"Mas, mau …," rengek Ratna. Mengusap Doni yang masih dibungkus dengan rapi.Pria itu mengangguk. Melepaskan segala penghalang yang masih menutupi tubuhnya. Dia membiarkan Ratna menikmati setiap jengkal tubuh yang dia miliki, tanpa melakukan hal yang sama kepada Ratna. Dia ingin melihat bagaimana cara istrinya itu memulai permainan mereka."Kamu tidak ingin aku?" Ratna beringsut duduk. Ketika melihat Doni yang polos hanya bersimpuh di hadapannya, memamerkan dirinya yang sudah mengeras dan berdiri sempurna. Mengusapnya agar Ratna tau apa yang harus dia lakukan."Aku ingin kamu. Tapi aku ingin kamu melakukan hal yang baru." Mengusap pucuk kepala Ratna, tanpa menghentikan usapan pada dirinya yang mengeras.Ratna terdiam. Berpikir sekuat mungkin, menebak apa yang Doni inginkan. Tangannya pun terulur untuk menyentuh Doni di bawah sana, menggantikan pria itu untuk mengusapnya."Mulutmu sayang," pinta Doni. Mengumpulkan seluruh rambut Ratna dan menuntunnya untuk menikmati dirinya.Ratna tampa
Tidak sanggup menegur apalagi menghentikan. Dia meremas kuat anak kunci yang dicuri sebelum pulang tadi. Dan ternyata benar. Dugaan Ajeng tidak salah. Doni selama ini tidak pergi. Dia hanya melompati pagar belakang agar bisa bertemu dan tinggal di rumah Ratna.Sekarang Doni tidak perlu pusing memikirkan akan pulang pergi lewat mana. Semuanya sudah usai dan dia bebas dari Ajeng, meskipun wanita itu tidak tau bahwa dirinya ada di rumah Ratna."Nanti pas pulang kamu ingin dibawakan apa?" Doni masih enggan melepaskan Ratna dari pelukannya.Sebagai pengantin baru, baru kali ini pula dia merasakan kebahagiaan. Kedekatan dengan sang istri, tidak seperti saat bersama Ajeng dulu. Jangankan untuk berpelukan, saling bicara saja mereka tidak pernah. Bahkan saat pertama kali melakukan hubungan suami istri, Ajeng bungkam. Menutup rapat-rapat mulutnya meskipun dia terlena karena permainan Doni.Ajeng baru mau diajak bicara setelah malam pengantin mereka usai. Benar-benar jauh berbeda dari Ratna. Ist
Ajeng mengusap kasar air matanya dari semalam dia selalu saja menangis. Tidak berhenti mengeluarkan air mata kepedihan dari kedua matanya. Dia tidak pernah menyangka sama sekali hari ini akan tiba di mana Doni berpaling sedangkan dia malah jatuh cinta.Ajeng juga masih bergelung di bawah selimut, seraya menangis menatap Rafki yang masih terlelap. Andai saja tidak ada buah hatinya itu bisa dipastikan Ajeng sudah menemui Doni ke rumah sebelah dan meminta penjelasan atas apa yang dilakukan pria itu kepadanya.Sampai-sampai pria itu sampai hati melupakan cinta yang selama ini dia gadang-gadang tidak akan pernah luntur dari hatinya. Nyatanya apa, baru pertama kali Doni mendatangi Ratna sekarang wanita itu sudah mengatakan bahwasanya mereka berdua sudah menikah. Apa-apaan fakta yang diketahui Ajeng sampai-sampai dia tidak mengerti bagaimana caranya untuk membawa Doni kembali ke dalam pelukannya. Rasanya Dia juga stres harus menjalani kehidupan sendiri. Dia juga tidak bisa memberitahu kepada
Ajeng mengusap kasar air matanya dari semalam dia selalu saja menangis. Tidak berhenti mengeluarkan air mata kepedihan dari kedua matanya. Dia tidak pernah menyangka sama sekali hari ini akan tiba di mana Doni berpaling sedangkan dia malah jatuh cinta.Ajeng juga masih bergelung di bawah selimut, seraya menangis menatap Rafki yang masih terlelap. Andai saja tidak ada buah hatinya itu bisa dipastikan Ajeng sudah menemui Doni ke rumah sebelah dan meminta penjelasan atas apa yang dilakukan pria itu kepadanya.Sampai-sampai pria itu sampai hati melupakan cinta yang selama ini dia gadang-gadang tidak akan pernah luntur dari hatinya. Nyatanya apa, baru pertama kali Doni mendatangi Ratna sekarang wanita itu sudah mengatakan bahwasanya mereka berdua sudah menikah. Apa-apaan fakta yang diketahui Ajeng sampai-sampai dia tidak mengerti bagaimana caranya untuk membawa Doni kembali ke dalam pelukannya. Rasanya Dia juga stres harus menjalani kehidupan sendiri. Dia juga tidak bisa memberitahu kepada
"Di mana dia? Mama ingin berbicara." Sang ibu malah langsung mencari keberadaan Ratna, bukannya mengajak Doni berbicara seperti yang ditawarkan pria itu tadi."Kita akan bicara dengan Ratna jika Mama sudah tenang. Kalau mama seperti ini aku tidak akan mau mengajak Mama bertemu dengannya, terlebih lagi beberapa hari yang lalu Mama datang ke sini dan memaki istriku.""Istri?" Sang ibu membulatkan matanya, terkejut mendengar penuturan Doni. Ternyata benar apa yang dikatakan Ajeng tadi malam, bahwasanya Ratna dan Doni sudah menikah.Doni menganggukkan kepalanya. "Benar sekali, aku dan Ratna sudah menikah bahkan kami sudah lama menjadi sepasang suami istri. Jadi Mama tidak akan bisa asal ,memintaku berpisah dengannya karena hubungan kami bukan hanya sekedar sepasang kekasih.""Mama tidak mau tahu apa hubungan yang terjadi antara kamu dan dia, yang jelas Mama ingin kamu menceraikan Ratna dan berpisah darinya. Mama tidak sudi memiliki menantu dari keluarga miskin dan rendahan seperti dia.""
"Di mana dia? Mama ingin berbicara." Sang ibu malah langsung mencari keberadaan Ratna, bukannya mengajak Doni berbicara seperti yang ditawarkan pria itu tadi."Kita akan bicara dengan Ratna jika Mama sudah tenang. Kalau mama seperti ini aku tidak akan mau mengajak Mama bertemu dengannya, terlebih lagi beberapa hari yang lalu Mama datang ke sini dan memaki istriku.""Istri?" Sang ibu membulatkan matanya, terkejut mendengar penuturan Doni. Ternyata benar apa yang dikatakan Ajeng tadi malam, bahwasanya Ratna dan Doni sudah menikah.Doni menganggukkan kepalanya. "Benar sekali, aku dan Ratna sudah menikah bahkan kami sudah lama menjadi sepasang suami istri. Jadi Mama tidak akan bisa asal ,memintaku berpisah dengannya karena hubungan kami bukan hanya sekedar sepasang kekasih.""Mama tidak mau tahu apa hubungan yang terjadi antara kamu dan dia, yang jelas Mama ingin kamu menceraikan Ratna dan berpisah darinya. Mama tidak sudi memiliki menantu dari keluarga miskin dan rendahan seperti dia.""
"Sekarang kamu ikut Kakek pulang dan Kakek akan berbicara dengan kakeknya Yandi, terserah dia akan marah atau apa yang jelas Kakek ingin kamu bahagia." Mengusap air mata Ratna. "Dan untuk suamimu Kakek akan berusaha mencari tahu dimana keberadaannya.""Terima kasih, Kek," ucap Ratna, kembali memeluk sang kakek. Sedikit senyuman terukir di bibirnya, meskipun lebih belum kembali seperti semula. Namun keberadaan sang kakek sudah bisa membuatnya sedikit tenang.Inilah dulunya yang diidamkan Ratna. Mual muntah di pagi hari, tidak selera makan sama sekali karena kehamilan di semester pertama. Namun bukan seperti ini situasi yang Ratna dan idamkan, hamil seorang diri tanpa dampingan suami.Bahkan Ratna tidak menyangka bisa kehilangan suaminya ketika dinyatakan positif hamil. Dia memang mengharapkan kehadiran seorang buah hati, tapi dia juga menginginkan kasih sayang seorang suami. Ratna berharap sang kakek bisa segera menemukan di mana kini suaminya berada.jika boleh meminta, Ratna ingin me
Dia merasa cucunya tersebut menuduhnya yang tidak tidak padahal dia sudah melakukan segala cara untuk menemukan Doni . Sialnya dia malah mendapati fakta yang begitu buruk yang akan membuatnya berusaha untuk menjauhkan Ratna dari Doni.Tidak peduli ada bayi yang berada di rahim cucunya itu, dia akan membesarkan dan yakin segala peninggalan kedua orang tua Ratna cukup untuk biaya hidup bayi tersebut nantinya ."Kenapa Kakek langsung pergi? Padahal aku hanya sekedar bertanya dari mana sebenarnya Kakek mendapatkan kabar tersebut, jika memang demikian adanya kenapa Kakek harus marah dan pergi seperti ini?" susul Ratna menahan langkah sang kakek.Dia merasa ada yang tidak beres dengan kakeknya tersebut. Tiba-tiba saja marah padahal dia hanya sekedar bertanya. Apa salahnya dibalas seperti banyak pertanyaan biasa jika memang tidak ada hal yang buruk terjadi di belakangnya. Ratna tidak ingin menjadi orang yang tidak mengetahui apa-apa. Menjadi sesuatu yang dilindungi di balik kabar buruk atau