Ruo Lang menatap gadis kecil di sisinya sekarang, anak itu sangat pendiam dan patuh. Wajah cantiknya terbiasa dibaluti ekspresi pura-pura sakit untuk mencuri perhatian orang-orang, tapi kenapa saat ini Ruo Lang merasa bahwa adiknya agak dingin? "Hei, kau." Alice mendongak, tatapan mata almond acuh tak acuhnya bisa membuat orang berpikir dia sedang melotot marah, "Aku punya nama." Tertangkap basah, Ruo Lang bingung kenapa dia merasa bersalah. Tapi kenapa juga dia harus merasa bersalah? Anak ini dulunya sangat menjengkelkan! Ruo Lang bertanya sinis, "Rencana apa lagi yang akan kau gunakan untuk mendapatkan perhatian semua orang?" "Haruskah aku memberitahumu? Siapa kau?" "A-apa? Aku kakakmu!" "Tidak, tuh. Bukannya di masa lalu kau berkata adik perempuanmu hanya Ruo Meifa, jadi jangan mengajakku berbicara seolah-olah kita akrab satu sama lain," balasan sinis ini belum berakhir karena Alice kembali menambahkan dengan senyuman simpul apatis, "Karena kita, saling membenci satu sama lai
Sore hari, Alice duduk tenang di ruang santai dalam kamar. Memandangi suasana luar yang tenang nan damai. Lingkungan hijau penuh tanaman bunga sebentar lagi akan sirna ketika musim dingin datang. Dan saat itu, dia juga sudah tinggal di Kuil sampai musim semi tahun depan tiba. "Nona, semua sudah siap. Kita berangkat sekarang?" Alice tersadar dari lamunan, berhenti minum teh kemudian bangun. Tubuhnya sempat goyah karena pusing mendadak, beruntung Ah Bing dengan gesit berlari ke sisinya, "Kepalaku sangat pusing, suruh salah satu pelayan memanggil Da Yuan kemari. Kita berangkat sekarang, lalu kau ambilkan beberapa obat untukku. Jika ada, bawakan obat tidur juga, aku tidak yakin tubuhku akan tahan naik kereta kuda terlalu lama." "Nona ..." Ah Bing memasang wajah anak anjing memelas. Kedua mata kecilnya berair hendak menangis. Ah Bing berpikir sang Nona telah putus asa untuk hidup karena tidak bisa menjadi Putri Mahkota, sehingga berakhir menjadi seorang Biksu yang setia kepada Buddha. "
Sepanjang perjalanan menuju Kuil yang berada dipuncak pegunungan sebelah timur area Kerajaan Dayun, Alice diuji bertubi-tubi karena tubuhnya sangat lemah untuk sekedar melakukan perjalanan jauh. Ketika rombongan kereta melintasi wilayah terakhir para penduduk, gerbong dihentikan oleh prajurit Istana. "Kami perlu melakukan pemeriksaan." Kata salah seorang prajurit berseragam besi keemasan. Sang kusir berkata sopan, "Kami adalah rombongan dari keluarga Adipati Ruo." "Ah, maaf. Silahkan, kalian bisa segera melanjutkan perjalanan." Dari dekat jendela kereta, Alice medorong tirai kain agar terbuka sedikit. Ia melirik suasana ramai disekitar, lalu ke prajurit Istana di depan. 'Keluarga Adipati Ruo punya banyak kistimewaan. Perlakuan prajurit tadi bahkan seolah sedang memperlakukan keluarga Kerajaan Dayun.' 'Itu karena Adipati Ruo adalah adik kandung satu-satunya dari Permaisuri saat ini. Adipati Ruo pun menjadi tangan kanan Permaisuri paling setia mengingat hubungan darah diantara kedu
Alice berhasil sampai ke puncak gunung tempat Kuil berada. Gerbang megah di depannya terbuka lebar dengan gaya arsitektur mengesankan dan rumit. Tidakkah pintu ini terlalu mewah untuk sebuah Kuil? Bukannya apa, tapi seingat Alice, di dunia ini para Biksu sangat mencintai Buddha dan membenci hidup bergelimang harta. Apalagi terhadap benda-benda mewah, mereka lebih suka kesederhanaan. Da Yuan pun baru kali pertama datang ke Kuil. Anak itu turut merasakan kejanggalan, "Bukankah ini Kuil untuk menyembah Buddha? Kenapa tampak sangat mewah dan megah? Keindahannya mungkin akan bisa bersaing dengan Istana Kerajaan." Alice tidak tahu. Firasat hatinya berbisik lembut, seolah berkata bahwa keputusannya ingin tinggal di sini adalah keputusan paling tepat. Gadis itu kembali mendongak menatap puncak menara dibelakang Kuil, 'Entah ini sekedar prasangku atau memang benar, tapi Kuil ini sepertinya memiliki sesuatu.' Leon muncul dari lubang portal dimensi, mulai memeriksa Kuil dengan melakukan pemin
Makan malam. "Makanlah lebih banyak," Nenek Ruo menyumpit sepotong daging khusus dari dapur kemudian meletakkannya ke mangkuk Da Yuan. "Lihatlah tubuhmu itu, terlalu kurus untuk seorang anak laki-laki berusia 15 tahun. Selama ini, aku selalu abai dengan dunia luar saat berada di mansion karena fokus pada kesehatan Ziyu kecil, hah ... tidak aku sangka, mereka masih memperlakukanmu dengan kejam begini." Da Yuan diam, sesekali menjawab apabila diperlukan. Contoh seperti saat sekarang, "Nyonya Tua begitu perhatian kepada hamba, hamba tidak berani merepotkan anda di masa depan." Nenek Ruo memukul lengan Da Yuan kesal, meski sumpit kayu tidak sekeras batu, namun masih meninggalkan bekas kemerahan karena kulit Da Yuan amat tipis serta penuh tulang. "Bocah nakal satu ini, kau datang ke Mansion Ruo saat baru berusia 7 tahun. Anak-anakku banyak memberikan penderitaan untukmu dan keluargamu— seandainya aku bisa mencegah putriku, mungkin kau akan menjadi Putra Langit dari Kerajaan Dayun." "Pe
Alice bermain nasi dengan sumpit, kembali melanjutkan berkata-kata lewat telepati bersama Leon, 'Pikirkan ini, kucing gendut. Meski Jenderal Cai, Kakekku juga bukan orang jahat. Namun, setiap bangsawan sangat mengidamkan posisi Putra Langit. Dan Jenderal Cai kemungkinan memperlihatkan ambisinya terhadap Da Yuan dan takhta, saat Kaisar menyadari bahwa dua keluarga jenderal terhebat berusaha menodongkan pedang dikursi miliknya, bagaimana mungkin Kaisar tidak menjadi sensitif? Menurut informasi, Selir Cai barulah teramat dicintai ketika Da Yuan berumur satu tahun, pada saat itulah kecemasan Kaisar meningkat, berpikir untuk mengambil seluruh kekuatan militer agar menjadi miliknya sehingga dia bisa tenang sebelum mendapatkan pengganti setia mati untuknya. Jenderal Cai memiliki kontribusi besar sebagai Jenderal Tua, sedangkan Ruo Feng memiliki banyak prestasi sebagai Jenderal Muda. Dua pedang, satu di jantung, satu di leher belakang. Kaisar akan merasa sesak dan terhimpit dan merasa ini ter
Da Yuan kembali ke wilayah barat, beralasan sakit kepala. Meninggalkan Alice seorang diri di dalam kamar minimalis Nenek Ruo, pintu terbuka di depan ruangan berhasil dimasuki Ah Bing yang berlari tergesa-gesa. "Nona! Kenapa wajah anda terlihat pucat sekali? Apakah sampah itu mengganggu anda!" Ah Bing bersiap menggulung lengan bajunya, mengumpat kejam, "Setan kecil tidak berguna sepertinya berani-beraninya mengganggu Nonaku! Biarkan aku datang dan memukulinya hingga jera!" "Sudahlah, sudahlah, jangan membuat kekacauan di malam hari atau Nenek akan marah padaku. Bawa aku pulang saja ke halaman kita, aku harus segera tidur, kepalaku rasanya ingin pecah." Alice menerima bantuan Ah Bing secara langsung. Tubuh ini sudah keletihan total hanya dengan berdebat melawan Da Yuan. Tidak masalah, setidaknya— dia berhasil mempengaruhi pemikiran anak tersebut. Memang masih awal untuk disebut berhasil, tetapi Alice juga enggan mundur ditengah jalan. Cepat atau lambat, Da Yuan akan datang padanya da
Tanpa memunggu waktu lama, Da Yuan sudah bergerak terlebih dahulu. Berinisiatif datang ke halaman timur dan berkata bahwa pria muda tersebut bersedia melepaskan Ruo Feng dan Nenek Ruo, kemudian Alice menambahkan beberapa kata bahwa dia tidak akan menyangkal hukuman apapun yang diberikan oleh Da Yuan pada Ruo Feng di masa depan, asalkan tidak berbahaya sampai mengancam nyawa Ruo Feng. Mereka menemui kesepakatan. Dua orang tersebut mulai belajar menerima saran dan kritik satu sama lain, Da Yuan pun yang sekeras batu dan suka membantah— berhasil jinak dalam waktu dua bulan setelah tinggal bersama Alice dan terus bertukar pikiran. Meski temboknya masih teramat tinggi, setidaknya Alice bisa melihat tingkat kesukaan Da Yuan. Jadi ketika anak itu berbohong dengan bersikap dingin, Alice tetap tahu bagaimana perasaan sebenarnya Da Yuan. Anak muda ini adalah tipikal tsundere. Selalu marah-marah dan bersikap dingin dengan gengsi setinggi langit, namun disisi lain juga masih memiliki hati nura