Stevan berjalan perlahan ketika ia masih menggendong Yuta di punggungnya. Ia sengaja melambatkan langkahnya agar tidak cepat sampai, karena suasana seperti ini rasanya seperti mimpi.
"Zack, kau sudah datang?" Stevan sedikit meringis melihat Zack sudah berada di lokasi kejadian.
"Sepertinya aku sudah tidak dibutuhkan lagi," ucap Zack dengan mengangkat kedua alisnya.
"Zack, ambil makananmu di dalam jok motorku. Aku akan mengantarnya pulang."
Stevan merogoh kunci motornya yang ia letakkan di saku celana lalu melemparkannya ke arah Zack. Dengan sigap Zack menangkap kunci motor Stevan, segera ia ambil makanan yang dimaksud oleh Stevan.
"Mungkin lain kali kau harus membawa mobil, agar tidak perlu membangunkannya jika dia sedang sangat mengantuk," ucap Zack sambil menepuk pelan lengan Stevan.
"Apa?"
Stevan menoleh ke belakang, ia merasakan napas Yuta terdengar teratur dengan kepala bersandar penuh di bahunya.
"Dia tertidur?" gumam Ste
Zack membawa Nayla ke apartemennya, ia sengaja membawa perempuan itu pulang untuk menenangkannya. Ia juga masih memikirkan cara untuk menyelamatkan tubuh Nayla.Jika ia meminta tim dokter untuk tidak menghentikan penanganan medis ke tubuh Nayla dengan alasan arwah Nayla yang memintanya, tentu semua dokter akan mentertawainya. Mereka pasti tidak akan percaya dengan perkataan Zack, dan tentu saja alasan seperti itu tidak akan membuat mereka mengghentikan rencana yang sudah diputuskan oleh keluarga Higashino.Zack hanyalah orang luar, dan ia sama sekali tidak ada kaitannya dengan keluarga Higashino, sehingga secara hukum ia tidak mempunyai hak untuk ikut campur mengenai perawatan Nayla."Jangan menangis. Aku akan menyelamatkanmu. Kita bisa melakukannya bersama. Dan tentunya aku membutuhkan bantuanmu," ucap Zack dengan menangkup kedua pipi Nayla.Nayla menatap kedua bola mata Zack, lelaki itu sangat serius dengan ucapannya. Zack berusaha meyakinkan Nayl
Zack melangkah dengan langkah lebar juga sedikit lebih cepat ketika tidak ada seorang pun yang melihatnya. Suasana rumah sakit memang sangat sepi, apalagi tempat Nayla dirawat berada di ruangan khusus pasien VVIP yang hanya dibuka oleh pasien kelas atas.Masih menyamar sebagai Dokter Enzo, Zack mendorong ranjang dorong untuk memasuki ruang perawatan Nayla. Baru kali ini ia memasuki ruangan itu, bunga lily pemberian Victor masih setia menghiasi meja kecil di samping ranjang perawatan Nayla. Dan tubuh Nayla sekarang sudah tertutup dengan selimut sampai atas kepala yang sengaja dilakukan oleh Nayla sendiri.Zack mengangkat tubuh Nayla untuk dipindahkan ke ranjang dorong yang sudah ia persiapkan. Ia mendorong ranjang itu untuk keluar dari ruang perawatan menuju lift khusus pasien yang akan membawa mereka ke lantai dasar.Zack melangkah dengan hati-hati, tentunya suara gesekan roda pada ranjang dorong itu mudah terdengar oleh orang lain, tetapi tidak ada yang b
Zack menatap dengan tajam kepada si perawat misterius itu. Ia masih menunggu reaksi darinya ketika Zack mengungkapkan suatu kebenaran yang ia ketahui. Perawat misterius itu terdiam, ia menundukkan kepalanya menghindari tatapan Zack. Tetapi kemudian, ia membuka masker yang ia kenakan. "Sejak kapan kau menyadarinya?" ucapnya tanpa menoleh ke arah Zack. Zack tampak mengulas senyum, akhirnya seseorang di sampingnya itu menyerah dengan segala kepura-puraannya. Ia menyandarkan kepalanya di punggung kursi dengan mata menatap jalanan yang berada di depan rumahnya. "Aku mencurigaimu sejak awal, yaitu ketika kau menulis surat peringatan saat pertama kali kasus pencurian bank. Awalnya aku mengira itu adalah ulah nasabah yang memiliki masalah di bank itu, tetapi tidak mungkin seorang nasabah mengetahui secara detail seluk-beluk bank kecuali dia memang pernah bekerja di bank itu, bahkan mungkin pekerja biasa tidak akan mampu melakukannya karena hanya orang-o
Tuan Hendriq geram dengan apa yang terpampang nyata di depannya. Wajahnya merah padam melihat kamera pengawas yang sudah dipersiapkannya untuk menjebak Opsir Zack ternyata sudah dimanipulasi. Semua kamera yang memungkinkan bisa mengintai pelaku sebenarnya, tidak tertuju kepada tempat yang benar. Seolah pelaku sengaja memanipulasi dengan memutar ulang dua jam mundur ke belakang saat kejadian belum berlangsung.Kamera pengawas yang diletakkan di sudut-sudut yang mungkin dilewati oleh pelaku justru mati dan berganti dengan video rekaman dua jam sebelumnya. Siapa sebenarnya yang mampu melakukan tipuan seperti itu?"Tuan Hendriq, sepertinya kamera pengawas ini tidak bisa membantu penyelidikan. Saya harus mengintrogasi petugas medis dan beberapa karyawan rumah sakit yang mungkin menjadi saksi kejadian itu," ucap Opsir Julio seraya undur diri kepada tuan Hendriq.Di ruangan keamanan yang saat ini terdapat tuan Hendriq dan beberapa orang anak buahnya terutama si anak in
Stevan masih bingung dengan apa yang terjadi. Degup jantungnya kian tak terkendali, ada rasa aneh yang belum ia rasakan sebelumnya. Dengan kikuk ia berusaha berdiri, menegakkan kembali tubuhnya.Matanya menatap Yuta yang saat ini tampak marah kepadanya. Memang salahnya sendiri memasuki rumah seseorang tanpa permisi, sehingga sudah sewajarnya jika Yuta marah kepadanya."Maaf, aku hanya mencemaskanmu. Aku permisi keluar," ucap Stevan sambil berusaha menetralkan perasaannya.Ketika ia berbalik badan dengan tangan terulur untuk membuka kenop pintu, Stevan melihat telapak tangannya dengan berdiri mematung, tidak bergerak sama sekali.Ia merasakan menyentuh sesuatu yang asing, yaitu sesuatu yang terasa nyaman untuk digenggam. Tanpa disadari ia meraba dadanya sendiri, mencoba merasakan apakah sama dengan ketika ia menyentuh dada Yuta.Kening Stevan berkerut membentuk gelombang-gelombang kecil, berusaha menepis hal yang tak masuk akal di pikirannya. Akan t
"Berapa semua?" tanya Zack setelah meletakkan semua buku yang telah ia pilih di meja kasir."Totalnya ...."Sebelum kasir itu menyelesaikan perkataannya, Zack segera menyodorkan credit card ke meja kasir. Kasir itu menerimanya lalu menggesekkan benda pipih itu ke mesin Electronic Data Capture atau EDC."Terima kasih, semoga hari Anda menyenangkan."Zack mengambil semua buku yang telah ia beli yang sudah dimasukkan ke dalam beberapa paper bag oleh petugas kasir tersebut, setelah ia mendapatkan kembali credit cardnya.Karena terlalu terburu-buru, ia tidak melihat seseorang di belakangnya, sehingga ketika ia menoleh tertabrak oleh salah satu pengunjung toko buku tersebut.BUGGKedua paper bag yang ia bawa berhamburan di lantai dengan buku-buku yang ikut tergeletak jatuh keluar dari tempatnya."Maaf, tidak sengaja. Biar saya bantu," ucap seorang laki-laki yang tanpa sengaja menabraknya dengan menunjukkan penyesalannya.Ia me
"Opsir Julio, kau memanggilku?"Opsir Julio tersenyum mengangguk, mempersilakan Stevan untuk duduk di kursi depan meja kerjanya."Ada yang ingin saya tanyakan beberapa hal kepadamu opsir Antony, apakah kau bisa membantuku?""Tentu saja, jika itu memang membantu untuk penyidikanmu, pasti akan aku lakukan," ucap Stevan dengan mengangguk menyetujui."Ini tentang opsir Zack, bukannya kau tinggal bersama Opsir Zack?"Stevan kembali mengangguk mengiyakan perkataan Opsir Julio."Apakah Opsir Zack beberapa hari ini memiliki tingkah yang aneh?"Kening Stevan berkerut, nampak berpikir dengan apa yang ditanyakan oleh Opsir Julio. "Sepertinya tidak, sikap Opsir Zack masih sama. Dingin kepada semua orang."Kecuali dengan Mandy tentunya."Maksudku, apakah kau tahu kegiatan baru Opsir Zack beberapa hari ini?""Meskipun kami tinggal satu atap, kami tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Tetapi dua hari ini Opsir Zack
Tangan Stevan gemetar ketika ia menyelesaikan pembicaraannya dengan Opsir Julio di telepon. Peluh seketika membasahi pelipisnya, ada rasa penyesalan ketika ia selesai mengungkapkan semuanya.Tiupan angin yang semilir menerpa wajah tampannya, daun-daun kering yang berserakan di jalanan ikut menari di sana, dengan dikendalikan arah angin yang saling bertabrakan, membentuk suara hikmat yang menyejukkan indra pendengaran. Stevan membungkuk dengan menekuk kedua kakinya, mengulurkan tangan untuk mengambil sebuah daun yang tergeletak di bawah sepatunya. Keningnya berkedut menampakkan bahwa ia sedang dilanda kekalutan.Apakah yang ia lakukan ini sudah benar? Ataukah salah?Tetapi sebagai seorang opsir ia tidak boleh menutupi segala ketidak benaran, meskipun itu adalah kenyataan yang sangat pahit.Stevan berdiri, lalu berjalan kembali ke tempat di mana motornya ia parkirkan, menunggu seseorang yang akan datang sebentar lagi untuk melakukan penyergapan di rumah yan