"APA??? Kita menjadi sekte terbelakang di kerajaan kecil ini?", ucap Xuan yang syok mendengar kondisi sektenya saat ini.
"Ya, selamat untuk itu!!" "Haisss, tempat apa yang telah aku datangi ini" "Tentu saja tempat kelahiran mu, selain itu panggil aku ibu" "Ckckck, aku pasti dikutuk telah datang ketempat aneh ini", ucap Xuan tanpa sadar bahwa ia kini meremehkan sekte yang sangat di banggakan oleh keluarganya dan di jaga oleh para leluhurnya dengan mengorbankan nyawa mereka. "Kau bilang apa? Tempat aneh?", ucap sang ibu yang mengeluarkan aura spiritualnya. Seakan ia tidak terima bahwa tempat ia bernaung dan amat dicintainya dengan segenap jiwa dihina oleh putranya sendiri. Tingg.. *Peringatan tanda bahaya. Sebuah peringatan datang di kepala Xuan, namun ia sangat terkejut lantaran ia bisa melihat pemberitahuan yang tiba- tiba itu dengan jelasnya. Tapi, sangat disayangkan lantaran Xuan tidak memperhatikan pesan yang diberikan bahkan bunyi dari pergitan itu malah di abaikan oleh Xuan hingga terjadi hal yang tak dinginkan. "Hem, apa ini sistem?" Tit.. tit.. tit.. "Hah, kenapa dia terus menunjukan tanda bahaya ya!", ucap Xuan yang masih belum mengerti pada situasinya saat ini. "Ye Cheng Xuan, kau bahkan mengabaikan ku sekarang!", ucap sang ibu yang saat ini aura membunuhnya telah keluar lantaran kesal akan sikap sang putra yang dari tadi mengabaikan dirinya. "Ha, ti- tidak ibu, ma- maafkan aku_" Prakk.. Trak.. Brakk.. Beberapa saat kemudian.. "Hem, jika kau masih berani mengabaikan ku lain kali, lihat saja apa yang akan ku lakukan berikutnya!", ucap sang ibu yang kemudian pergi meninggalkan Xuan setelah puas menghajar putra yang sempat ia khawatirkan dan tangisi lantara sakit beberapa saat lalu. "Bukankah aku ini putramu, lalu kenapa menghajarku begitu kejam? ", ucap Xuan dalam keadaan babak belur. "Ck, bukankah dia mengkhawatirkan aku beberapa saat lalu? Haaa, sampai kapan pun wanita benar-benar sulit dimengerti", ucap Xuan yang tanpa bingung dan pasrah akan sikap sang ibu. Setelah merawat dirinya, Xuan pun teringat untuk mencari tablet yang memantulkan sistem peringatan beberapa saat lalu. Namun sayangnya, ia tidak menemukan tablet yang telah memantulkan sistem pemberitahuan kala itu. Sebab, sejak awal tablet itu memang tidak ada. "Aku tidak menemukan tablet apa pun disini, lalu bagaimana sistem itu bisa muncul? Apakah harus ada pemicunya?", ucap Xuan yang mulai penasaran akan sistem yang muncul beberapa saat lalu. "Hem, tapi tempat ini sepertinya aku pernah melihatnya", ucap Xuan yang merasa tidak asing dengan dunia ini. "Kak Xuan, apa yang sedang kau lamunkan sambil berdiri begitu?", ucap Wang Lizi adik sepupu Xuan dari pihak ibu. Ting.. *Pemberitahuan Sistem ¤》Nama: Wang Lizi ¤》Umur: 18 Tahun ¤》Identitas: Adik Sepupu dari pihak ibu, murid Sekte Seribu Bintang yang berbakat. ¤》Skill : Petarung ¤》Tingkat Kultivasi: Guru Beladiri ¤》Keberuntungan: 35 "Apa- apaan pemberitahuan ini?", ucap Xuan yang tidak percaya mendapatkan informasi dari sistem secara tiba- tiba. “Kak apa yang sedang kau katakan? Aku tidak mengerti!”, ucap Wang Lizi yang tidak mengerti apa yang tengah di gumamkan oleh Xuan sendirian. “Hem, jadi begitu! Aku mengerti sekarang!”, ucap Xuan yang mulai mengerti cara kerja sistem. Pikir Xuan, jika benar sistem bekerja seperti yang ia ketahui maka, sudah pasti saat ini sistem sedang menyingkronkan diri dengan dunia ini. “Apa yang kau mengerti kak?”, tanya Lizi yang semakin penasaran akan apa yang tengah dipikirkan oleh Xuan saat ini hingga memgabaikan dirinya yang sejak dari tadi. “Eh, gadis kecil kau masih disini?”, ucap Xuan yang tersadar setelah mendengar suara Lizi yang semakin dekat dengan dirinya. “Hump, apa maksudmu? Kau tidak ingin aku ada disini?”, ucap Lizi yang sedikit kesal dan kecewa akan respon Xuan terhadap dirinya. “Bukan begitu! Ah, sudahlah, lupakan. Ayo temani aku turun gunung”, ucap Xuan yang tiba- tiba menjak Lizi menuruni gunung tempat sekte itu berada.“Apa? Kita akan turun gunung bersama?!”, ucap Wang Lizi yang tiba-tiba bersemangat. Matanya yang berbinar-binar itu memperlihatkan betapa ia sangat ingin menuruni gunung untuk melihat kehidupan luar. “Hem, kenapa menatapku begitu? Apa kau sudah lama tidak menuruni gunung?”, tanya Xuan yang pemasaran seberapa lama gadis ini terkurung di sekte tanpa melihat kehidupan normal di luar sana selain pelatihan dan bunyi pedang. “Ahh, bu-bukan begitu!”, ucap Lizi yang malu- malu. “Lalu?”, tanya Xuan yang penasaran akan sikap gadis ini sambil menelengkan kepalanya. “Ha-hanya saja, kakak tidak pernah mengajakku keluar bersama dan lagi, kakak tidak biasanya mencari barang sendirian!”, jelas Lizi yang menyatakan sikap Xuan telah banyak berubah. “Apa??", ucap Xuan yang terkejut akan sikap dirinya yang itu terlihat acuh tak acuh. Bahkan Xuan yang dulu benar-benar hidup layaknya seorang tuan muda yang suka memerintah bawahannya pada hal-hal yang terbilang sepele. “Ya, biasanya kakak akan me
Pembagian keluarga ini di lihat dari jumlah kekayaan dan pasukan tempurnya yang meliputi tingkat para kultivasi dari anggota keluarga itu sendiri. Jumlah tingkatan keluarga sangat menentukan peringkat dari sebuah kerajaan, oleh karenanya para raja dan pentinggi kerjaaan sangat mengutamakan untuk mengasah kemampuan para generasi muda. Kerajaan sendiri dibagi menjadi tiga kelas meliputi: Kerajaan kelas atas, Kerajaan kelas menengah dan Kerajaan kelas bawah. Kerajaan kelas atas sendiri terdiri dari 500 kerajaan, sedangkan kerajaan kelas menengah dan bawah terdiri lebih dari 1000 kerajaan. “Lihat itu, aku dengar dia baru saja terluka di hutan monster”, ucap tuan muda pertama keluarga Mo dari salah satu rumah makan ternama di Ibu Kota. “Sepertinya, lukanya cukup parah hingga ia menjadi bodoh begitu!”, ucap tuan muda ke- 2 keluarga Mo yang juga ada disana. Mereka yang tengah makan siang di lantai dua itu tertarik pada kehadiran yang tak biasa yaitu kemunculan Xuan setelah sekian lama.
“Heh, tampaknya kepala mu harus dipukul baru bisa mengingat siapa aku ya!”, ucap sang tuan muda Cheng sambil menahan emosinya. “Hei nak, jangan menghadang orang di tengah jalan begini. Minggirlah, aku masih ada keperluan, tidak bisa meladeni mu sekarang”, ucap Xuan yang tak peduli sama sekali akan rivalnya itu. “Kak, apa yang kau katakan?”, ucap Lizi yang khawatir sikap Xuan saat ini mengundang kemarahan dari sang tuan muda Cheng yang menganggap dirinya sebagai rival, meskipun Xuan telah kalah jauh dari dirinya saat ini. “Hem, apa maksudmu?”, tanya Xuan yang tidak mengerti akan situasi saat ini. “Kak, apa kau sungguh tidak ingat siapa dia?”, tanya Lizi memastikan akan sikap Xuan yang mengabaikan rivalnya sendiri. “Ehm, kenapa juga aku harus mengingatnya? Apa dia itu begitu penting? Ohh, apakah dia pemuda nomor satu di kota ini?”, tanya Xuan yang membuat situasi semakin runyam, dan tentunya emosi sang tuan muda Cheng naik 1000 tingkat. “Ten- tentu saja bukan!”, ucap Lizi s
Xuan yang dibawa kembali ke sekte dalam keadaan terluka lagi dan lagi membuat kedua orang tuannya khawatir. Baru saja ia pulih beberapa saat lalu, kini malah terluka lagi meski pun tidak terbilang parah. “Aku minta maaf, aku tidak tau kultivasinya jatuh separah ini”, ucap sang tuan muda Cheng yang benar - benar tidak tau bahwa Xuan telah jatuh hingga dasar begini. Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal itu, sebab ia berpikir sejak Xuan bertanya apakah dirinya adalah pemuda nomor satu di kerajaan itu, pastilah Xuan telah melampauinya. Namun, nyatanya Xuan malah jatuh merosot hingga bawah, sungguh hal yang tak dapat dimengerti oleh dirinya bagaimana hal itu mungkin terjadi. “Sudahlah, kau juga tidak tau!”, ucap sang ayah yaang paham betul akan tuan muda Cheng yang merupakan rival anaknya itu. Pikirnya mana mungkin sang tuan muda akan melukai Xuan jika tau kondisi Xuan yang cukup memprihatikan. “Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Xuan di gu
Ting.. *Perkenalan MC ¤》Nama: Ye Cheng Xuan (19 Tahun) ¤》Identitas: Penetua Sekte Seribu Bintang dari kerajaan Xima. ¤》Skill : Petarung ¤》Tingkat Kultivasi: Prajurit ¤》Level dalam sistem: 05 ¤》Keberuntungan: 10 “Hem, aghhhh.. Apa- apaan ini!", teriak Xuan melihat informasi dari sistem akan dirinya didunia ini yang cukup menyedihkan. "Kau kenapa, apa ada bagian tubuh mu yang sakit?”, tanya sang ibu melihat Xuan yang berteriak dalam lamunannya. Pikirnya, apa telah terjadi sesuatu yang buruk pada putranya ini. “Oh, tidak bu. Aku baik-baik saja”, ucap Xuan yang tersadar bahwa sang ibu masih ada disana. “Hufff, syukurlah kalau begitu. Lebih baik kau makan dulu, setelahnya minum ramuan ini!", ucap sang ibu yang telah mempersiapkan berbagai hal untuk putranya dan tak lupa pula ramuan obat yang telah disiapkan oleh tabib Mo untuk meningkatkan stamina Xuan. “Baik, tapi ibu apa yang telah terjadi padamu?”, tanya Xuan setelah memperhatikan wajah penat nan letih dari sang
“Apa kegunaanmu jika kau tidak bisa membantuku”, ucap Xuan penuh kesal dan memaki system yang terikat dengannya saat ini. “Sitem bod*h tak berguna, kenapa pula menjadi pendampingku! Hei, kenapa kau tidak menjawab ku. Hais.. Ini pasti ulah sang pemilik suara saat itu, sebenarnya kau ada masalah apa dengan ku ha!!!”, pekik Xuan penuh amarah. Trak.. Prakk… Lagi- lagi Xuan disambar petir tanpa sebab, namun hal itu justru dianggap sebagai hal yang biasa dari peningkatan basis kultivasinya oleh orang lain. “Kenapa aku selalu disambar petir? Ck, sialnya..”, ucap Xuan yang bajunya telah gosong, namun kali ini Xuan tidak pingsan seolah tubuhnya telah biasa menerima sambaran petir itu. Ting.. Pemberitahuan system. *Tuan rumah bisa meningkatkan basis kultivasi dengan satu syarat!! “Ya, akhirnya kau merespon! Katakan pada ku apa syaratnya, meskipun harus menyebrangi lautan, melintasi dunia, eh, bukankah aku sudah melintasi dunia saat ini?”, ucap xuan yang teralihkan pada kenya
Sikkap Xuan meremehkan buku tingkat unggu itu malah terlihat arogan dimata orang- orang yang ada di perpustakaan itu hingga menimbulkan kekesalan, kini Xuan ditatap dengan penuh kemarahan. Terutama sang tetua ke- 8 yang lebih frustasi mendengar perkataan Xuan saat ini yang merendahkan sekte yang ia banggakan itu. Brukkk.. “Bocah nakal, kau tau apa? Buku tingkat unggu level surga itu bahkan hanya ada beberapa di kerajaan ini”, ucap sang tetua sambil memukul Xuan penuh emosi. Ia bahlan tidak peduli laga jika Xuan adalah anak dari pemimpin sekte. “Haiss, pantas saja kerjaan ini menjadi kerajaan paling belakang. Ck, ck, ck!!”, ucap Xuan tanpa rasa bersalahnya. Mendengar perkataan itu semua orang yang ada disana serasa ingin memukul Xuan detik itu juga. Namun karena identitas Xuan sebagia tuan muda sekte, mereka juga tidak bisa berbuat apa- apa. Tapi tidak dengan sang tetua yang kini memancarkan aura membunuhnya. Ting.. Ting… *Peringatan tanda bahaya. “Hem, bahaya? Bahaya ap
“Leluhur terluka!”, ucap salah satu pelayan keluarganya. “APA?? Kakek terluka, bagaimana bisa?”, ucap Xuan yang terkejut mendengar sang kakek yang merupakan leluhur sekte ini terluka parah hingga ia harus segera di obat. “Em, i-itu…”, ucap sang pelayan ragu-ragu. “Ada apa? Katakan saja!!” “I-itu karena tuan muda” “Ha, karena aku?”, ucap Xuan yang tak percaya akan penyebab dari sang kakek yang ada di dunia ini terluka. “Ya, leluhur berdebat dengan tuan Fu Shian Ma dari Sekte Cahaya”, jelasnya pada Xuan. Xuan yang mendengar penjelasan bahwa sang kakek berdebat dengan orang- orang dari sekte cahaya lantaran menghina dirinya yang kini di anggap seorang idiot. Tentu, hal itu melukai hati dan harga dirinya, Xuan pun berlari meninggalkan tempat itu menuju gunung monster yang berada di belakang sekte mereka.Xuan merasa ia tidak akan sanggup melihat sang kakek yang terluka demi melindungi nama baiknya itu terluka parah. Pikirnya, meski ia datang kesana pun tak akan ada yang bisa