"Sekarang kamu ikut Kakek pulang dan Kakek akan berbicara dengan kakeknya Yandi, terserah dia akan marah atau apa yang jelas Kakek ingin kamu bahagia." Mengusap air mata Ratna. "Dan untuk suamimu Kakek akan berusaha mencari tahu dimana keberadaannya.""Terima kasih, Kek," ucap Ratna, kembali memeluk sang kakek. Sedikit senyuman terukir di bibirnya, meskipun lebih belum kembali seperti semula. Namun keberadaan sang kakek sudah bisa membuatnya sedikit tenang.Inilah dulunya yang diidamkan Ratna. Mual muntah di pagi hari, tidak selera makan sama sekali karena kehamilan di semester pertama. Namun bukan seperti ini situasi yang Ratna dan idamkan, hamil seorang diri tanpa dampingan suami.Bahkan Ratna tidak menyangka bisa kehilangan suaminya ketika dinyatakan positif hamil. Dia memang mengharapkan kehadiran seorang buah hati, tapi dia juga menginginkan kasih sayang seorang suami. Ratna berharap sang kakek bisa segera menemukan di mana kini suaminya berada.jika boleh meminta, Ratna ingin me
Dia merasa cucunya tersebut menuduhnya yang tidak tidak padahal dia sudah melakukan segala cara untuk menemukan Doni . Sialnya dia malah mendapati fakta yang begitu buruk yang akan membuatnya berusaha untuk menjauhkan Ratna dari Doni.Tidak peduli ada bayi yang berada di rahim cucunya itu, dia akan membesarkan dan yakin segala peninggalan kedua orang tua Ratna cukup untuk biaya hidup bayi tersebut nantinya ."Kenapa Kakek langsung pergi? Padahal aku hanya sekedar bertanya dari mana sebenarnya Kakek mendapatkan kabar tersebut, jika memang demikian adanya kenapa Kakek harus marah dan pergi seperti ini?" susul Ratna menahan langkah sang kakek.Dia merasa ada yang tidak beres dengan kakeknya tersebut. Tiba-tiba saja marah padahal dia hanya sekedar bertanya. Apa salahnya dibalas seperti banyak pertanyaan biasa jika memang tidak ada hal yang buruk terjadi di belakangnya. Ratna tidak ingin menjadi orang yang tidak mengetahui apa-apa. Menjadi sesuatu yang dilindungi di balik kabar buruk atau
Di pertemuannya yang ketiga kali dengan Doni tersebut membuat hati sang kakek semakin sakit, maka dari itu lebih baik cicitnya diakui sebagai anak Yandi daripada anak Doni yang ternyata mudah sekali melupakan sang cucu. Bahkan di pertemuan keempat Doni mengajak mereka bertemu dan memperkenalkan calon istrinya. Hati Kakek mana yang tidak sakit melihat pria yang selama ini masih dicintai cucunya, tapi malah bisa menerima kehidupannya dengan wanita lain, sedang hidup bahagia menanti kelahiran buah hati.Sedangkan Ratna hidup sendirian menunggu dan menghadapi kehamilan kembarnya yang begitu sangat menyiksa. Maka dari itu sang kakek mengatakan kepada Doni bahwasanya kini Ratna juga sudah hidup bahagia dan rujuk bersama Yandi, meskipun dia tidak menyampaikan kepada Doni bahwasanya kini Ratna sedang hamil.Dia tidak ingin pria itu mencari tahu siapa gerangan ayah biologis dari bayi yang ada di rahim Ratna. Dia tidak ingin jika pria itu mengetahui bayi tersebut merupakan anaknya dan dirampas
Ratna kini telah berubah menjadi seorang ibu muda yang energik dan penuh semangat. Setelah melahirkan bayi kembar, dia memutuskan untuk tinggal bersama kakeknya, Pak Slamet. Rumah itu penuh dengan tawa, canda, dan momen-momen lucu sejak hari pertama mereka bersama. Hari di mana Ratna menganggap semuanya menjadi sebuah lembaran baru. Hidup baru. Doni …?Hampir satu tahun berlalu semenjak kelahiran bayi kembarnya, di pagi yang cerah, Ratna duduk di ruang keluarga dengan bayi kembar, Aria dan Bima, di pangkuannya. Mereka sedang menikmati waktu bersama ketika Pak Slamet masuk dengan penuh semangat.“Pagi-pagi sudah semangat, ya, cucu Kakek? Apa bagaimana kabar cicit Kakek hari ini?” Entah darimana pria itu datang. Kini di tangannya ada goreng pisang dan pulut.“Kabarnya semakin baik, Kek. Bahkan Aria dan Bima memutuskan untuk mengadakan konser kecil lewat tangisan. Membuatku bisa merasakan menjadi ibu yang utuh secara double.”Pak Slamet tertawa dan menyentuh pipi bayi kembar dengan lembu
Terkadang hanya sang kakek bertugas untuk melihat dari kejauhan, ketika Alya dan Bima bermain."Siapa, Bu?" Ratna menoleh."Tidak tahu Mbak. Dia tidak ingin memberitahu siapa namanya, karena dia takut Mbak Ratna tidak akan mau keluar jika tahu siapa yang datang bertamu.""Kalau begitu tidak usah diterima. Katakan saja aku sedang tidak ada di rumah.""Tapi Mbak, katanya jika Mbak tidak mau menemuinya maka Mbak tidak akan mengetahui informasi tentang Ajeng."Ratna tersentak mendengar nama yang sudah lama tidak dia dengar. "Ajeng," gumamnya pelan, menatap Alya dan Bima yang sedang bermain."Kalau begitu Ibu di sini dulu bantu saya menjaga Bima dan Alya. Saya akan menemuinya dan tolong jangan sampai Bima dan Alya menangis karena aku tidak ingin dia mengetahui kalau aku sudah memiliki anak."Wanita paruh baya tersebut menganggukan kepalanya, bergegas menggantikan posisi Ratna untuk menjaga si kembar. Ratna menarik nafas dalam-dalam, sedikit memperbaiki penampilannya. Dia juga mengusap waja
“Itu tuduhan!” Bantah Yandi, meskipun benar apa yang istrinya itu katakan tapi, dia tidak ingin mengakui secara jujur bahwasanya tuduhan yang diajukan Risa merupakan sebuah kenyataan.“Percuma kamu mengatakan patahan seperti itu tapi, di mataku kamu itu sudah menghianati pernikahan kita. Sakit, namun karena aku dulu juga menyakiti hati Ratna jadi aku anggap ini semua sebagai karma atas perbuatanku di masa lalu.”Risa melanjutkan langkahnya menuju kamar, jika perdebatan dengan Yandi diteruskan yang ada dia akan bersedih lagi gara-gara merasa bersalah kembali atas dosa yang dia lakukan di masa lalu.Jujur saja saat ini dia menyesal merebut Yandi dari Ratna. Andai saja hari itu dia mendengarkan hati kecilnya untuk berhenti dan tidak melanjutkan hubungan dengan suami orang, Risa yakin ini tidak akan pernha terjadi padanya.Dulu Risa tidak takut hal ini terjadi ,tapi sekarang dia sangat ingin memutar waktu dan tidak mau memulai hubungan apapun dengan Yandi.***Yandi hanya bisa menembus ke
"Tidak, ini tadi Mami kelilipan nyamuk makanya seperti ini.""Ooo." bibir mungil Alya membulat sempurna, dia juga menganggukan kepalanya hingga rambutnya yang sedang berdiri, di kepang dua ikut bergerak.Ratna mengusap pipi Alya. "Kamu benar-benar anak yang manis dan perhatian," ucapnya memaksakan senyuman agar Alya tak khawatir padanya. "Kamu persis seperti ayahmu. Pria yang begitu baik dan lembut. Tuhan bolehkah aku menuntutMu sekarang, mempertemukan kami dengannya?" sambung Ratna dalam hati.Tujuan mereka datang ke lapangan bola tersebut untuk melihat wahana permainan tapi, nyatanya malah membuat kedua buah hatinya merasa iri melihat anak-anak yang lain didampingi kedua orang tuanya. Ingin rasanya Ratna berteriak menuntut keadilan untuk dirinya dan kedua buah hatinya agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna."Mami mau itu!" seru Bima tanpa menunggu Ratna terlebih dahulu, dia langsung berlari menuju ke arah penjual mainan. Bocah laki-laki tersebut sangat tert
Egois. Begitulah penilaian Ratna terhadap keluarganya maupun keluarga Doni. Jadi untuk apa lagi mereka memiliki keluarga jika seperti itu kenyataannya. Sumpah demi apapun, Ratna tidak bisa memaafkan sang kakek..Ini kali kedua menorehkan luka di hatinya hanya karena Doni tidak bisa berjalan. Sang kakek mengatakan bahwasanya sampai detik ini belum memiliki informasi apapun tentang keberadaan Doni. Nyatanya sang kakek sudah meminta Doni untuk menjauhinya dan tidak mencoba untuk mencari keberadaannya lagi. Seperti inikah cara manusia berpikir? Sang kakek meminta Doni menjauh karena dia sudah lumpuh. Kedua orang tua Doni memintanya menjauh karena merasa dia hanyalah seorang gadis desa yang tidak memiliki apa-apa, sungguh kenyataan yang begitu miris tapi, begitulah adanya."Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, Mas. Apa yang akan kamu lakukan dan apa yang harus aku lakukan untuk rumah tangga kita? Jika meminta berpisah maaf aku tidak bisa," tutur Ratna pada Doni yang tengah memeluk Alya. G