Davis mengamati ponsel selama beberapa waktu, mengembus napas panjang. “Jika ponselku diretas, Alex pasti segera menghubungiku. Tapi, dia sama sekali tidak mengirim pesan atau meneloponku.”Davis menatap cincinnya selama beberapa waktu. “Apa mungkin sistem menghapus pesan yang Alex kirimkan padaku? Sistem melarangku untuk mencari informasi mengenai keluarga Miller selama ini.”“Aku sebaiknya tidak perlu memusingkan perihal hilangnya pesan Alex mengenai keluarga Miller. Aku bisa bertanya pada Alex ketika aku bertemu dengannya. Aku harus fokus pada latihan dan rencanaku. Aku memiliki lima hari tersisa untuk berlatih.”Davis berbaring di kasur, memejamkan, dan terlelap setelahnya.Sementara itu, Liam dan Levon baru saja memasuki hotel, berjalan menuju elevator. Mereka tiba di depan kamar beberapa menit kemudian.“Aku baru mendapatkan informasi dari Larry jika Davis mengirimkan tiga orang bertopeng untuk menemui keempat pria sialan itu. Mereka datang sebelum Larry. Davis mengajak Jack dan
Jack memasuki ruangan. Ia duduk di sebuah kursi, menatap pemandangan kota dari jendela besar. “Perasaan ini sama seperti saat aku memutuskan untuk menolak menyerahkan wilayah kekuasaanku pada Levon.”“Kau yakin dengan keputusanmu, Jack?” tanya Tommy.“Seperti yang kau katakan, aku hanya perlu memulai kembali dari awal jika aku gagal.”Tommy tertawa. “Kau sudah tumbuh dewasa.”“Tutup mulutmu dan jangan membuatku marah!” Jack berdecak, berjalan menuju jendelan, mengamati pemandangan kota. Ia merapikan penampilannya, mengembus napas panjang. “Ini adalah sebuah babak baru bagi hidupku.” Edwin, Russel, dan Roland memasuki ruangan dalam waktu nyaris bersamaan. Mereka melihat Jack tengah berada di sisi jendela.Para pemimpin utama dari setiap kelompok dan para pengawal berjaga di sepanjang lorong dan di depan ruangan pertemuan, sedangkan anggota pasukan berjaga di sekeliling hotel hingga radius satu kilometer.Edwin mendengkus kesal, menoleh pada jam tangan. Suasana hening ini membuatnya mu
Sammy, Don, Trex, Adam, Delta, dan Missy membuka topeng mereka.Jack, Edwin, Russel, dan Roland terkejut ketika melihat wajah asli pasukan Davis. Mereka menduga jika orang-orang itu adalah pria dan wanita yang masih muda.“Aku cukup terkejut orang-orang bertopengmu adalah pria dan wanita berusia cukup tua.” Jack tersenyum kecut, menatap tajam Trex. “Sialnya, aku mengenal salah satu dari orang-orangmu, Davis.”Adam menahan Missy yang akan maju.“Kau punya selera yang aneh, Davis,” ujar Edwin.“Kalian terdengar iri padaku.” Davis tertawa. “Apa kalian sudah cukup puas melihat wajah pasukan bertopengku? Apa kalian menerima hal ini sebagai syarat kedua yang aku penuhi dari seluruh persyaratan kalian?”“Kami masih ingin wilayah kekuasaan kami kembali ke tangan kami, Davis.” Jack melepaskan jas hingga menampilkan kaus tipis yang menonjolkan tato dan otot-ototnya. “Sesuai dengan perkataanmu, kami bebas mengambil wilayah kami kapan pun darimu. Kami menginginkan wilayah kami sekarang.”“Jadi?”
Davis melompat-lompat, merenggangkan tubuh. “Aku bisa lebih serius sekarang. Aku semangat karena kau sangat semangat melawanku, Jack.”Davis tahu jika Jack adalah orang yang mudah terbawa emosi. Ia akan menggunakan kelemahan itu untuk mengalahkan Jack.Jack mendengkus kesal. “Tutup mulutmu dan lawan aku, Davis!”“Aku tidak boleh membuang-buang waktu.” Davis melesat cepat ke arah Jack, melewati Edwin, Russel, dan Roland yang masih tidak sadarkan diri di lantai. “Aku mengakui jika kalian memang kuat, tetapi aku sudah berlatih dan berjuang sangat keras setiap harinya untuk bertambah kuat. Jika aku kalah di sini, aku akan semakin jauh dari tujuanku.”Jack melesat cepat ke arah Davis seraya menggenggam erat-erat tongkatnya. “Davis sengaja memancing emosiku agar aku lengah. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama ketika aku melawanmu tempo hari, Davis.”Davis melompat tinggi, memutar tubuh, melesatkan tendangan sekuat mungkin. Jack menahan tendangan itu dengan tongkat hingga tongkat p
“Berlatih bersama?” gumam Jack, Edwin, Russel, dan Roland.“Aku pikir kalian penasaran bagaimana aku berlatih bersama pasukan bertopengku. Kita bisa lebih mendekatkan hubungan kita dengan berlatih bersama.”“Davis,” bisik Sammy.“Aku pikir itu rencana yang sangat bagus, Jack. Kau bisa belajar banyak hal dari Davis dan pasukannya sekaligus mengenal Davis lebih baik. Semakin kau mengenal Davis, semakin cepat kau tahu kelemahannya,” ujar Tommy.Edwin menoleh pada Eslon sekilas. “Bagaimana menurutmu, Eslon?”“Itu rencana yang bagus. Semakin kau mengenal Davis dan pasukannya, semakin banyak peluang kau untuk mengalahkannya.”“Davis mungkin saja sudah menyiapkan jebakan jika aku bergabung dalam latihan itu.” Edwin meringis, menatap tangan kanannya yang sudah diperban.“Apa menurutmu Davis adalah orang yang suka bertindak curang?”“Davis memang licik, tapi dia tidak pernah melanggar janjinya selama ini. Akan tetapi, bukan berarti dia tidak akan melanggar janjinya.” Edwin mengamati Sammy dan
“Aku mengakui keberanian kalian. Sayangnya, kalian memilih lawan yang salah. Aku tidak akan pergi sebelum memberi kalian sedikit pelajaran sopan santun.” Larry menekan satu kancing jasnya. Satu pasukan penuh pengawal memasuki ruangan, sedang kesepuluh pengawal segera mendekat pada Larry.Adam, Delta, dan Missy melompat mundur, berdiri di depan Jack, Edwin, Russel, dan Roalnd. Pasukan Larry segera mengelilingi mereka. Di saat yang sama, kerusuhan di lorong semakin memanas.“Dia sama menjijikannya seperti, Levon,” ujar Jack.“Ada empat puluh pengawal yang memasuki ruangan. Anggota kita tampaknya masih melawan musuh yang mengacau di lorong.” Edwin menagatp Adam, Delta, dan Missy. “Aku tidak mungkin bisa bertarung dengan keadaanku sekarang.”“Davis tampaknya tidak serius melawan anak kecil sepertimu, Edwin. Dia tahu jika melawan anak kecil adalah tindakan yang salah.” Russel tertawa.“Tutup mulutmu, sialan!” Edwin mendengkus, menoleh pada pintu ruangan di mana Davis, Sammy, Don, dan Trex
“Aku melupakan fakta jika ada sosok di belakang semua tindakan Davis. Bosnya kemungkinan besar mengenal Henry Tolando.” Larry mengepalkan tangan erat-erat. “Jika Davis memiliki hubungan dengan Henry Tolando, maka situasinya menjadi sangat sulit. Tuan Lucas bahkan kesulitan untuk menghancurkan pria itu.”Larry mengirim pesan pada Liam. Ia tidak mungkin keluar dari ruangan ini dengan menanggung malu. Liam dan Levon pasti akan sangat marah.“Apa yang sebenarnya Davis lakukan? Beberapa menit lalu dia bertanya soal Henry Tolando, dan sekarang dia justru mengatakan jika dia mengetahui keberadaan Henry Tolando. Apa dia hanya mengarang cerita?” tanya Jack kebingungan.“Davis pasti hanya membual. Dia bersandiwara dengan baik.” Edwin berdecak.Russel berkata, “Tapi, Larry tampak terkejut ketika Davis mengatakan soal keberadaan Henry Tolando. Hubungan Henry Tolando dengan Lucas Frangkrut buruk, dan aku yakin Lucas Frangkrut mengirim mata-mata untuk mengawasi Henry Tolando.”“Davis membuatku muak
“Meski aku membina hubungan baik dengan keluarga Miller, tapi bukan berarti mereka akan membantuku jika aku terlibat masalah, apalagi mereka sedang memiliki masalah genting sekarang. Mereka adalah keluarga yang sangat licik, lebih licik dari kita” ujar Lucas seraya mengambil minuman, menoleh pada laut dan pantai.“Masalah apa yang mereka sedang hadapi? Apa masalah itu yang membuat mereka tidak mengurung diri selama ini?” tanya Ryan Buldone seraya menuangkan minuman ke gelas. Ia memberi tanda pada para pemain musik untuk meninggalkan balkon villa.“Seseorang menganggu dan mengancam keluarga Miller.”“Seseorang mengancam mereka?” Ryan Buldone terkejut hingga terbatuk beberapa kali. “Apa aku tidak salah mendengar? Siapa orang yang berani mengancam mereka?”“Aku tidak bisa mengatakannya padamu karena hal itu sangat rahasia. Aku hanya bisa mengatakan jika orang itu sangat cerdas sehingga sulit ditemukan. Jika aku bisa menemukan orang itu, keluarga Miller akan memberikan hadiah yang sangat
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m