai seorang anak, Clarissa tentunya sangat sedih ketika mengetahui bahwa ibunya pergi membawa adiknya dan meninggalkan dirinya.Butuh banyak waktu untuk membuatnya pulih dari kondisi depresi dan ikhlas menerima kepergian adik dan ibunya yang sampai saat ini belum bisa dipastikan bahw
" Tuan Putri, tak bisakah kita kembali ke istana? Hamba takut jika Raja tahu dan menghukum saya. " Ujar Neti pelayan setia yang mengikuti Clarissa pergi. Dengan bermodalkan tekad dan keberanian, Clarissa memutuskan untuk mencari tahu sendiri kabar dari Elios, Setelah menyadari bahwa Elios berada dalam bahaya, Clarissa memutuskan untuk menemui dan membantunya meski dirinya bukanlah vampir yang kuat tapi ia harap dengan kehadirannya bisa membantunya meski pun hanya sedikit.Awalnya Clarissa ingin pergi mencari Elios sendiri, tapi siapa sangka rencananya langsung diketahui oleh Neti. Tentunya wanita itu bersikeras melarangnya pergi. Tapi bukan Clarissa namanya jika tidak keras kepala.Dengan terpaksa, wanita itu pun hanya bisa ikut untuk melindunginyaSeperti yang dikatakan oleh Neti, jika ayahnya tahu maka mereka berdua akan tamat, kendati begitu Clarissa tidak peduli karena dirinya ingin membantu pria itu meski pun harus berkorban nyawa untuknya.Sementara itu Neti tak bisa berhenti me
" Paman, bisakah kamu membawaku bersama mu? Aku yakin ayah pasti tak akan marah. " Kata-kata Clarissa itu mampu membuat kedua mata Neti melotot seakan-akan matanya seperti akan keluar, dia tak percaya dengan apa yang di katakan oleh majikannya, apa dia tak mendengar ucapan Enes Tikta? Ayahnya sudah tahu tentang pelarian mereka berdua. Jadi sebaiknya mereka harus segera kembali sebelum pria itu semakin marah besar.Namun, tampaknya majikannya ini tidak kenal takut atau mungkin dia terlalu percaya diri bahwa ayahnya tak akan memberinya hukuman, lantas bagaimana dengan nasibnya? Apakah nyawanya sungguh tidak berarti?!" Maaf, aku menolaknya dengan tegas, bukan apa-apa aku hanya tak ingin orang lain mencampuri urusan keluarga ku. " Enes Tikta pun bangkit dari posisi duduknya untuk melanjutkan kembali perjalanannya, ia sungguh tak ingin orang lain mencampuri urusan keluarganya terlebih lagi dirinya sudah tidak mempercayai siapapun selain dirinya, jika semua orang menginginkan cucunya mati m
" Neti! " Pekik Clarissa sambil berlari menghamburkan diri memeluk wanita yang baru terbangun dari pingsannya, wanita itu sedikit kebingungan dengan reaksi majikannya tapi juga merasa tersentuh karena ternyata dia sangat peduli padanya. Namun, tiba-tiba kedua matanya menangkap sosok wanita asing tapi terlihat begitu akrab dengannya, tapi anehnya ia lupa dimana mereka pernah bertemu atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Sadar akan arti tatapan Neti, Clarissa segera menjelaskan bahwa wanita di depan mereka ini yang telah menyelamatkan mereka dari kematian.Neti pun segera berterima kasih pada wanita di depannya lalu meminta Clarissa untuk menghentikan perjalanan dan kembali ke kerajaan kemudian meminta ampun pada sang Raja atas tindakan mereka. Kejadian ini seharusnya membuatnya sadar bahwa dengan kekuatan mereka saat ini sama sekali tidak bisa menyelamatkan Elios yang ada mereka akan mati untuk kedua kalinya, lagi pula pria itu memiliki Enes Tikta, sang jendral paling kuat pada mas