Sammy, Don, Trex, Frans, Willy, Nathan, dan Paula sontak terkejut. Mereka saling bertatapan sesaat, memastikan apa yang mereka dengar barusan.“Apa yang baru saja kau katakan, Carlos?” tanya Don.Carlos menunduk, menoleh ke arah lain. “Aku tidak mengatakan apa pun.”Willy dan Nathan mendekati Sebastian, memberi tanda pada pria itu soal Carlos.Sebastian terkejut, mengamati Carlos saksama, memberi tanda pada Willy dan Nathan untuk segera mengikutinya. “Pria itu tampaknya mengenalku. Hanya saja, aku tidak mengingatnya sama sekali.”Sebastian tersenyum. “Jika dia mengetahui nama asliku, dia atau orang tuanya kemungkinan memiliki hubungan dengan Tuan Damian.”Willy dan Nathan saling bertatapan sesaat.“Willy, Nathan, aku ingin berbicara dengan pria itu setelah Davis meninggalkan rumah. Aku harus mengetahui kebenarannya.”“Kami mengerti.”Sebastian, Willy, dan Nathan memasuki mobil, meninggalkan rumah.Sementara itu, Sammy, Don, Trex, Frans, dan Paula saling memberi tanda setelah mendapatk
Davis terkejut ketika melihat informasi di layar. “Apa yang terjadi? Aku mendapatkan kesetiaan Carlos?”Davis mengamati level kesetiaan Carlos. “Level kesetiaannya sangat tinggi untuk ukuran orang baru? Apa yang sudah terjadi pada Carlos?”“Antarkan aku kembali ke rumah sekarang juga. Aku harus bertemu dengan Carlos untuk membicarakan sesuatu,” ujar Davis.Sammy dan Don saling bertatapan.Mobil berbalik arah menuju rumah.Davis tampak tak sabar untuk bertemu dengan Carlos. “Ini kejadian kedua setelah Hans tempo hari. Mereka tiba-tiba memberikan kesetiaan mereka padaku. Aku memang menolong Carlos, tapi aku pikir cukup aneh jika dia langsung memiliki level kesetiaan yang tinggi.”Di saat yang sama, Sebastian masih berbincang dengan Carlos.“Aku sudah menceritakan semuanya padamu, Carlos. Kau harus merahasiakan hal ini dari Davis. Aku, kau, dan yang lain tidak memiliki hak untuk memberi tahu Davis mengenai identitasnya sebenarnya.”“Aku mengerti.” Carlos mengangguk.“Kau harus mengikuti
“Kau yakin Chris ada di tempat ini?” tanya Stevan seraya mengamati sebuah gedung pencakar langit di depannya. “Tempat ini seperti hotel biasa.”“Kita harus memeriksa tempat ini secepatnya. Berandalan yang kita temui di bar mengatakan soal pertandingan si Dewa Kematian yang diadakan di bawah gedung ini. Pertandingan itu menjadi hiburan untuk keluarga kelas atas. Kita harus memastikan jika Dewa Kematian itu adalah Chris,” ujar Levi.“Dia selalu saja menyusahkan sejak dulu.” Stevan berdecak.Levi mengambil tas besar di kursi belakang. “Kita harus bergegas.”Levi dan Stevan segera berganti pakaian, melakukan penyamaran. Mereka memberikan sebuah kartu pada petus, lalu berjalan menuju sebuah ruangan yang letaknya berada di belakang gedung.Levi dan Stevan memasuki sebuah ruangan yang ramai oleh orang-orang dengan wajah menyeramkan.“Seperti yang dikatakan berandalan di bar, orang-orang yang mendatangi tempat ini adalah para berandalan yang menyedihkan,” ujar Levi.“Jika kita tidak bertemu d
Chris mengamati Dylan saksama. “Apa pria itu benar-benar Tuan Dylan?”Chris mengamati foto Dylan dan membandingkannya dengan pria yang berada di depannya. “Pria itu mirip dengan Tuan Dylan.”Dylan mengembus napas panjang, menggerakkan tangannya ke samping kiri dan kanan. Semua pintu mobil seketika terbuka bersamaan. “Keluarlah, Chris. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan padamu.”“Dia mengetahui namaku.” Chris mengamati pintu mobil yang terbuka, keluar dari mobil dengan waspada, mengawasi keadaan sekeliling. “Apa Anda, Tuan Dylan?”“Ya, aku Dylan. Kau adalah Christoper, salah satu anggota pasukan muda yang dilatih oleh Simon. Aku sudah mengawasimu sejak kau datang ke Lilitown. Ikuti aku. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu.”Chris seketika membungkuk. “Tuan Dylan, aku bekerja pada Lucas Frangkrut. Dia ingin menangkap Anda. Mereka menempatkan beberapa kamera pengawas dan alat pelacak padaku. Mereka akan tahu jika aku bertemu dengan Anda di tempat ini.”“Kau tidak perlu mengkhawatir
“Apa yang terjadi, Davis?” tanya Sammy seraya menoleh Davis di kursi belakang.“Tidak terjadi apa-apa.” Davis mengembus napas panjang, bersandar di kursi. “Aku sepertinya terlalu lelah sehingga salah melihat.”Sammy dan Don saling bertatapan.Mobil melaju lebih cepat, melewati beberapa kendaraan. Liamtown sudah berada cukup dekat. Kota itu merupakan salah satu kota kekuasaan Red Hawk yang sudah jatuh ke tangan Davis saat ini.Davis memeriksa kabar di media dan forum. “Keluarga Smiledone dan yang lain membantah kabar yang beredar di internet. Tommy dan Eslon akan segera memberi tahu detail kabar itu padaku secepatnya.”Davis memejamkan mata, tertidur setelahnya.Di tempat berbeda, Alex tengah berada di ruangannya, memperhatikan sebuah sekolah yang berada di Leaventown. “Aku sungguh malas jika harus bersekolah, tapi Davis terus memaksaku. Padahal aku sudah menyukai pekerjaanku sekarang.”“Semua ini demi kebaikanmu, Alex.” Jacob duduk di samping Alex. “Kau harus menjalani masa remajamu s
“Brengsek! Kita justru terjebak di tempat ini,” ujar Levi ketika melihat si pria gendut tengah berjalan menuju ke tengah arena. “Haruskah kita menghajar pria gendut itu dan bawahannya untuk kabur dari tempat ini?”“Jangan gegabah! Kita bisa mencari waktu yang tepat untuk melarikan diri.” Stevan menyahut seraya menatap orang-orang di sekelilingnya.Levi dan Stevan mengamati si pria gendut yang tengah memerahi bawahannya.“Waktu ujian ditunda selama lima menit. Gunakan waktu kalian sebaik-baiknya.” Si pria gendut menendang dua bawahannya. “Bekerjalah dengan benar atau aku akan menendang kalian dari tempat ini!”“Kau tahu ke mana orang-orang yang kalah dalam ujian pertama?” tanya seorang pria yang berada cukup dekat dengan Levi dan Stevan.“Aku mendengar jika mereka akan dibuang ke sebuah hutan dalam keadaan terikat. Hutan itu dihuni oleh banyak hewan buas. Tempat ini adalah temapat rahasia dan tidak boleh sampai terekspos ke publik. Peserta seperti kita akan langsung dihabisi jika beran
Levon tiba di ruangan beberapa menit kemudian. “Apa yang kau temukan, Chris?”“Aku menemukan sebuah kotak di bawah tanah. Setelah aku memeriksanya, aku menemukan beberapa barang milik Dylan,” jawab Chris seraya menggeser kotak ke dekat Levon. “Kau bisa memeriksanya.”Levon membuka tutup kotak, terdiam ketika melihat beberapa baju, dompet, dan sebuah foto. Ia mengambil dompet dan menemukan kartu identitas Dylan. “Bagaiamana kau menemukan kotak ini, Chris?”“Aku memeriksa beberapa ruangan di gedung dan tidak sengaja menginjak sesuatu. Ketika aku menggalinya, aku menemukan kotak ini. Bawahanmu membantuku untuk menggali dan mengeluarkan kotak itu. Aku pikir gedung ini merupakan bekas tempat tinggal Dylan.”Levon kartu identitas Dylan seraya melirik Chris, bergumam. “Aku mengawasi Chris nyaris sepanjang waktu. Aku tidak melihat tindakan mencurigakannya. Dia memang menggali dan mengangkat kotak ini bersama bawahanku. Akan tetapi, aku merasa jika dia sedang menyembunyikan sesuatu.”“Aku akan
Rudy dan Robert memasuki gedung, melewati para pengunjung yang memadati lorong. Bau alkohol dan asap rokok menyambut mereka ketika memasuki sebuah ruanganRudy dan Robert mengamati para penonton yang memenuhi tribun. Sebuah ring cukup besar berada di tengah-tengah ruangan.“Apa mereka bertiga mengikuti pertandingan ini untuk mendapatkan uang?” tanya Rudy seraya mengamati sekeliling.“Jika kita tidak bergabung dengan Samuel dan yang lain, kita pasti berakhir di tempat-tempat seperti ini,” ujar Robert seraya berjalan menuju kursi.“Menyingkirlah dari jalanku, Brengsek!” Seorang pria mendorong Rudy dan Robert ke smaping, berjalan dengan terburu-buru. Pria itu berbalik, tersenyum mengejek. “Kalian cukup tua untuk berada di tempat ini!”Pria itu tertawa terbahak, menoleh pada teman-temannya yang datang dari belakang. “Lihatlah dua badut ini! Aku bertaruh seribu dolar untuk siapa pun yang bisa menumbangkan mereka dengan satu kali pukulan.”Rudy memukul wajah berandalan itu dengan kuat hingg
Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig tengah sarapan bersama di meja makan. Hujan deras menemani kesunyian. Beberapa petir menggelegar, tetapi masih tidak ada obrolan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig saling melirik sesekali, menoleh pada pintu. Mereka tidak sabar mendengar cerita dari Logan mengenai pertemuannya dengan seniornya. Levon mengutuk Levon dalam hati. Ia amat kesal pada Logan, tetapi tidak bisa melakukan apa pun selain mengalah saat ini. Levon meneguk minuman hingga habis, mengamati hujan dari jendela. “Tempat ini jauh lebih baik dibandingkan penjara, tetapi aku merasa sangat kesal”Levon mengembus napas panjang, memejamkan mata erat-erat. “Aku seharusnya berterima kasih pada Logan karena dia sudah menolongku dan keluargaku. Aku seharusnya tidak menjadikannya sasaran kebencianku karena situasi yang aku dan keluargaku hadapi sekarang.”Levon mengamati Lucas, Liam, dan Ludwig sekilas. “Dibandingkan terus merasa jengkel dan benci, aku seha
“Selamat, kau berhasil lolos dari ujian, Logan.”Aaron bertepuk tangan, tersenyum saat melihat para pengawalnya terbaring tidak sadarkan diri di lantai. “Kau memang pantas menjadi juniorku.”Logan tiba-tiba terjatuh terduduk, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia mengamati tetes keringatnya di lantai, menoleh pada para pengawal di sekelilingnya. “Aku berhasil lolos dari ujian.” Logan mengamati pistol di tangannya, tersenyum. “Sialan! Aku pikir aku akan gagal.”“Jadi, sampai kapan kau akan duduk di lantai, Logan? Apa kau tidak ingin mengelilingi bangunan ini sebelum kau kembali ke rumahmu? Kau tidak memiliki waktu untuk beristirahat.”Logan memaksakan berdiri, terhuyung-huyung sesaat. Ia menampar wajahnya saat penglihatannya tidak jelas. “Tentu saja, Tuan.” Logan menghadap Aaron. “Aku siap untuk berkeliling.”“Kau bebas pergi ke mana pun yang kau mau di lantai ini. Sayangnya, kau harus pergi sendiri. Aku akan kembali ke ruanganku untuk beristirahat.”“Aku mengerti, Tuan.”Aaron
Logan turun dari kapal, mengamati keadaan sekeliling.“Tempat ini adalah tempat persembunyian yang sangat menarik.” Logan tersenyum saat kakinya menyentuh pasir putih pantai.Logan dan beberapa pengawalnya berjalan memasuki kawasan hutan. Dari kejauhan, beberapa pria bertopeng sudah berbaris di depan pintu masuk.“Aku datang untuk bertemu dengan Tuan Aaron,” ujar Logan sembari menunjukkan sebuah pesan di ponsel.Seorang penjaga memindai tulisan dan kode di ponsel, mengangguk pada temannya. “Kode yang kau tunjukkan adalah asli. Tapi sebelum kau memasuki bangunan, kami harus memeriksanya dan para pengawalmu lebih dahulu.”“Aku sama sekali tidak keberatan. Aku datang dengan damai.”Para penjaga memeriksa Logan dan para pengawalnya, membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.Para penjaga kembali muncul dan melakukan pemeriksaan hingga berkali-kali hingga Logan dan para pengawalnya tiba di depan sebuah bangunan.“Siapa yang mengira ada sebuah bangunan unik di pulau terpencil s
Suara alarm membangunkan Dariel. Pria itu mengerjap beberapa kali, duduk di kasur. Tatapannya memindai sekeliling kamar.Dariel merenggangkan badan beberapa kali, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menyentuh dahi, leher, dan lengannya. “Aku sudah sembuh?”Dariel melompat dari kasur, tersenyum. “Aku tidak merasakan pusing.”“Tunggu, apa ini?” Dariel terdiam saat melihat tulisan di layar hologram. “Quest sudah terbuka. Aku harus berolahraga selama satu jam untuk mendapatkan EXP.”“Ini adalah quest pertamaku. Aku harus menyelesaikan quest ini dengan baik.”Dariel bergegas mencuci wajah, bersiap-siap berolahraga, keluar dari kamar.“Ke mana Anda akan pergi, Tuan Muda?” tanya Chris.Dariel menoleh pada Chris dan Adrian. “Kalian berdua datang di waktu yang tepat. Aku ingin kalian menemaniku berolahraga di halaman belakang.”“Anda masih harus beristirahat, Tuan Muda,” kata Adrian, “kondisi Anda ....”“Aku sudah sehat sekarang. Aku akan memastikan aku bertanggung jawab jika terjadi sesuat
“Aku sangat menantikan pertemuan itu, Tuan.”Logan tersenyum, mengamati ponselnya sesaat. “Tuan Aaron tampaknya sedang dalam keadaan bahagia sekarang. Kabar apa yang akan dia berikan padaku?”“Apa pun kabar itu, aku tampaknya akan mendapatkan sesuatu yang menarik.”Logan berjalan menuju ruangan utama, mengamati Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig. “Sampah-sampah itu membuatku semakin kesal. Mereka bertingkah layaknya seorang raja.”“Siapa yang meneleponmu, Logan?” tanya Levon. “Seniorku baru saja menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku besok.” Logan duduk di sofa, mengambil minuman di meja. “Kau harus mempertemukanku dengan seniormu, Logan. Kau sudah berjanji padaku.”“Aku tentu ingin mengenalkan kalian pada seniorku. Akan tetapi, semua tergantung seniorku. Aku tidak bisa memaksanya.”Lucas, Liam, Levon, dan Ludwig menatap Logan tajam. Logan tertawa. “Jangan berpikiran buruk tentangku. Aku akan memberikan kalian sedikit cara agar seniorku mau membantu kalian.”“Katakan,” ujar Liam. “
“Apa kau mengatakan sesuatu, Dariel?” tanya Daniel. Dariel teringat dengan pembicaraannya dengan Green. “Aku tidak boleh memberi tahu siapa pun mengenai kemampuanku dan cincin ini, termasuk pada ayah,” gumamnya. “Kau sepertinya harus segera beristirahat, Dariel. Kau tampak pucat.” Daniel melirik Donald dan Deric sekilas, berbisik di telinga Dariel. “Kau harus mengabaikan mereka, Dariel.”“Aku mengerti, Ayah.” Dariel merasakan kepalanya pusing. Dariel dan Daniel pergi menuju ruangan, mengabaikan Donald dan Deric yang masih berada di lantai atas. Dariel memejamkan mata untuk mengurangi pening. Saat akan menaiki tangga, ia mendadak ambruk dan tidak sadarkan diri. “Dariel!” teriak Daniel sembari mengguncang tubuh Dariel. Kekhawatiran dan ketakutan terlihat sangat jelas di wajahnya. “Panggilkan dokter sekarang juga!”Chris segera menghubungi dokter, memberi tanda pada Adrian. Tiga dokter datang bersama beberapa pengawal tak lama setelahnya. Mereka membawa Dariel ke sebuah ruangan.“D
Dariel tengah berjalan di lorong. Pandangannya mengabur dan telinganya berdengung kencang. Ia bersikap senormal mungkin meski ia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya.Dariel merasakan tubuhnya sangat kesakitan. Ia memilih untuk beristirahat di hotel dibandingkan terus melanjutkan perjalanan. Ia tidak ingin membuat ayahnya khawatir karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk.Chris, Adrian, dan para pengawal tidak berani bertanya meski mereka melihat kondisi Dariel yang aneh.“Aku tidak diganggu sampai dua jam ke depan,” ujar Dariel saat di depan sebuah kamar.Chris, Adrian, dan para pengawal sontak mengangguk.Dariel bergegas memasuki kamar, mengunci pintu. Ia berjalan pontang-panting hingga akhirnya terjatuh ke lantai.“Tuan muda,” panggil Chris sembari mengetuk pintu. “Apa Anda baik-baik saja?”Dariel nyaris tidak bisa menggerakkan tubuhnya sekarang. Semua benda di sekelilingnya seperti berputar-
“Aku dengan senang hati akan menyerangmu.”Dariel tersenyum, menggeser layar. Ia hanya menemukan satu jenis serangan. “Pelumpuh.”“Jenis serangan akan bertambah seiring dengan levelmu, Tuan.” Green berdiri, mundur beberapa langkah, merentangkan kedua tangan. “Baiklah, serang aku sekarang, Tuan.”Dariel berdiri dari sofa, melirik Chris dan Adrian yang masih berada di tempat mereka sekilas. “Mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka.”“Jangan mengkhawatirkan keadaanku, Tuan. Aku akan baik-baik saja,” kata Green.Dariel menekan tombol serang. Aliran listrik seketika muncul dan menyerang Green.Sebuah pelindung muncul di depan Green untuk menghadang serangan.Dariel terkejut, mengamati cincin di jarinya. “Cincin ini benar-benar hebat, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan cincinku.”Dariel menatap Green lekat-lekat. “Mereka tidak mungkin memberikan cincin canggih ini padaku secara cuma-cuma. Aku tidak boleh lengah.”“Apakah sekarang kau percaya, Tuan?” Green duduk di sofa
“Serum bakat itu sudah menyebar ke seluruh tubuhmu, Tuan. Tubuhmu sedang beradaptasi dengan kemampuan itu sekarang. Kau sedang tidak sehat sejak kemarin, bukan?”Green menunjukkan layar. “Kemampuanmu akan aktif kurang dari dua jam. Semakin dekat waktu pengaktifan kemampuan itu, semakin besar rasa sakit yang akan kau rasakan. Kau hanya perlu bertahan selama proses berlangsung.”Green melanjutkan, “Jika serum bakat itu tidak cocok denganmu, kau pasti akan langsung tewas. Akan tetapi, karena serum bakat itu cocok, kau mampu bertahan hingga sekarang.”“Bakat apa yang akan aku dapatkan?” tanya Dariel.“Kau akan mendapatkan bakat untuk melihat masa depan.”Dariel sontak tertegun, menatap Green lekat-lekat. Suasana menjadi sangat hening, tetapi kesunyian mendadak lenyap saat Dariel tertawa. Dariel memelotot tajam. “Hentikan semua omong kosong ini! Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan tidak masuk akalmu lagi.” “Ah!” Dariel tiba-tiba meringis, menyentuh leher belakangnya. Dariel m