Raka merasakan denyutan hangat dari tubuh Lana saat tangannya menyusuri lembut punggung wanita itu. Gaun tipis yang dipakai Lana hanya memperkuat sentuhan mereka yang intim di bawah bintang-bintang Santorini yang gemerlap. Sementara itu, suara ombak yang tenang di kejauhan mengiringi momen romantis mereka di balkon kamar.Dalam pelukannya, Lana merasakan denyut jantung Raka yang berdegup kencang, mencerminkan keinginan dan keintiman yang sama seperti dirinya. Dia menangkap pandangan hangat dari matanya yang penuh cinta, dan bibirnya yang bergerak perlahan mendekati bibir Lana dengan penuh gairah. Setiap sentuhan bibir Raka terasa seperti menyala dan membangkitkan keinginan yang terpendam.Lana membalas ciuman Raka dengan penuh kehangatan, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada keintiman yang mereka bagikan. Tubuh mereka menyatu dalam dekapan hangat, menciptakan dunia mereka sendiri di tengah malam yang sunyi. Sinar bulan memancarkan cahaya lembut, menerangi wajah mereka yang bersatu dala
Setelah menghabiskan momen indah di Santorini, Lana, Raka, dan Aiden bersiap-siap untuk melanjutkan petualangan mereka ke Swiss. Mereka merasa gembira dan penuh antusiasme untuk mengeksplorasi destinasi baru mereka. Ketika tiba di bandara, Lana memimpikan bahwa perjalanan ini mungkin bisa membantu Raka mengingat beberapa kenangan mereka yang terlelap."Aiden, kamu sudah siap untuk melihat gunung es dan danau yang indah di Swiss?" tanya Lana dengan ceria, memamerkan peta dan brosur yang sudah dia siapkan."Ya! Aku ingin sekali bermain ski dan melihat salju!" jawab Aiden dengan antusias.Raka tersenyum melihat semangat putranya. "Kami pasti akan memiliki waktu yang luar biasa di sana."Sementara itu, di pesawat, Lana duduk di samping Raka, berharap dapat menciptakan momen berharga yang bisa membantu menghidupkan kembali kenangan suaminya. "Kamu tahu, Raka, Swiss selalu menjadi tempat istimewa bagi kita. Kita punya banyak kenangan di sana," ucap Lana dengan lembut.Raka mengangguk, meski
Setelah momen indah di tepi Danau Zurich, Lana dan Raka kembali ke penginapan mereka, sebuah villa yang terletak di pinggiran kota. Cahaya lilin berwarna hangat menyambut kedatangan mereka, menciptakan atmosfer yang romantis di sekitar kamar tidur.Lana tersenyum manis pada Raka saat mereka masuk ke dalam kamar, merasa bahagia karena momen-momen yang mereka bagikan bersama sepanjang hari itu begitu berarti baginya.Raka mendekati Lana dengan langkah lembut, tangannya meraih pinggang wanita yang dia cintai. Dia mendekap Lana dalam pelukannya dengan penuh kasih sayang, mencium lembut bibirnya dalam kehangatan cinta."Malam ini begitu indah, Lana," ucap Raka dengan suara yang penuh kelembutan. "Aku bahagia bisa berada di sini bersamamu."Lana tersenyum, menatap mata Raka dengan penuh kasih. "Aku juga, Raka. Nggak ada tempat yang lebih aku sukai daripada berada di sini sama kamu."Namun, momen romantis mereka terputus tiba-tiba ketika suara kecil terdengar dari pintu kamar. Mereka berdua
Keesokan harinya, setelah menikmati pagi yang tenang di penginapan mereka, Lana, Raka, dan Aiden melanjutkan perjalanan mereka mengelilingi Montreux, kota yang terkenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan. Mereka menjelajahi jalan-jalan berliku yang membelah perbukitan, menikmati pemandangan yang memukau dari Danau Jenewa yang membentang luas di bawah langit biru yang cerah.Aiden tertawa riang saat dia berlarian di antara Raka dan Lana, merasa sangat bahagia bisa bermain bersama Papa dan Mamanya di tempat yang begitu indah ini. Dia mengeksplorasi setiap sudut kota dengan mata yang penuh kegembiraan, menikmati setiap momen kebersamaan dengan kedua orangtuanya.Lana dan Raka tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Aiden, merasa sangat bersyukur karena bisa memberikan momen-momen berharga seperti ini untuk putra mereka. Mereka berjalan beriringan, tangan mereka saling terpaut erat, menunjukkan kepada dunia betapa kuatnya ikatan cinta yang menyatukan mereka.Di anta
Setelah menikmati liburan yang indah di Swiss, Raka, Lana, dan Aiden melanjutkan perjalanan mereka ke Paris, destinasi terakhir dalam petualangan mereka. Ketika mereka tiba di Paris, Raka membawa mereka ke salah satu hotelnya yang mewah di pusat kota.Saat mereka masuk ke dalam hotel yang megah itu, Aiden terlihat sangat gembira. Tidak hanya karena hotel tersebut sungguh mewah dan menakjubkan, tetapi juga karena dia bertemu dengan kakeknya yang juga sedang berada di Paris untuk urusan bisnisnya."Aiden, apa kabar, Nak?" sapa Mauritz dengan senyum hangatnya saat mereka bertemu di lobi hotel."Kakek!" seru Aiden dengan gembira, merangkul kakeknya dengan erat.Setelah beristirahat sejenak di hotel, mereka memulai petualangan mereka di kota Paris yang megah. Mereka mengunjungi Menara Eiffel, Louvre, dan Notre-Dame, menikmati keindahan arsitektur kota ini sambil mengambil foto-foto indah sebagai kenang-kenangan.Di sela-sela kunjungan wisata, mereka menikmati santapan lezat di restoran-res
Setelah menyelesaikan liburan yang penuh kenangan, Lana, Raka, dan Aiden kembali ke Jakarta, kembali pada rutinitas sehari-hari mereka. Lana sudah kembali bekerja. Aiden mulai bersekolah dan Raka mulai menjalankan perusahaan, meski masih dengan bantuan Max.Setiap pagi, keluarga itu menikmati sarapan bersama di ruang makan mereka, sambil membahas rencana untuk hari itu. Lana, yang masih tetap aktif menjalankan perusahaan, berdiskusi dengan Raka dan Max tentang strategi perusahaan."Lana, aku ingin memberitahumu bahwa Raka dan aku akan melakukan perjalanan bisnis selama seminggu ke depan," ungkap Max dengan nada serius.Lana memandang Max dengan ekspresi cemas. "Oh, begitu ya. Tidak apa-apa. Kalian pasti memiliki pekerjaan yang penting," jawabnya, mencoba untuk menutupi kecemasannya.Max melihat kekhawatiran di wajah Lana. Mengetahui perselisihan antara Lana dan Gabriella, dia ingin menenangkan temannya itu. "Jangan khawatir, Lana. Aku akan selalu menjaga Raka dengan baik selama perjal
Pagi itu, suasana cerah menyambut keluarga kecil itu saat mereka bersiap-siap untuk memulai hari. Raka dan Lana dengan penuh semangat membantu Aiden menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Mereka berbagi candaan dan tawa di meja makan, mengisi ruangan dengan kehangatan dan keceriaan.Setelah sarapan, mereka bersama-sama menuju mobil, siap untuk mengantar Aiden ke sekolah. Di perjalanan menuju sekolah, mereka berbicara tentang rencana hari itu, sambil sesekali menertawakan lelucon Aiden."Jangan lupa membawa bekalmu, Aiden," kata Raka dengan suara penuh kasih, mencoba menenangkan hati kecil anak mereka."Aku tahu, Papa," jawab Aiden dengan antusiasme, matanya berbinar-binar.Sesampainya di sekolah, mereka berdua turun dari mobil untuk mengantar Aiden ke pintu gerbang. Mereka memberikan pelukan hangat dan ciuman di pipi kecilnya sebelum akhirnya melepaskannya untuk pergi ke kelasnya.“Belajar yang pintar ya, Sayang. Ingat jangan berantem sama teman. Oh ya, nanti kalau Mama nggak bisa je
Setelah Lana membawa Rudi ke rumah sakit, mereka berdua segera menuju ruang gawat darurat. Di sana, dokter segera melakukan pemeriksaan terhadap luka-luka Rudi dan menentukan langkah-langkah perawatan yang diperlukan.Selama Rudi menjalani pemeriksaan, Lana memilih untuk mengurus biaya perawatannya di meja pendaftaran. Setelah selesai mengurus administrasi, Lana kembali menemui Rudi."Mengenai luka-luka di siku dan lututnya, kita telah membersihkan dan merawatnya dengan baik. Tidak ada yang serius, hanya luka ringan. Namun, sayangnya kami menemukan bahwa kakinya mengalami sedikit kilatan. Kami merekomendasikan untuk mengistirahatkannya dan memberikan perawatan yang tepat agar pulih dengan baik," jelas dokter dengan suara lembut.Lana mengangguk dengan penuh perhatian, merasa lega bahwa luka-luka Rudi tidak terlalu serius. "Terima kasih, Dokter. Saya akan memastikan dia mendapatkan perawatan yang baik," ucap Lana dengan tulus.Lana merasa detak jantungnya meningkat secara tiba-tiba ket