"Jadi kamu sedang hamil Arini?" tanya Abraham.
Arini sudah menceritakan tentang kehidupan yang sudah dirinya jalani selama ini perihal pernikahannya dengan Elsyam yang sudah berada di ujung tanduk tanpa kejelasan apapun. Walaupun bibir wanita itu tersenyum, tetapi tatapannya penuh dengan luka dan juga rasa kecewa apalagi jika dirinya harus mengingat momen-momen menyakitkan yang baru saja dilalui, luka itu masih terlalu basah untuk ia jelaskan. Namun, wanita itu mengelus perutnya pertanda jika kedua anaknya itu adalah penguat untuk dirinya. "Elsyam, tidak mempercayaiku dia justru lebih membela wanita itu wanita yang dulu melukainya bahkan dia begitu percaya kepadanya," ungkap Arini kembali.Bu Hapsari langsung saja mendekati ke arah putrinya itu, mereka semua duduk di karpet berbulu karena memang lebih nyaman seperti itu semua orang bisa berkumpul bersama. Dirinya tidak menyangka jika kisah percintaan dari putrinya itu sama seperti apa yang dulu dirinya rasakan rum"Tuan Elsyam, bagaimana dengan pendapat Anda mengenai infrastruktur yang akan saya bangun ini apakah Anda keberatan?"Elsyam, terkejut karena selama meeting dirinya tidak pernah memperhatikan apa yang diucapkan oleh salah satu rekan kerjanya itu. Dirinya ingin menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan ternama karena menurutnya kesempatan emas tidak akan datang kedua kalinya. "Ya, saya setuju dengan rencana Anda, tetapi saya masih belum memahami bagaimana benefit yang akan saya terima jika saya setuju kita menjalin kerjasama Pak Abraham," ujar Elsyam. Ia bisa menanyakan hal tersebut kepada sekretarisnya.Abraham tersenyum, kini dirinya dihadapkan dengan suami sang adik, tidak menyangka sebelumnya jika orang yang akan menjalin kerjasama dengan dirinya adalah suami dari adiknya Arini tak pernah terpikirkan jika adiknya akan menikah dengan Elsyam pengusaha muda. Lelaki itu melirik ke arah jam di tangannya. "Sudah waktunya makan siang, lebih baik kita makan siang bersama dan meeting kita
Rido menatap ke arah ponselnya memang ia sudah beberapa hari ini tidak mengaktifkan ponselnya. Dirinya mendapatkan kabar yang kurang mengenakkan yaitu pertama perihal kematian dari putra Haruni dari Nency. Ada hal yang membuatnya lebih terkejut yaitu beberapa panggilan tak terjawab dari tuannya. "Ada apa ya tuan Elsyam menelponku seperti ini," ungkap Rido. Lelaki itu ingin menelpon kembali dirinya mengurungkan niat lagi. Dirinya tengah mencari bukti-bukti tentang dugaannya jika anak yang dikandung Haruni waktu itu bukanlah anak dari tuannya dirinya tidak ingin dianggap sebagai penghianat maka dari itu ia harus mencari bukti-bukti yang menguatkan."Do, sedang sibuk tidak?" tanya Arini dari balik pintu, wanita itu hanya mengintip dari celah-celah pintu saja. "Boleh aku masuk?" tanya Arini kembali. Setelah mendapatkan persetujuan dari Rido akhirnya dia memutuskan untuk masuk."Ada apa Nyonya Muda?" tanya Rido. Jadinya membiarkan Arini untuk duduk di ranjang sedan
"Arini bagaimana jika perusahaan itu kita kelola bersama saja, lagi pula itu memang sudah menjadi hakmu bukan," ungkap Abraham. Hari ini dirinya yang biasa tidak pernah memiliki waktu sedikitpun untuk beristirahat memilih untuk meluangkan waktunya quality time dengan sang adik. "Aku juga ingin merubah perihal perusahaan itu menjadi milik kita berdua jadi kamu tidak perlu repot-repot untuk bekerja lagi sendiri," papar Abraham.Arini menoleh mungkin beginilah rasanya saat memiliki seorang kakak. "Aku senang dengan kehidupanku yang sekarang, terima kasih karena kakak sudah begitu peduli dengan keadaanku. Namun, aku tidak bisa mengelola perusahaan apalagi aku hanya lulusan SMA," ungkap Arini. Lagi pulang menurutnya dia tidak memiliki basic untuk bekerja di perusahaan.Keduanya memilih untuk duduk di salah satu kursi pengunjung outletnya. "Lalu kamu menginginkan apa? Pindah ke rumah kita saja kamu tidak mau lalu aku tawari perusahaan pun tidak mau, aku bingung dengan maunya perempuan itu a
Elsyam menatap kertas yang kini tengah dirinya baca, tangan kirinya mengepal dan urat-urat yang berada di dahinya pun menegang. Dirinya benar-benar tidak menyangka ternyata lagi dan lagi menjadinya masuk ke dalam rencana jahat dari Haruni. Hasil tes DNA itu sudah keluar dan menunjukkan jika dirinya memang bukan ayah biologis dari Elea. "Kurang ajar kamu berani-beraninya menipuku," ungkap Elsyam kembali. Akhirnya ia memilih untuk pulang, dirinya memang benar sangat menyesali apa yang telah terjadi."Arini di mana kamu?" Elsyam sangat merindukan istrinya itu, seandainya saat itu dirinya tidak gegabah mengusir Arini mungkin ia tidak akan sembahyang saat ini. Ia terus-terusan mereduki kebodohan yaitu yang bisa-bisanya mempercayai Haruni.Lelaki itu sudah sampai di rumah, iya segera memasuki rumah besar itu dengan langkah tegap dan aura yang begitu mendominasi. "Bereskan semua barang Haruni jangan sampai ada satupun yang tertinggal," ungkap Elsyam memberikan titah
"El, Mama sudah sangat bersalah kepada Arini." Bu Widuri benar-benar sangat menyesal apa yang sudah dirinya lakukan kepada Arini begitu banyak kesalahan. Semua perkataannya pasti sangat menyakiti hati menantunya itu padahal dulu Arini rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk dirinya, tetapi ia benar-benar tidak tahu diri karena sudah mengusir Arini. "El, kamu harus cari hal ini Mama ingin meminta maaf," ungkap Bu Widuri.Elsyam bingung karena selama ini juga dirinya sudah berusaha untuk mencari tahu keberadaan sang istri di mana, tetapi istrinya itu seperti hilang ditelan bumi tidak ada salah satu info pun tentang dirinya. "Aku selama ini sudah berusaha untuk mencari keberadaannya tetapi aku tidak mengetahuinya," ungkap Elsyam. Lelaki itu menatap ke arah Nency yang tengah berjalan. Ia juga mengetahui hari ini tengah mengandung dari wanita itu pasti nanti sedikit mengetahui informasi tentang keberadaan Rido dan juga Arini. "Nency, kemari."Nency yang dipanggil itu p
"Arini setelah kamu masuk ke dalam kehidupanku, semuanya berantakan! Kamu itu hanyalah seorang anak pembawa sial yang dibuang oleh orang tuanya dan kamu juga adalah wanita pembawa sial dalam kehidupanku!" Arini menggelengkan ke rumah dia memejamkan mata saat pisau itu terus saja menari-nari di hadapannya. Memang benar Haruni sepertinya memiliki kelainan jiwa karena wanita itu benar-benar sangat tega bahkan menurutnya membunuh ataupun menghilangkan nyawa seseorang bukanlah hal yang besar. "Kamu membunuhku sekalipun, Elsyam tidak akan pernah bisa mencintaimu!"Haruni semakin geram dengan jawaban yang diberikan oleh Arini, wanita itu bahkan sudah menggoreskan luka di tangan Arini ia tertawa saat melihat darah keluar dari tangan wanita itu. "Sakit bukan itulah yang aku rasakan Arini saat kamu merebut tempat yang seharusnya untukku," ungkap Haruni. Arini duduk di sebuah ruangan yang begitu pengap, tak ada apapun di ruangan itu. "Apalagi sekarang kamu tengah mengan
Pintu itu terbuka memperlihatkan Haruni dan juga ibunya baru saja datang, wanita itu langsung mendekati Arini. Satu tendangan dilayangkan oleh Haruni tepat ke arah perut Arini membuat wanita itu meringis kesakitan. "Kamu tidak boleh memiliki anak Arini!" seru Haruni kembali.Arini berusaha melindungi perutnya itu dengan kedua tangan ia tidak mau jika sampai Haruni melukainya. Jika tendangan pertama itu bisa mengenai perutnya, maka saat Haruni akan melakukan tendangan yang kedua tangan Arini dengan sigap mencekal kaki Haruni membuat wanita itu tersungkur."Sialan kau!" Arini berusaha mengerahkan segala tenaganya untuk bisa keluar dari tempat itu ia mendorong bu Sofi dan juga pak Kurniawan. Walaupun dengan langkah tertatih dirinya berusaha keluar dari tempat itu ia merasakan sakit yang teramat dalam di perutnya. Dirinya hanya bisa berharap jika bayi yang ada di perutnya itu selamat.Pak Kurniawan mengejar Arini, iya sudah sampai di luar Arini bingung dirinya harus lari ke mana lagi dia
Rido dan Elsyam pun telah sampai di tempat itu, kedua lelaki itu melihat Abraham yang tengah berlari sembari menggendong Arini mereka pun langsung saja mengikuti langkah besar Abraham yang tengah berlari tersebut seperti dikejar-kejar seseorang."Arini!" Elsyam berseru, dirinya juga terus berlari mengikuti langkah Abraham. "Arini maafkan aku," ujar Elsyam berteriak sangat lantang. Sudah lama lelaki itu tidak melihat Arini dan sekarang dia melihat istrinya tersebut merasa begitu senang karena rindu di dalam hatinya sedikit terobati walaupun keadaan seperti ini."Kak, Tuan Elsyam," ujar Arini pelan. Wanita itu menoleh ke belakang melihat suaminya tengah mengejarnya, dirinya mendengar apa yang diucapkan oleh Elsyam jika lelaki itu meminta maaf. "Kak, tunggu sebentar," ujar Arini membuat Abraham menghentikan langkahnya.Elsyam dan Rido pun dengan cepat berada di titik Abraham berhenti.Elsyam menyentuh tangan sang istri matanya berkaca-kaca, ia benar-
"Selamat, ya," ujar Arini. Wanita itu merentangkan tangan kepada sang kakak dan juga Santira.Abraham benar-benar merasa heran dengan reaksi yang diberikan oleh adiknya itu. Walaupun demikian, dirinya tetap saja membalas ucapan selamat dari adiknya tersebut.Arini juga langsung saja memberikan pelukan kepada Santira.Bu Widuri yang sejak tadi terheran-heran dengan kehadiran wanita yang dahulu hampir saja bertunangan dengan anaknya itupun, tidak tahan lagi dan akhirnya bertanya sebenarnya ada apa semua ini.Abraham langsung saja menjelaskan semuanya, perihal peristiwa dahulu tentang penculikan Elsyam dan tentang penangkapan Yordan yang semua itu dibantu oleh Santira. Dirinya memang ingin membersihkan cap buruk tentang calon istrinya itu di mata orang-orang. Mereka hanya mampu melihat Santira yang dulu saja, padahal Santira yang sekarang sudah sangat jauh berbeda."Mungkin semua orang memiliki masa lalu buruk, tetapi semua orang juga bisa berubah. Kita hanya manusia biasa, bukan Tuhan y
Arini yang baru saja meninggalkan kursi, ia langsung berpapasan dengan kakaknya Abraham yang tengah menggendong sang putri."Kenapa maksain harus menggendong, sedangkan tangan Kakak saja masih sakit seperti ini." Arini langsung saja merebut Elea dari gendongan kakaknya, ia takut jika sakit di tangan kakaknya semakin parah dan juga dirinya takut juga sang anak terjatuh.Abraham, hanya menyengir saja walaupun tangannya memang masih sakit. Namun, dirinya sudah sangat merindukan sang keponakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan rasa rindunya maka dirinya tadi langsung saja menggendong Elea walaupun tangannya memang masih sangat sakit. "Aku hanya merindukannya, aku ya jamin dia tidak akan jatuh kok Arini."Elsyam dan juga Ridho, tiba-tiba muncul dari belakang. Mereka berdua tengah asyik mengobrol satu sama lain. Keduanya juga langsung berhenti tepat di sisi Arini dan juga Abraham."Ada apa Sayang, kenapa marah-marah seperti itu?" tanya Elsyam.Arini langsung saja menatap ke ara
Elea, gadis berpipi gembil itu tampil dengan cukup menawan. Balutan gaun putih, lalu rambut yang diikat dua benar-benar membuatnya nampak begitu seperti boneka hidup. Orang-orang yang melihat putri dari Arini itu pun mereka terlihat sangat gemas. Apalagi Elea anak itu selalu tersenyum ramah kepada siapapun orang yang menyapanya."Anaknya Pak Elsyam benar-benar sangat cantik."Arini dan juga suaminya memang tengah menghadiri sebuah acara besar tahunan. Di mana, di sana banyak sekali rekan-rekan bisnis dari Elsyam. "Sini biar aku yang gendong." Elsyam merentangkan tangannya, ia langsung saja mengambil putrinya ke dalam gendongan. Tak mungkin dirinya melepaskan Elea, di tengah-tengah keramaian seperti ini.Elea memang sering diajak untuk menghadiri acara-acara penting perusahaan dari ayahnya. Karena si kembar sudah sering menolak, mereka memiliki kegiatan lain dan lebih senang bersama dengan kakek neneknya karena selalu mau menuruti keinginan mereka berdua. Sedangkan, Elea lebih memilih
"Bagaimana keadaannya?"Arini bertanya kepada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan kakaknya itu. Tadi memang suaminya ditelepon oleh pihak rumah sakit jika Abraham mengalami sebuah insiden kecelakaan. Mereka berdua langsung saja menuju ke rumah sakit, karena memang hanya mereka berdualah pihak keluarga dari Abraham.Dokter mencoba menenangkan Arini yang terlihat begitu panik, memang saat suaminya menjelaskan jika pihak rumah sakit menelpon dirinya karena Abraham kecelakaan. Wanita itu langsung saja menjadi begitu sangat khawatir kepada kakaknya tersebut."Pasien sudah boleh dijenguk, mungkin untuk beberapa hari ini dia hanya perlu waktu untuk istirahat saja."Arini menggangguk begitu juga dengan Elsyam mereka langsung saja memilih untuk masuk ke ruangan di mana Abraham dirawat.Wajah panik dari Arini berubah seketika menjadi masam lagi, saat melihat seorang wanita yang tengah berdiri di samping kakaknya itu.Abraham pun langsung saja menoleh ia melihat Arini dan juga suam
Setelah Arini berhasil menidurkan sang putri, yang memilih untuk bermain dengan ponselnya. Di seberang dirinya ada Elsyam yang tengah berkutat dengan laptopnya.Lelaki itu memang sudah paham bagaimana cara menangani amarah sang istri, ia memilih untuk diam karena jika dirinya terus berkata pasti hari ini akan semakin marah dan kesal saja. Dirinya yakin jika esok pagi pasti amarah dari istrinya sudah reda maka dari itu ia memilih untuk diam.Arini pun memilih untuk melihat-lihat aplikasi orange tempat di mana dirinya berbelanja bahkan 1 bulan ia bisa menghabiskan puluhan juta karena menurutnya. Lebih baik berbelanja online karena ia tidak perlu harus repot-repot datang ke toko dan memilih, mungkin bedanya jika berbelanja online kita harus sabar menunggu.Ia tidak mempedulikan tentang pesan-pesan yang dikirimkan oleh kakaknya itu. Dirinya masih sangat marah dan ia juga tidak bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini. Maka dari itu hal ini memilih untuk diam daripada ia berkata dan just
Elsyam memegangi Arini, ia takut jika sampai istrinya itu justru berbuat yang tidak-tidak kepada kakaknya. Tatapan dari Arini benar-benar terlihat begitu murka kepada kakaknya itu, sejak tadi Ia terus saja menuntut sang kakak untuk menceritakan semuanya."Aku tidak menyangka jika selama ini Kakak bisa membohongi adiknya sendiri sampai sebegitu lamanya," ungkap Arini.Abraham yang sejak tadi terus saja diberondong pertanyaan oleh Arini pun, ia benar-benar perangainya sebagai orang yang tegas langsung sirna seketika di hadapan Arini. Memang sejak dirinya mengetahui jika Arini adalah adiknya, ia benar-benar menganggap Arini seperti ibunya sendiri, apalagi saat adiknya marah wanita itu pasti akan sangat sulit untuk dibujuk.Lelaki itu sejak tadi berusaha memberikan isyarat kepada Elsyam, ia berharap jika adik iparnya itu dapat membantu.Arini masih menatap tajam ke arah mereka berdua. Ia tidak menyangka jika ternyata mereka bisa menyimpan rahasia yang begitu besar, pantas saja selama ini
Abraham benar-benar merasa begitu gelisah. Sudah satu minggu, Santira mengabaikannya bahkan wanita itu tidak mau berbicara dengannya dan di kantor pun saat berpapasan bahkan Santira langsung saja membuang wajah tidak mau menatap ke arahnya.Ketukan di pintu membuat lamunan dari Abraham pun buyar, ia langsung saja menatap di mana orang yang sedang dirinya nanti sudah berada di ambang pintu."Ada apa Pak Abraham memanggil saya?" Memang seperti biasa jika di kantor Santira akan bersikap formal dan mereka pun seolah-olah tidak saling mengenal satu sama lain. Semua itu karena mereka berdua menjunjung tinggi profesionalitas saat bekerja.Abraham benar-benar sangat merindukan wanita itu, bahkan Santira pun sudah tidak mau lagi mengangkat dan membalas chat serta panggilan telepon dari dirinya. Lelaki itu langsung saja melangkah menuju pintu dan langsung mengunci pintu dari dalam, ia tidak mau lagi jika sampai Santira melarikan diri karena menurutnya sangat sulit sekali untuk berbicara dengan
Elsyam benar-benar seperti tengah mendengarkan seorang ABG yang sedang bercerita mengenai kisah asmaranya. Lelaki itu terus saja menahan tawa, mendengar cerita Abraham yang dituntut meminta kepastian oleh Santira.Dirinya juga benar-benar merasa heran kepada kakak iparnya tersebut, bagaimana bisa ia menggantungkan perasaan seorang wanita hampir 2 tahun. Padahal selama ini mereka seperti layaknya sepasang kekasih yang tengah backstreet saja karena memang tidak ada orang yang mengetahuinya selain dirinya itu.Elsyam juga memang sering mengatakan kepada Abraham agar dia mau memberikan penjelasan dan juga kebenaran ini kepada istrinya Arini, dirinya takut jika sampai Arini tahu dari orang lain justru akan marah."Oh, jadi sekarang kalian berdua sudah resmi pacaran?"Abraham melirik ke arah Elsyam dengan tatapan yang begitu aneh. Mereka berdua memang berada di ruang kerja dari lelaki itu, untung saja tadi elea menangis jadi Arini tidak ikut nimbrung bersama dan memilih untuk kembali lagi k
Walaupun Abraham sudah mengatakan jika dirinya memang mencintai Santira dan juga ingin menikahinya, tetapi tetap saja wanita itu masih merajuk kepada Abraham atas apa yang selama ini dilakukan oleh dirinya. Mungkin rumus matematika memang sulit untuk dipahami, dihafal. Namun, memahami hati wanita jauhlah lebih sulit daripada itu.Abraham benar-benar merasa sangat pusing, karena sejak pulang dari restoran itu Santira tidak memberikan jawaban apapun dan wajahnya masih sangat masam.Dirinya sudah meminta maaf berulang kali kepada Santira, tetapi tetap saja wanita itu masih kesal dan juga marah. Dirinya juga sangat merasa bingung, sebenarnya apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Tadi Santira meminta dirinya sebuah kepastian, lalu ia sudah memberikan kepastian. Lantas di saat ia sudah memberikan jawaban apa yang diinginkan oleh Santira mengapa wanita itu justru berbalik merajuk kepadanya."Santira, kamu tahu jika aku sangat tidak suka didiamkan kenapa kamu melakukan itu?" Dirinya bukan