Pasangan guru dan murid itu telah tiba di Gunung Gerbang 4. Bai Lu berkata-kata sembari menyantap bao. Bagi Zhu Lian, melihat Bai Lu makan dengan begitu lahap adalah pemandangan terindah melebihi eloknya pemandangan Gerbang 4.“Ada yang perlu aku lakukan, Guru?” balas Zhu Lian siap menerima instruksi. Ia menaruh hati pada Bai Lu. Apapun yang dititahkan oleh perempuan jelita itu, dia akan mematuhinya. Selain itu dengan begitu, dia juga berharap kemampuan ilmu spiritualnya dapat segera meningkat.“Pertama, serahkan senjata-senjatamu padaku. Hanya aku yang boleh menggunakannya,” senyum Bai Lu kocak. “Kau tidak boleh sedikitpun memanfaatkannya.”“Baik. Sebetulnya, aku membawa panah dan pisauku ini untuk sekedar berjaga-jaga, Bai Lu,” Zhu Lian menurut.Dia memang membawa pisau mahal dan busur pemberian kelaurga Gong tersandang dipunggung. Sebetulnya, alasan utama Zhu Lian membawa persenjataanya adalah: sekalipun Bai Lu lebih hebat dibanding dia, dirinya merasa perlu melindungi sang guru.
Dalam hatinya Bai Lu terkejut. Bagaimana tidak. Dari tempat ia berada, dirinya dapat melihat muridnya. Begitu Zhu Lian membangkitkan ilmu spiritual, terbentuklah bayangan naga pada wajah dia.Visualisasi itulah yang membuat Bai Lu kaget. Untuk pertama kalinya, dia melihat. Zhu Lian menampakkan tanda-tanda bahwa semestinya, kemampuan kekuatan spiritualnya berada di tingkat Soaring.“Zhu Lian … tapi tidak. Jika memang dia telah mencapai tingkat Soaring, pancaran kekuatan berbentuk naga itu bukan hanya menampakkan kepala saja. Melainkan, seluruh wujudnya,” pikir Bai Lu. Untuk sejenak, ia tertegun.“Tetap saja. Tidak seharusnya seorang pendekar tingkat Elevate menampakkan pancaran kekuatan seperti itu!” katanya lagi tanpa bersuara.Sedangkan Zhu Lian tidak memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Maklum. Selama ini dia tidak tahu apa-apa tentang kekuatan spiritual. Dia hanya fokus untuk menaklukkan makhluk yang mesti ia hadapi.“Bai Lu menyaksikan aku bertarung. Jangan sampai lengah, tet
Bai Lu memperingatkan Zhu Lian. Terlambat. Monster-monster di lantai 4 memiliki kekuatan sihir. Saat itu, makhluk yang mereka hadapi mengerahkan kemampuannya.Bum!Terjadi ledakan disertai pancaran cahaya kemerahan bagai api. Zhu Lian yang bermaksud mendekat ke arah musuh diterpa pancaran kekuatan tersebut. Sontak, tubuhnya terpental ke belakang.“Zhu Lian …!” pekik Bai Lu. Ia segera mengerahkan teknik Langkah Bayangan Angin dan menyongsong sosok Zhu Lian yang melayang ke arahnya.Saat itu Zhu Lian dapat merasakan kepalanya pening. Telinganya berdenging dan pandangannya menjadi kabur. Sekujur tubuhnya terasa nyeri. Sampai-sampai, ia tak menyadari. Bai Lu menangkap badannya saat berada di udara.Tahu-tahu saja yang Zhu Lian ketahui, ia berada dalam keadaan setengah berbaring di atas tanah. Sementara, Bai Lu menopang sebagian tubuhnya.“Zhu Lian, Zhu Lian …!” panik Bai Lu. Sebelah telapak tangannya menyentuh pipi kanan Zhu Lian. “Kau tidak apa-apa, bukan? Berbicaralah padaku! Maafkan ak
Perkataan yang keluar dari mulut Bai Lu membuat Zhu Lian menoleh ke arah gurunya yang berjalan di sebelah dia.“Pasti kau mempercayakan warungmu pada kakak cantik itu untuk meladeni pelanggan sementara kamu ada di sini, bukan?” kata Bai Lu lagi bertanya. Maksud dia adalh Lu Dai.“Ya, benar seperti itu,” Zhu Lian menjawab. “Aku juga memberinya sebagian dari keuntunganku untuk dia.”“Tidak masalah sebenarnya seperti itu. Bagus malah. Aku hanya tidak ingin kau keasyikan dengan dunia persilatan, Zhu Lian. Seorang pendekar yang memiliki usaha kuliner dan menghidangkan makanan hasil petualangannya ... menurutku, kedengaran bagai sesuatu yang keren.”Apa yang diucapkan oleh Bai Lu bagai sebuah motivasi bagi Zhu Lian. Ia berpikir sedikit kejauhan. Dirinya membayangkan bagaimana jika dia berpasangan dengan wanita bangsawan tersebut.Mungkinkah Bai Lu merasa bangga. Walaupun, dia hanya seorang pedagang bakmi yang menyajikan menu yang bahan-bahannya berasal dari Ether Realm.Tidak usah ia memili
Belum sempat Zhu Lian menanggapi tantangan tersebut, pria yang berkacamata sudah kembali angkat bicara lebih dahulu.“Maaf, dengan Kak siapa kami bicara?”“Namaku Zhu Lian, Tuan. Pemilik dari kedai bakmi ini,” jawab Zhu Lian sopan.Giliran yang bertubuh atletis menanggapi. “Kak Zhu Lian, perkenalkan. Kami bertiga adalah para food blogger. Kami sengaja datang kemari untuk menjajal bakmi buatanmu.”Seketika itu, Zhu Lian tertegun. Begitu lelaki berbadan penuh dengan otot itu memberitahu siapa dirinya, ia baru menyadari. Orang itu adalah Axel Cheng. Dia memang terkenal sebagai seorang pembuat konten makanan yang cukup terkemuka.Selanjutnya, Zhu Lian diperkenalkan dengan teman-teman Axel. Intinya, mereka bertiga bekerjasama untuk membuat video review dari menu-menu baru Zhu Lian.“Baiklah, Kak Zhu Lian. Jika tidak keberatan, tantangan dari kami akan kami buat menjadi konten di media sosial kami. Bagaimana. Apakah Kakak menerimanya?”Enak atau tidaknya sebuah makanan memang soal selera. S
“Jangan jelaskan rasanya seperti apa, Tuan Pendekar pedagang Bakmi Nikmat lezat tiada tara! Bawa saja sayap-sayap monster itu pada kami. Biarkan kami terkejut, pada saat mengetahui rasanya seperti apa!”Padahal, Zhu Lian sudah bersiap ingin memberitahu Axel dan keempat kawannya. Seperti apa rasa sayap-sayap Kelelawar Merah. Jadinya, ia hanya menuruti kehendak Axel. Dia menaruh piring berisi helaian-helaian kerupuk buatannya.Kocak. Berjumlah sembilan helai, Axel dan kawan-kawan bak berebutan ingin menyambar sayap makhluk asal Ether Realm yang telah berubah menjadi hidangan tersebut. Begitu makanan itu masuk ke dalam mulut mereka, Axel bersama teman-temannya kembali berkomentar.“K-ke-kerupuk macam apa ini? Rasanya benar-benar enak sekali!”“Kak Zhu Lian, jangan membohongi kami. Jangan-jangan ini adalah kerupuk ini terbuat dari kulit babi. Bukan begitu? Tapi aku tidak peduli jika dibohongi sekalipun … krauk … hmmm … rasanya enak sekali!”“Aku tidak mau tahu ini apa sebenarnya yang ku m
“Begitukah? Apa mereka menyampaikan mengapa mereka ingin bertemu denganku?” balas Zhu Lian bertanya pada Lu Dai.“Tidak. Mereka hanya bilang ada perlu denganmu,” jawab Lu Dai.“Ah, baiklah.”Zhu Lian pun menjumpai tiga orang tersebut. Setelah berkenalan, salah satunya yang kurus dan mengenakan kacamata yaitu Tuan Chu ingin berbincang berdua saja dengan sang pedagang bakmi.“Tuan Zhu Lian, aku … sebetulnya hanya ingin menyampaikan. Bahwa … Dinas Pengembangan Kota Great North telah menggap Anda sebagai seorang provokator yang melawan terhadap pemerintahan kota.”Perkataan Chu yang ia ucapkan tanpa basa-basi membuat Zhu Lian terdiam sembari memandangi pria berusia 40-an yang duduk pada salah satu meja dalam kedainya.Terang saja, ia merasa bingung. Mengapa pula dirinya dituding menjadi seorang provokator yang melawan pemerintah kota.“Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, kenapa saya dinilai sebagai seorang provokator, melawan pemerintah kota pula? Selama ini saya belum pernah melakukan hal-hal y
“Ya, Nak? Apa kabarmu. Tumben menghubungiku di jam-jam seperti ini?” terdengar suara dalam yang penuh wibawa di seberang sana.“Aku baik-baik saja. Ayah sedang sibuk?” balas Zhu Lian. Ayahnya menjawab.“Jika aku sibuk, aku kemungkinan tidak menjawab panggilanmu. Atau, menyuruhmu menghubungiku lagi nanti.”Sejurus kata-kata sang ayah membaut Zhu Lian tersenyum. Lantas, ia berkata, “Baiklah. Ayah, aku ingin menyampaikan sesuatu …”Keesokan harinya. Kantor Dinas Pengembangan Kota Great North dibuat terkejut. Satu mobil SUV hitam mengilat dan sebuah MPV silver berhenti di depan lobi kantor salah satu divisi pemerintah ibukota Negeri Utama tersebut.Yang membuat orang-orang di gedung tersebut terheran-heran adalah: mobil-mobil itu memiliki emblem istimewa yang tertera pada plat nomornya.Logo tersebut membentuk gambar bintang berwarna kuning dan siluet bentuk struktur Menara Nirwana berwarna merah. Yang berarti, mereka datang dari Kementerian Koordinator Menara Nirwana.Lima orang pria m