Share

Bab 83

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 09:44:59

"Kenapa diam, Yang?" tanya Yasmin saat melihat Brian duduk termenung di depan televisi yang menyala.

"Eh... Itu...." Brian gelagapan. Dia bingung harus menjawab apa? Karena dalam pikirannya hanya permintaan Sandra.

"Kenapa? Mikirin permintaanku kemarin? Aku masih menunggu kamu hingga benar-benar siap. Tapi jangan terlalu lama, aku takut keburu jamuran," ucap Yasmin sambil mengerucutkan bibir.

Rian tersenyum melihat ekspresi Yasmin yang menggemaskan. Perlahan ia menggeser posisi duduk hingga semakin mendekat ke arah sang kekasih. Dalam hitungan detik bibir kedua insan itu saling bertemu. Yasmin terpaku mendapat serangan mendadak dari putra sulung Sandra. Jantungnya berdetak tak menentu,tubuhnya tiba-tiba memanas. Tak bisa dipungkiri ada hasrat yang memaksa untuk segera dituntaskan.

Bukan hanya Yasmin,Brian juga merasakan hal yang sama. Napas lelaki itu semakin memburu dengan keinginan yang berlawanan dengan hati nuraninya. Sebagai manusia normal,Brian menginginkan saat-saat seperti
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
sekarang anak nya Bagaskara yg g bisa lepas dr Yasmin blum lagi Gilang om nya Brian dn juga Farel yg mengenal Yasmin langsung jatuh cinta dn g bisa lepas dr nya ..tinggal ketemukan semua nya dgn Yasmin pasti seru tuh hahahaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 84

    "Bi,besok sudah minggu. Jangan lupa bawa pacar kamu yang namanya Billa itu. Mami pengen kenal sama calon menantu," ucap Sandra di acara sarapan pagi mereka. Uhuuk... Uhuuk.... Brian tersedak nasi goreng. Rasa panas pun menjalar di tenggorokannya. Ucapan Sandra bagai bom yang menghancurkan hari dan mood Brian. "Pelan-pelan, dong. Baru diminta Mami gitu saja langsung grogi," ledek Andre sambil tertawa cekikikan. "Mami tunggu, ya, Bi." Sandra menoleh ke arah Brian. Lelaki itu menelan ludah dengan susah payah. Air putih yang baru saja ia minum tak bisa mengurangi rasa gugupnya. Lalu dengan terpaksa ia menganggukkan kepala. Saat ini menganggukkan kepala adalah salah satu cara membuat Sandra diam. "Masalah besok dipikir nanti, yang terpenting mami tak lagi bertanya-tanya," ucap Brian dalam hati. Sesaat suasana menjadi hening, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut mereka. Rendi sibuk menyusun rencana untuk membatalkan permintaan Sandra. Sementara istri Bagaskara memikirkan makan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 85

    “Brian ....”Suara panggilan membuatku menoleh ke belakang. Mataku melotot dengan mulut terbuka lebar. Seketika jantung ini seakan berhenti berdetak. Aku bahkan tak mampu menelan air liur. Beribu pertanyaan menari-nari dalam kepalaku. Kenapa lelaki ini ada di sini? Di hadapan kami.“Yasmin ...,” panggilnya saat melihatku. Dia tersenyum tapi aku justru menoleh ke arah Rian.“Kenapa kalian bisa bersama?” tanya Gilang sambil menatap kami bergantian.Kalian? Apa yang dia maksud aku dan Rian? Apa mereka berdua saling mengenal? Tunggu, bukankah dia memanggil Brian,bukan Rian? Apa jangan-jangan nama Rian itu Brian?Kepalaku terasa berdenyut,banyak pertanyaan yang membuatku tak bisa berpikir waras. Lebih baik aku dan Rian segera pergi dari sini.Aku senggol Rian yang masih diam membisu. Wajahnya mulai dipenuhi keringat dingin. Senyum yang tadi hadir telah lenyap,hanya tinggal ketegangan yang nampak di wajah tampannya.“Sayang,ayo kita pergi!” Kugenggam tangannya yang terasa dingin. Namun Rian

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-23
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 86

    Pagi telah menyapa,segera aku bangun dari kasur. Mata ini terasa begitu berat karena semalaman aku terus menangis. Bukan hanya kecewa pada Rian,tapi juga pada diri sendiri. Kenapa aku harus mencintai orang yang harusnya kujauhi?Tuhan ....Apakah ini hukuman atas semua dosa dan kesalahanku di masa lalu? Kalau memang iya, tidakkah ini terlalu menyakitkan?Aku buka jendela,sinar mentari menerobos masuk. Hangat sinarnya seakan menyapa diriku ini. Memintaku tersenyum karena mendung tak lagi ada. Namun apa bisa bibir ini melengkung ke atas setelah separuh jiwaku pergi? Kurasa tak akan semudah dulu karena luka yang Rian tancapkan terlalu dalam.Krucuuk... Krucuuk ....Suara cacing dalam perut yang meminta jatah. Pantas saja perutku terasa melilit,dari semalam tak ada secuil makanan yang masuk ke perut. Aku terlalu sibuk mengurusi hati yang hancur menjadi serpihan kecil. Hingga mengabaikan kebutuhan perut.Aku berjalan seraya mengikat rambut yang terurai tak beraturan. Segera kuambil panci d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-24
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 87

    Aku mulai menyibukkan diri dengan tumpukan pakaian kotor yang ada di dalam keranjang. Tak kubiarkan pikiran ini kosong. Aku tak mau memberi cela Rian masuk ke dalam sana. Namun cukup sulit membiasakan diri tanpa Rian di sini. Meski nomor ponselnya sudah kublokir tapi tetap saja aku selalu mencari tahu kabar tentangnya lewat media sosial.Ternyata begitu sulit menghapus namanya di sanubari. Aku memang selalu terlihat kuat di luar tapi pada kenyataannya aku rapuh. Aku terpuruk tanpa Rian di sisiku.Berulang kali kutekankan pada diri sendiri bahwa aku tak pantas bersanding dengan Rian. Dia bak langit sedang aku tanah yang penuh dengan lumpur. Kami tak sama,jauh berbeda. Namun tetap saja hati tak bisa diajak kompromi meski logika menentangnya.Ya Allah ....Seperti inikah perasaan Sandra dulu? Kalau bisa kuulang waktu,tentu aku ingin kembali ke masa itu. Aku akan pergi agar tak bertemu Om Bagaskara. Agar rasa sesal tak menyiksa hati. Namun sayang, apa yang sudah terjadi tak akan bisa diu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-25
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 88

    "Hay, pelakor!" Teriakan seseorang membuat langkahku terhenti. Aku kembali membalikkan badan, ingin tahu siapa yang memanggilku pelakor. Jantungku berdetak kencang melihat orang-orang yang ada di luar pagar masuk ke dalam. Aku memejamkan mata saat telur dan tomat melayang ke arahku. Ini serangan mendadak, dan aku tak sempat menghindar. "Rasain kamu pelakor!""Sok baik pakai gratisin mencuci mukena gak taunya ngincar laki orang!""Dasar wanita mur*han! Harusnya kamu pergi dari sini!""Iya, pergi!""Huuu ... memalukan!"Aku mematung, merasakan sesak dalam dada. Ingin aku berteriak memaki, meluapkan amarah. Namun lagi dan lagi mulut ini kelu. Aku memilih diam, membersihkan kulit telur yang menempel di rambut dan pakaianku. Percuma membela diri karena yang dikatakan mereka benar, aku perempuan mur*han yang merusak rumah tangga orang. Tanpa disadari air bah turun begitu saja. Sekuat tenaga aku pura-pura kuat tapi nyatanya tak bisa. Caci dan maki mereka membuatku terluka. "Gak usah sok

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 89

    “Aku di mana?” gumamku saat melihat setiap inci ruangan ini. Sebuah ruang yang dipenuhi dengan berbagai barang tak terpakai. Debu menempel di setiap sudut.“Ya Allah ... kenapa aku bisa berada di sini?” gumamku.Bulir demi bulir menetes dari sudut netra. Aku tak pernah menyangka akan berada di dalam gudang seperti ini. Siapa yang tega melakukan ini padaku? Sandra? Gilang? Atau Om Bagas?Perlahan aku berdiri sambil berpegangan dinding yang catnya mulai mengelupas. Tertatih aku melangkah mendekati pintu. Rasa sakit di kepala membuat langkahku seperti siput. Entah obat apa yang mereka berikan padaku?“Tolong! Tolong!” teriakku sambil menggedor pintu dengan sisa tenaga yang masih ada.Hening,tak ada suara apa lagi jawaban. Rumah ini seperti kosong tak berpenghuni. Lalu kenapa aku bisa sampai di sini? Aku ingat betul, ada seorang lelaki yang memberiku bius dan saat aku bangun sudah berada di gudang ini.“Tolong! Siapa saja tolong keluarkan aku dari sini!” teriakku lagi.Aku luruh di dekat

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 90

    Sudah dua hari aku dikurung di sini. Siang kepanasan sedang malam kedinginan. Hampir tiap malam aku tak bisa tidur karena beralaskan kardus. Aku juga belum mandi hingga detik ini. Jangankan untuk menguyur tubuh dengan air, buang air kecil saja selalu di awasi di balik pintu. Hidupku ini seperti tahanan dalam penjara bahkan lebih. Siang telah berganti malam, aku bisa tahu dari ventilasi di gudang ini. Namun aku tak tahu ini pukul berapa. Satu jam begitu lama, apa lagi aku hanya duduk menunggu keajaiban datang. Aku pernah berteriak meminta tolong tapi orang-orang itu justru mengikat tangan dan kakiku. Bahkan mulutku juga dilakban. Dan itu yang membuatku memilih tak berteriak.Aku rebahkan tubuh di atas lantai beralaskan kardus. Rasa dingin menusuk hingga ke tulang. Tak ada selimut apa lagi bantal. Nyamuk selalu datang menemani tidurku. Kreek.... Spontan aku membuka mata kala mendengar suara gesekan di pintu. Dua orang lelaki yang selalu mengawasiku sudah berdiri tepat di sampingku. D

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • Sisi Lain Pelakor   Bab 91

    "Sudah kau temukan?" tanya Gilang pada seseorang di seberang sana. "Maaf, Bos. Tak ada petunjuk apa pun. CCTV sedang rusak saat kejadian penculikan," terang orang suruhan Gilang dengan gugup. Dia takut bosnya murka saat perintahnya tak dapat ia kerjakan dengan baik."Cari petunjuk lain, aku ingin Yasmin segera ditemukan!"Belum sempat lelaki itu menjawab tapi sambungan telepon sudah dimatikan sepihak oleh Gilang. "Kamu ke mana, Yasmin?" tanya Gilang pada diri sendiri. Lelaki yang memakai kaos navy itu berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sesekali ia tendang barang-barang yang menghalangi jalannya. Rasa cemas dan khawatir membuatnya emosi dan menyalahkan orang lain, bahkan benda mati tak luput dari amukannya. Gilang menjatuhkan tubuh di atas ranjang. Lalu memijit kepalanya yang terasa berdenyut. Pikirannya menerka-nerka, siapa gerangan orang di balik penculikan Yasmin. "Apa Mbak Sandra? Tapi tidak, dia tak akan senekat itu meski membenci Yasmin setengah mati. Bahkan dia tak m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27

Bab terbaru

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 134

    "Makan ya, Rel," bujuk Mama seraya mendekatkan sendok ke arahku. Aku menoleh, kembali fokus menatap awan yang terlihat dari jendela kamar. Saat ini aku tengah terkulai lemas di atas ranjang khas rumah sakit. Beberapa hari yang lalu aku terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. "Jangan dibiarkan kosong perutnya, Rel. Kamu tahu, kan harus bagaimana? Jangan hanya pandai menasihati pasien, sementara kamu sendiri tidak melalukan hal itu."Aku masih membisu. Netraku masih tertuju pada titik yang sama. Langit siang hari di Kota Jakarta. Bukan langit biru dengan burung yang menari di sana. Namun langit yang tertutup oleh awan putih akibatnya banyaknya pencemaran udara. "Rel, jangan seperti ini, Nak. Kamu harus sembuh demi ...""Demi siapa, Ma? Demi memenuhi obsesi Papa. Percuma aku sembuh jika hidupku terasa mati. Aku hidup tapi mati."Isak tangis kembali terdengar di telinga. Siapa lagi kalau buka Mama. Namun kali ini aku memilih bungkam. Tenggelam dalam ras

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 133

    Yasmin luruh di lantai. Tangisnya pecah detik itu juga. Penyesalan pun hadir, bahkan menyesakkan dada. Maafkan aku, Rel. Aku salah mengira. Aku pikir kamu tega meninggalkan aku dan Naura hanya karena harta. Tapi justru kamu yang berkorban untuk Naura. Farel... Pulanglah. Butiran-butiran kristal telah membanjiri pipi. Bahkan surat pemberian Farel telah baca oleh air mata. Ya Allah, haruskah kami berpisah untuk kedua kalinya? Dipisahkan dengan orang kita sayangi itu memang berat. Apalagi jika perpisahan itu terjadi karena keadaan. Itu jauh lebih menyakitkan dari dikhianati. ***Hari demi hari Yasmin lewati dengan kesedihan. Tawanya memang terdengar, tapi hanya untuk menutupi sunyi dan luka dalam sanubari. Farel memang meninggalkan dirinya. Namun lelaki itu telah menyiapkan aset untuk Yasmin dan Naura. Tanggung jawab seorang ayah meski tak dapat terus bersama. "Owek... Oweek..."Tangis Naura menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Semakin mendekati kamar, suara itu semakin keras.

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 132

    "Dokter, ada yang ingin saya bicarakan.""Langsung saja, Dok!" jawab Harun dengan mata fokus menatap layar laptop. "Dokter Farel melakukan kesalahan lagi, Dok."Harun mengalihkan pandangannya. "Maksudnya?""Dokter Farel salah memberikan resep, Dok.""Apa!" pekik Harun. Seketika Harun menutup laptopnya. Dia bergegas menuju ruangan putranya. Sepanjang jalan dia mengumpat dalam hati. Lagi-lagi merutuki kecerobohan putranya. "Percuma kuliah tinggi-tinggi, ngasih resep saja gak becus!" BRAK! Pintu berwarna abu itu didorong kasar. Suara keras sontak membuat Farel tersentak, kaget. Lelaki yang tengah fokus itu membawa artikel seketika mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya kamu salah memberikan resep, Rel! Apa gunanya kuliah tinggi, obat asma saja gak ngerti!"Farel masih diam, dia enggan membalas makian Harun. Pikirannya sudah lelah karena terus memikirkan keadaan istri dan putri semata wayangnya. Berpisah dengan keluarga membuat hidupnya mati. Ya, dia hidup tapi mati. Harun terus mema

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 131

    "Sayang, titip Naura ya," ucap Farel sebelum mobil yang membawa Yasmin dan Naura pergi dari hadapannya. "Doakan Naura sembuh agar kita dapat berkumpul kembali."Farel mengangguk dan tersenyum datar. Sebisa mungkin ia tutupi kemelut dalam rongga dadanya. Lelaki itu tak ingin istrinya curiga dan membatalkan keberangkatannya ke Singapura. * Flashback *Satu bulan yang lalu. "Yas," panggil Farel lirih. Saat ini mereka berada di ruang rawat inap. Suasana sunyi membuat suara lirih terdengar begitu jelas. Yasmin pun menoleh, menatap lelaki yang duduk di kursi, tepat di hadapannya. "Aku sudah mencari donasi untuk pengobatan Naura.""Sudah dapat, Rel?"Farel mengangguk pelan. Detik itu mulutnya begitu kelu. Kalimat yang sedari tadi menari di kepalanya mendadak hilang, meninggalkan mulut yang tertutup, membisu. "Secepat ini, Rel? Yakin ini bantuan dari yayasan?""Iya. Aku dapat dari teman lama. Kamu tahu, kan. Aku mantan dokter, jadi tahu akses untuk mendapatkan bantuan dari yayasan." Fa

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 130

    Satu minggu kemudian"Rel, gendongnya gimana?" Yasmin melirikku, dia nampak bingung bagaimana cara menggendong Naura. "Kamu bawa tasnya saja, Yas."Aku meletakkan tas berisi keperluan Naura selama di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku gendong bayi mungil ini. Yasmin hanya diam, memperhatikan caraku menggendong bayi yang baru berusia 12 hari. "Kamu pinter banget, Rel.""Hem!""Iya lupa, kamu lebih jago dari aku." Yasmin tersenyum samar. Setelah semua urusan selesai, kami pun segera meninggal rumah sakit. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Yasmin menatap wajah mungil yang ada di dalam pangkuanku. Senyum tergambar jelas di wajah ayunya. Yasmin bahagia, begitu pula diriku. "Dia cantik ya, Pa."Aku tersenyum mendengar kata itu. Papa... entah kenapa aku tergelitik kala Yasmin memanggilku dengan sebutan itu. Ternyata aku sudah benar-benar tua. Sudah ada ekor ke mana pun aku pergi. "Kenapa mesem begitu? Aku salah ngomong ya?""Enggak.""Lalu kenapa kamu tertawa? Aku tersenyum lebar. "

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 129

    "Boleh, tapi ada syaratnya, Rel.""Papa.""Iya ini Papa.""Tolong bantu Farel, Pa."Aku mengiba, dengan sengaja menurunkan harga diri yang sempat kujunjung tinggi. Aku menyerah, mengalah demi Yasmin dan putri kecil kami. "Ada syaratnya, Farel.""Syarat... Maksud Papa?""Farel... Farel, kamu lupa... di dunia ini tidak ada yang gratis! Semua hal harus ada timbal baliknya, bukan?"Aku diam, kepala mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Papa. Entah setan apa yang kini mendiami kepala Papa. Pola pikirnya tak seperti dulu. Papa telah berubah. "Apa yang Papa mau?""Papa akan kirimkan sejumlah uang. Kamu kirimkan no rekening sekarang!""Lalu apa yang Papa mau dariku?""Nanti Papa beritahu.""Tapi, Pa.""Pikirkan dulu kesehatan anak dan istrimu, Farel."Sambungan dimatikan sepihak. Meski belum puas dengan penjelasan Papa, aku memilih diam dan menerima penawarannya. Karena hanya itu satu-satunya harapan yang aku punya. Setelah mengirimkan nomor rekening yang baru. Aku segera m

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 128

    "Yasmin!"Farel segera berlari mendekati istrinya yang tergeletak di lantai tepat di depan kamar mandi. Yasmin pingsan beberapa saat yang lalu. "Yasmin, kamu kenapa?" Farel kebingungan melihat Yasmin tak bergerak. Farel menyentuh pipi istrinya, tapi Yasmin masih diam saja. Refleks Farel mengangkat tubuh Yasmin. Tertatih ia membopong tubuh Yasmin ke dalam kamar. Farel berusaha menguasai diri. Dia tepis rasa khawatir yang bersemayam dalam dadanya. Suami mana yang tak khawatir dan panik melihat istrinya tak sadarkan diri. Apalagi dalam kondisi mengandung. Dengan cekatan Farel memeriksa denyut nadi perempuan di hadapannya. Seketika wajah lelaki menegang kala melihat cairan merah yang mengalir di kaki istrinya. Tanpa pikir panjang, Farel berlari ke luar. Dia berusaha meminta bantuan tetangganya. Tidak lama sebuah mobil berhenti di jalan depan rumah Farel. Farel dan seorang lelaki dengan hati-hati membopong tubuh Yasmin. Mereka merebahkan Yasmin di jok bagian tengah."Tolong cepat ya,

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 127

    "Papa."Mataku melotot melihat lelaki yang kini berdiri di hadapanku. Lelaki yang sejak semalam kupikirkan kini berdiri di depan mata. Namun dengan wajah merah padam. "Siapa tamunya, Rel?"Aku masih diam, pertanyaan Yasmin bagi angin lalu. Hanya lewat tanpa singgah apalagi menetap. "Mama dan Hazna mana?" tanyanya dengan netra menelisik setiap sudut ruangan ini. "Ada di dalam, Pa. Papa masuk dulu!""Gak sudi! Suruh mama dan Hazna keluar, sekarang!" pekiknya. "Kok lama, siapa tamunya, Mas?"Aku menoleh ke belakang. Yasmin sudah berdiri dengan wajah menunduk, ketakutan. "Papa," ucap Mama dan Mbak Hazna serempak. Hening menyelimuti ruangan ini beberapa saat. Ada takut dan tegang yang membuat suasana tidak lagi kondusif. Tatapan papa mampu membuat semua orang menciut, terutama Yasmin. "Ayo pulang, Ma, Hazna!""Dari mana Papa tahu aku dan mama berada di sini?" tanya Mbak Hazna ketika berada di sampingku. "Tak penting, pulang sekarang!""Sabar, Pa! Semua bisa dibicarakan dengan baik-

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 126

    "Mama... Mbak Hazna."Aku tak mampu lagi berkata-kata, hanya sebuah pelukan yang mampu melukiskan betapa rindu hatiku ini. "Lepas, Rel!" Mbak Hazna mendorong tubuhku hingga menjauh. "Kamu mau Mbakmu ini mati kehabisan napas?"Aku tersenyum sambil menggaruk kepala yang tak gatal. Aku terlalu bahagia hingga mengapresiasikan rasa itu secara berlebihan. Mbak Hazna tak tahu, betapa aku sangat merindukan dia dan mama. "Ma, Mbak," panggil Yasmin seraya mencium penggung kedua wanitaku dengan khitmad. Sempat kulihat keraguan yang nampak di wajah istriku. Namun seketika berubah kala mama dan Mbak Hazna menyambut dengan pelukan hangat. Ini adalah momen yang selalu aku nantikan. Kami berkumpul tanpa rasa benci dan amarah. Kami hidup menjadi keluarga yang utuh dan bahagia. Namun perjuangan kami belumlah selesai. Aku dan Yasmin harus berusaha keras melunakkan hati papa yang sekeras baja. "Disuruh diem di situ, Rel? Tante sama Mbak Hazna capek berdiri begitu."Seketika aku terkesiap kemudian se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status