Hai teman-teman pembaca, author ingin menyapa kalian lagi. Terutama Senior Ronald Teguh Widodo yang berada di urutan pertama voter. Terima kasih banyak untuk semua pembaca setia Zhu Lian. Kalian semua memang terbaik!
Jawaban Zhu Lian pada Xian Hua membuat Hu Chen ingin menghilang rasanya. Salah dia sendiri. Dirinya terlalu pongah dan saat ini yang berdiri di hadapannya adalah putra dari Metodis Liu, pemimpin salah satu sekte kelas Dewa yang disegani seantero Negeri Utama.“Apakah hal seperti itu diperkenakan di kelab Inner Circle, Kak? Sebab setahuku, kawan-kawanku sudah memesan tempat ini sejak kemarin lusa,”Bertanya pada pelayan Inner Circle, mata Xian Hua terus terarah pada Hu Chen. Yang ditanya langsung menjawab.“Tentu saja tidak boleh seperti itu, Tuan Muda Liu. Yang memesan terlebih dahululah yang berhak menduduki tempat ini,” jawab si pelayan wanita.“Kau dengar itu, Hu Chen? Atau mungkin kau tidak puas dan ingin menyelesaikannya dengan cara pendekar? Boleh saja. Kami semua di sini siap menerima tantanganmu. Mungkin … kau juga ingin memanggil bapakmu kemari?”Angker. Itulah yang dirasakan oleh Hu Chen. Mei lu bersembunyi di balik calon suaminya dengan mengerutkan tubuh. Ia memandang ketak
“Ya, betul,” jawab Hu Chen pada pelayan yang menhampiri tempat ia, Mei Li dan teman-teman satu sektenya berada.“Kami membawa minuman dari Tuan Zhu Lian untuk Anda.”Baik Hu Chen, Mei Li, maupun murid-murid sekte Buaya Penjelajah yang ada di situ tidak dapat berkata-kata.Mereka hanya memperhatikan sang pelayan bersama rekannya, meletakkan 5 botol minuman keras dengan botol-botol khas yang memiliki ukuran berbeda-beda di atas meja.“Hu Chen, coba kau tanya pada pelayan itu. Berapa harga minuman-minuman ini?” bisik Mei Li pada kekasihnya. Hu Chen menurut, melakukan seperti yang dipinta sang kekasih.“Pelayan, berapa nilai minuman kami ini semuanya?”“Total semuanya, 2.2 miliar, Tuan.”“2.2 miliar?!” spontan Hu Chen mengomentari.Bukannya apa-apa. Para pendekar terutama pemilik sekte-sekte memang terkenal kaya raya. Tetapi, bukan berarti mereka bisa menghambur-hamburkan uang miliaran dalam semalam saja.Sekarang, Hu Chen, Mei Li dan para pendekar Buaya Penjelajah terperangah. Zhu Lian m
“… jika kamu tidak ingin memiliki tambang, biar aku yang kelola. Kau tetap pada rencanamu mendirikan restoran. Hasil dari tambang itu kita bagi dua.”Seraya mengucapkan kata-katanya, Weiwei mendekap tubuh Zhu Lian yang memandangi dirinya. Weiwei tersenyum tipis terkesan jenaka. Zhu Lian pun bertanya.“Apakah dirimu merasa kesal terhadap Hou?”“Sebal terhadap diriku karena termakan omongan manis dia yang mengajakku mencari tambang Kristal Pijar bersama dan menikah. Dongkol pada Hou karena dia malah sibuk membangun citra sektenya. Tidak penting sekali!” gerutu Weiwei.“Mungkin sementara ini dia sedang sibuk membentuk citra sekte kalian. Setelah itu, barulah berburu lahan Kristal Pijar,” komentar Zhu Lian berusaha menenangkan Weiwei.“Bukankah ia bisa menjalaninya sekaligus? Aku tidak suka sikapnya yang tidak konsisten. Lihat dirimu. Kau itu sakti, tetapi mencari Kristal Pijar saja tidak mau. Apalagi mendirikan sekte. Kau tetap pada jalanmu. Memiliki sebuah restoran.”Saat itu Weiwei buk
Itulah yang dipikirkan oleh oleh Zhu Lian. Sekarang, ia dan Xian Hua telah berada di sebuah kawasan Lapis 6 dari lantai 4.Yang harus kedua pendekar berbeda tingkat kultivasi itu buru adalah Kukang Penghisap Darah. Sesuai namanya, Monster Ether Realm tersebut layaknya hewan kukang. Namun, bulunya berwarna hitam dan ukuran tubuhnya besar, seperti seekor singa.Bukan beracun, kukang-kukang itu mampu menghisap darah makhluk apapun yang menjadi lawan mereka.“Zhu Lian, kau telah mengetahui cara kekuatan spiritual bekerja, bukan?” Bai Lu yang melangkah mengikuti muridnya bagai melayang di atas tanah karena sembari mengerahkan ilmu meringankan tubuh berkata-kata.“Ya, Guru. Qi kita menyerap unsur-unsur yang terkandung di sekeliling. Kemudian, elemen-elemen tersebut memberi roh kita kekuatan. Kemudian, kita menggunakannya terhadap objek tertentu atau makhluk hidup,” jawab Zhu Lian tanpa menatap ke arah Bai Lu.“Baik. Sekarang coba kamu pahami. Apa kira-kira yang membuat teknik serangan jara
Xian Hua tersenyum karena kata-kata sahabatnya. Memang benar. Sesi latihan Bai Lu hari itu merupakan buah pemikiran dari dia.Ide Xian Hua itu muncul agar mereka berdua dapat melihat. Seperti apa sebenarnya kekuatan sang pedagang bakmi.Persaingan yang terjadi antara Xian Hua dengan Zhu Lian tadi sengaja dibuat. Supaya, keduanya bisa mengetahui. Sampai sejauh mana kemampuan Zhu Lian apabila ‘dipaksa’ untuk terus ditingkatkan.“Aku akan terus mengasah kemampuan dia, Xian Hua. Sebab kau tahu sendiri bukan, ada legenda-legenda di negeri kita mengenai orang-orang yang memiliki kemampuan istimewa seperti itu,” ujar Bai Lu. Ia menyisip tehnya.“Meskipun dia sepertinya akan menjadi seorang Teratai Emas, jangan sampai kita menjauh dari dia. Siapa tahu kita akan menyaksikan secara langsung atau menjadi bagian dari sebuah peristiwa besar, Bai Lu,” sepakat Xian Hua.“Dan jangan lupa berdoa. Apapun yang terjadi, Tuhan tetap melindung Negeri Utama,” sambut Bai Lu.“Amin,” pungkas Xian Hua yang iku
Pria gemuk bernama Fu Chin yang kemungkinan adalah petinggi sekte Benteng Meriam itu berkata sembari beranjak. Kompak, para bawahannya segera memberi hormat sembari menyambut kata-katanya.“Baik, Tuan!”Sementara Zhu Lian dan Bai Lu melanjutkan petualangan mereka. Usai berhadapan dengan monster bison tadi, kini mereka mesti bertarung dengan katak-katak besar berkulit merah dengan bercak hitam.“Ingat Zhu Lian, terus kerahkan teknik Tendangan Tornado maut milikmu atau tangan kosong. Jangan menggunakan jurus lain,” Bai Lu mengingatkan muridnya.“Baik, Guru!” sambut Zhu Lian penuh semangat.Bagaimana dia tidak berapi-api. Kini, dia berdua saja dengan Bai Lu. Selain itu, usai mengalahkan makhluk mirip bison tadi, Sistem Kesatria Langit mengingatkan dirinya. Sinergi antara keduanya terus meningkat.Saat itu, Bai Lu dan Zhu Lian memang bekerjasama. Seperti biasa, sang guru akan memancing katak-katak tersebut. Sementara, muridnyalah yang akan menghabisi mereka.Meski demikian sebagai guru, s
Supir yang mengemudikan sedan mewah tersebut bertanya apda Zhu Lian. Sang tuan muda menjawab pertanyaan tersebut.“Ke apartemen Sunrise Park, Lei. Kawanku telah menantiku di sana.”“Baik, Tuan Muda,” senyum sang pengemudi yang mengenakan jas, sarung tangan dan kacamata tabir surya.Mobil itu pun bergerak meninggalkan shelter bus tempat Zhu Lian menanti kendaraannya. Agak jauh di belakang, sebuah kendaraan MPV berwarna silver turut beranjak.Di dalam MPV tersebut, ada 5 orang menggunakan baju pendekar berwarna biru langit nan cerah. Mereka adalah para anggota sekte Benteng Meriam.Sejak Zhu Lian dan Bai Lu beranjak dari Menara Nirwana kota Great North, mobil itu sudah mengikuti mereka.“Siapa orang itu? Tampak bagai orang penting saja dia. Dijemput menggunakan sedan mewah seperti demikian.”“Apakah dia putra dari sebuah sekte kenamaan?”“Tidak mungkin. Adik Xian Hua perempuan. Anak laki-laki Master Fan adalah seorang ilmuwan. Putra Ketua Huang masih berkuliahkedokteran, bukan?”“Kalian
Pria muda yang berdiri tepat di depan Zhu Lian itu mengangkat dagu. Selain berusaha menyombongkan diri, ia lebih pendek dibanding Zhu Lian. Meski begitu, matanya menyorot ke arah lawan bicaranya seolah menantang.Emosi Zhu Lian bangkit gara-gara orang yang ada di hadapannya. Bukan karena tingkahnya yang menyebalkan. Akan tetapi, karena orang itu menyebut gurunya sebagai: ‘Bai Lu-ku’.“Maaf, dengan tuan siapa aku berbicara?” tanya Zhu Lian tetap kalem. Ia tahu. Laki-laki itu sepertinya sangat keki pada dia. Namun Zhu Lian bergeming. Wajahnya tidak menampakkan bahwa dia ingin meladeni orang tersebut.Yang ditanya memamerkan seringai miring disertai dengusan pelan. Barulah ia menjawab, “Aku Fu Chin, putra Fu Lau, pemimpin sekte Benteng Meriam,” jawabnya. Nada vokalnya bak ingin menebar ancaman.“Oh, baiklah. Salam untuk ayahmu, Tuan Fu Chin,” jawab Zhu Lian ogah-ogahan.Karena kata-katanya itu, Tiger yang masih kelihatan gusar sudah ingin tertawa. Begitu pun Lu Dai dan Nyonya Ta yang men