Ajeng mengusap kasar air matanya dari semalam dia selalu saja menangis. Tidak berhenti mengeluarkan air mata kepedihan dari kedua matanya. Dia tidak pernah menyangka sama sekali hari ini akan tiba di mana Doni berpaling sedangkan dia malah jatuh cinta.Ajeng juga masih bergelung di bawah selimut, seraya menangis menatap Rafki yang masih terlelap. Andai saja tidak ada buah hatinya itu bisa dipastikan Ajeng sudah menemui Doni ke rumah sebelah dan meminta penjelasan atas apa yang dilakukan pria itu kepadanya.Sampai-sampai pria itu sampai hati melupakan cinta yang selama ini dia gadang-gadang tidak akan pernah luntur dari hatinya. Nyatanya apa, baru pertama kali Doni mendatangi Ratna sekarang wanita itu sudah mengatakan bahwasanya mereka berdua sudah menikah. Apa-apaan fakta yang diketahui Ajeng sampai-sampai dia tidak mengerti bagaimana caranya untuk membawa Doni kembali ke dalam pelukannya. Rasanya Dia juga stres harus menjalani kehidupan sendiri. Dia juga tidak bisa memberitahu kepada
"Di mana dia? Mama ingin berbicara." Sang ibu malah langsung mencari keberadaan Ratna, bukannya mengajak Doni berbicara seperti yang ditawarkan pria itu tadi."Kita akan bicara dengan Ratna jika Mama sudah tenang. Kalau mama seperti ini aku tidak akan mau mengajak Mama bertemu dengannya, terlebih lagi beberapa hari yang lalu Mama datang ke sini dan memaki istriku.""Istri?" Sang ibu membulatkan matanya, terkejut mendengar penuturan Doni. Ternyata benar apa yang dikatakan Ajeng tadi malam, bahwasanya Ratna dan Doni sudah menikah.Doni menganggukkan kepalanya. "Benar sekali, aku dan Ratna sudah menikah bahkan kami sudah lama menjadi sepasang suami istri. Jadi Mama tidak akan bisa asal ,memintaku berpisah dengannya karena hubungan kami bukan hanya sekedar sepasang kekasih.""Mama tidak mau tahu apa hubungan yang terjadi antara kamu dan dia, yang jelas Mama ingin kamu menceraikan Ratna dan berpisah darinya. Mama tidak sudi memiliki menantu dari keluarga miskin dan rendahan seperti dia.""
"Di mana dia? Mama ingin berbicara." Sang ibu malah langsung mencari keberadaan Ratna, bukannya mengajak Doni berbicara seperti yang ditawarkan pria itu tadi."Kita akan bicara dengan Ratna jika Mama sudah tenang. Kalau mama seperti ini aku tidak akan mau mengajak Mama bertemu dengannya, terlebih lagi beberapa hari yang lalu Mama datang ke sini dan memaki istriku.""Istri?" Sang ibu membulatkan matanya, terkejut mendengar penuturan Doni. Ternyata benar apa yang dikatakan Ajeng tadi malam, bahwasanya Ratna dan Doni sudah menikah.Doni menganggukkan kepalanya. "Benar sekali, aku dan Ratna sudah menikah bahkan kami sudah lama menjadi sepasang suami istri. Jadi Mama tidak akan bisa asal ,memintaku berpisah dengannya karena hubungan kami bukan hanya sekedar sepasang kekasih.""Mama tidak mau tahu apa hubungan yang terjadi antara kamu dan dia, yang jelas Mama ingin kamu menceraikan Ratna dan berpisah darinya. Mama tidak sudi memiliki menantu dari keluarga miskin dan rendahan seperti dia.""
"Sekarang kamu ikut Kakek pulang dan Kakek akan berbicara dengan kakeknya Yandi, terserah dia akan marah atau apa yang jelas Kakek ingin kamu bahagia." Mengusap air mata Ratna. "Dan untuk suamimu Kakek akan berusaha mencari tahu dimana keberadaannya.""Terima kasih, Kek," ucap Ratna, kembali memeluk sang kakek. Sedikit senyuman terukir di bibirnya, meskipun lebih belum kembali seperti semula. Namun keberadaan sang kakek sudah bisa membuatnya sedikit tenang.Inilah dulunya yang diidamkan Ratna. Mual muntah di pagi hari, tidak selera makan sama sekali karena kehamilan di semester pertama. Namun bukan seperti ini situasi yang Ratna dan idamkan, hamil seorang diri tanpa dampingan suami.Bahkan Ratna tidak menyangka bisa kehilangan suaminya ketika dinyatakan positif hamil. Dia memang mengharapkan kehadiran seorang buah hati, tapi dia juga menginginkan kasih sayang seorang suami. Ratna berharap sang kakek bisa segera menemukan di mana kini suaminya berada.jika boleh meminta, Ratna ingin me
Dia merasa cucunya tersebut menuduhnya yang tidak tidak padahal dia sudah melakukan segala cara untuk menemukan Doni . Sialnya dia malah mendapati fakta yang begitu buruk yang akan membuatnya berusaha untuk menjauhkan Ratna dari Doni.Tidak peduli ada bayi yang berada di rahim cucunya itu, dia akan membesarkan dan yakin segala peninggalan kedua orang tua Ratna cukup untuk biaya hidup bayi tersebut nantinya ."Kenapa Kakek langsung pergi? Padahal aku hanya sekedar bertanya dari mana sebenarnya Kakek mendapatkan kabar tersebut, jika memang demikian adanya kenapa Kakek harus marah dan pergi seperti ini?" susul Ratna menahan langkah sang kakek.Dia merasa ada yang tidak beres dengan kakeknya tersebut. Tiba-tiba saja marah padahal dia hanya sekedar bertanya. Apa salahnya dibalas seperti banyak pertanyaan biasa jika memang tidak ada hal yang buruk terjadi di belakangnya. Ratna tidak ingin menjadi orang yang tidak mengetahui apa-apa. Menjadi sesuatu yang dilindungi di balik kabar buruk atau
Di pertemuannya yang ketiga kali dengan Doni tersebut membuat hati sang kakek semakin sakit, maka dari itu lebih baik cicitnya diakui sebagai anak Yandi daripada anak Doni yang ternyata mudah sekali melupakan sang cucu. Bahkan di pertemuan keempat Doni mengajak mereka bertemu dan memperkenalkan calon istrinya. Hati Kakek mana yang tidak sakit melihat pria yang selama ini masih dicintai cucunya, tapi malah bisa menerima kehidupannya dengan wanita lain, sedang hidup bahagia menanti kelahiran buah hati.Sedangkan Ratna hidup sendirian menunggu dan menghadapi kehamilan kembarnya yang begitu sangat menyiksa. Maka dari itu sang kakek mengatakan kepada Doni bahwasanya kini Ratna juga sudah hidup bahagia dan rujuk bersama Yandi, meskipun dia tidak menyampaikan kepada Doni bahwasanya kini Ratna sedang hamil.Dia tidak ingin pria itu mencari tahu siapa gerangan ayah biologis dari bayi yang ada di rahim Ratna. Dia tidak ingin jika pria itu mengetahui bayi tersebut merupakan anaknya dan dirampas
Ratna kini telah berubah menjadi seorang ibu muda yang energik dan penuh semangat. Setelah melahirkan bayi kembar, dia memutuskan untuk tinggal bersama kakeknya, Pak Slamet. Rumah itu penuh dengan tawa, canda, dan momen-momen lucu sejak hari pertama mereka bersama. Hari di mana Ratna menganggap semuanya menjadi sebuah lembaran baru. Hidup baru. Doni …?Hampir satu tahun berlalu semenjak kelahiran bayi kembarnya, di pagi yang cerah, Ratna duduk di ruang keluarga dengan bayi kembar, Aria dan Bima, di pangkuannya. Mereka sedang menikmati waktu bersama ketika Pak Slamet masuk dengan penuh semangat.“Pagi-pagi sudah semangat, ya, cucu Kakek? Apa bagaimana kabar cicit Kakek hari ini?” Entah darimana pria itu datang. Kini di tangannya ada goreng pisang dan pulut.“Kabarnya semakin baik, Kek. Bahkan Aria dan Bima memutuskan untuk mengadakan konser kecil lewat tangisan. Membuatku bisa merasakan menjadi ibu yang utuh secara double.”Pak Slamet tertawa dan menyentuh pipi bayi kembar dengan lembu
Terkadang hanya sang kakek bertugas untuk melihat dari kejauhan, ketika Alya dan Bima bermain."Siapa, Bu?" Ratna menoleh."Tidak tahu Mbak. Dia tidak ingin memberitahu siapa namanya, karena dia takut Mbak Ratna tidak akan mau keluar jika tahu siapa yang datang bertamu.""Kalau begitu tidak usah diterima. Katakan saja aku sedang tidak ada di rumah.""Tapi Mbak, katanya jika Mbak tidak mau menemuinya maka Mbak tidak akan mengetahui informasi tentang Ajeng."Ratna tersentak mendengar nama yang sudah lama tidak dia dengar. "Ajeng," gumamnya pelan, menatap Alya dan Bima yang sedang bermain."Kalau begitu Ibu di sini dulu bantu saya menjaga Bima dan Alya. Saya akan menemuinya dan tolong jangan sampai Bima dan Alya menangis karena aku tidak ingin dia mengetahui kalau aku sudah memiliki anak."Wanita paruh baya tersebut menganggukan kepalanya, bergegas menggantikan posisi Ratna untuk menjaga si kembar. Ratna menarik nafas dalam-dalam, sedikit memperbaiki penampilannya. Dia juga mengusap waja