Share

Bab 103

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2024-12-21 16:49:19

"Jadi, Papa mikir kalo Kenan itu ...?"

Belum sempat Kanaya menyelesaikan perkataannya, Alan sudah mengangguk.

"Pa, Papa nggak boleh ambil kesimpulan secepat itu. Mungkin saja, laki-laki itu berharap agar Papa, dan Mama berpisah. Jadi, dia sudah mempengaruhi Kenan, dengan mengatakan jika Kenan itu putranya."

Alan terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan Kanaya dengan akal sehatnya, dan memang benar. Apa yang dikatakan oleh Kanaya itu, memang cukup masuk akal.

"Kamu bener, Naya. Mungkin dia berkata seperti itu, untuk mendekati, sekaligus juga mempengaruhi Kenan."

Kanaya pun mengangguk, meskipun di dalam hatinya kini mulai dipenuhi tanda tanya tentang jati diri Kenan. Namun, Kanaya tahu, Alan sangat menyayangi Kenan. Dia tak mau membuat hal tersebut mengganggu pikiran Alan. Apalagi, raut wajah sendu yang beberapa saat lalu tergambar di wajah Alan, kini perlahan mulai memudar. Berganti binar ceria di wajah.

"Pa, udah malem jangan terlalu banyak berpikir sesuatu hal yang nggak penting"

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ira Zamzuri
ceritanya bagus dan sangat menarik pertanyaannya apakah di bab 103 sudah selesai/ tamat ?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 104

    Senja mulai merayap di langit ketika Kanaya melangkah keluar dari gedung kampusnya. Rambut panjangnya yang terurai, sedikit berantakan setelah seharian berkutat kegiatan ospek yang melelahkan."Kanaya ...!" Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki yang memanggilnya.Kanaya, dan beberapa orang temannya pun menghentikan langkah."Naya, kami pulang dulu ya," pamit teman-teman Kanaya, saat seorang kakak angkatan sudah berdiri di depan mereka."Jangan, temani aku dulu!" pinta Kanaya, tapi mereka tampak terkekeh sembari melambaikan tangan, seolah sedang meledek dan tak bergeming dengan permintaan Kanaya."Naya, pulangnya aku antar ya.""Nggak usah aku udah dijemput Papa di depan. Aku pulang dulu ya, Kak Arga."Kanaya buru-buru berpamitan, tak peduli dengan Arga yang hendak mencegahnya. Namun, Kanaya sudah berlari ke arah sebuah mobil yang terparkir di depan gerbang kampus.Mobil mewah berwarna hitam mengkilap itu tampak sudah menunggu, sejak beberapa saat lalu. Kanaya menatap mobil itu s

    Last Updated : 2024-12-22
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 105

    Chyntia saat ini duduk di dalam ruang kerja Alan. Wanita itu tampak sudah tak sabar menunggu kedatangan bosnya. Di saat itulah tiba-tiba ponselnya berbunyi.'Ibu Arumi?' batin Chyntia saat melihat nama Arumi di layar ponselnya. Dia kemudian mengangkat panggilan telepon tersebut.[Halo Chyntia, apa kau sudah mengundurkan diri?][Tentu saja belum, Bu Arumi. Suami Anda saja sedang belum datang ke kantor] jawab Chyntia, sembari memainkan rambutnya. Chyntia memang menyetujui permintaan Arumi, untuk keluar dari perusahaan milik suaminya, setelah mereka selesai bertransaksi.[Tidak ada di kantor? Pasti dia sedang bersama wanita simpanannya itu!]Arumi menggerutu kesal, di ujung sambungan telepon.[Kalau masalah itu, bukan urusan saya, Ibu Arumi. Karena tugas saya hanya menutup mulut tentang hubungan Anda dengan Tuan Leo. Iya kan?][Diam! Jangan keras-keras! Kalau begitu kau tunggu saja sampai suamiku datang. Lalu cepat pergi secepatnya! Pergilah keluar kota sejauh mungkin.][Iya, baik Ibu A

    Last Updated : 2024-12-23
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 106

    Kanaya mengangguk, sedikit bingung dengan sikap gadis yang ada di depannya yang terkesan sombong. Apalagi, cara menatap Kanaya pun begitu sinis."Nama gue Vanel, asal lo tahu semua mahasiswa yang ada di sini tunduk pada gue. Tapi, lo udah ngusik gue, karena lo sok caper sama Arga. Sebelum terlalu jauh, gue beri peringatan ke lo agar jangan sampai berani mendekati Arga lagi. Kalau nggak, lo rasakan sendiri akibatnya!"Kanaya tersenyum sinis, lalu berdiri sembari melipat tangan di dada. "Maaf Kak, saya sama sekali nggak tertarik sama Arga. Saya juga udah punya pacar, dan nggak berminat mendekati Arga. Jadi, sebaiknya Kak Vanel yang menasehati Arga agar tidak mendekatiku lagi."Setelah itu, Kanaya mengibaskan rambutnya. Lalu, berjalan menjauhi Vanel, dan mendekat pada teman sekelompoknya lagi yang saat ini sudah mulai melanjutkan kegiatan ospek."Sombong sekali, dia belum tahu siapa gue!"Gadis itu pun menoleh pada salah seorang temannya. "Anya, tolong lo cari tahu siapa gadis nggak tahu

    Last Updated : 2024-12-24
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 107

    "Ah mungkin punya pembantu baru," sambung Leo kembali. Dia kemudian membuka otomatic door mansion tersebut, tetapi pintu itu tidak terbuka."Kenapa pintunya nggak bisa dibuka? Apa Carmen sudah mengubah password pintunya?"Leo mengamati pintu tersebut, disertai raut wajah bingung, dan kening yang berkerut. Merasa putus asa, Leo akhirnya memencet bel yang ada di samping pintu. Namun, tidak ada satu orang pun pelayan yang keluar dari mansion tersebut.Amarah Leo yang memuncak, membuat dia memencet bel berulang kali hingga salah seorang asisten rumah tangga akhirnya datang menuju ke arah pintu."Kenapa lama sekali? Apa kau tuli, hah?" hardik Leo setelah pintu itu terbuka."Maaf Tuan, Anda memang tidak boleh masuk ke dalam lagi, silahkan Anda pergi.""Apa? Lancang sekali kau! Berani sekali kau berkata seperti itu padaku!""Maaf Tuan, saya hanya menjalankan perintah dari Nyonya Carmen. Anda tidak boleh lagi masuk ke rumah ini.""Perintah? Cih, kau jangan mengada-ada! Istriku nggak mungkin b

    Last Updated : 2024-12-25
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 108

    "Kenapa kamu tampar aku, Mas?" pekik Arumi yang tak terima jika Alan menampar dirinya."Itu belum seberapa dibandingkan dengan harga yang harus kau bayar, Arumi.""Apa sebenarnya maksud kamu sih, Mas? Tiba-tiba aja datang sambil marah-marah gini!" Arumi masih menatap tajam suaminya, tak terima dengan sikap Alan. "Sekarang aku tanya, kamu habis dari mana, Arumi?"Arumi tergagap, tentunya dia juga merasa cemas jika Chyntia tidak datang ke hotel tersebut, dan ada kaitannya dengan kemarahan Alan."Ke hotel, buat endorse sekaligus review kamar hotel.""Ck, benarkah? Kalau begitu mana videonya?""Kamu apa-apaan sih, Mas? Edit video itu bukan tugasku, tapi tim yang bikin. Kamu pikir, aku influencer abal-abal yang apa-apa bikin sendiri?" sahut Arumi, berusaha tetap tenang. Meskipun, perasaannya begitu berkecamuk. Apalagi keberadaan Chyntia saat ini juga masih menjadi tanda tanya."Oh jadi itu tugas timmu? Sekarang, tolong beri tahu anak buahmu agar tidak lupa mengedit video review fasilitas

    Last Updated : 2024-12-26
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 109

    Di depan gerbang kampus yang mulai sepi. Kanaya berdiri, sembari beberapa kali melihat arloji di pergelangan tangannya.Sore ini, Alan mengatakan jika dia tak bisa menjemput gadis itu, dan menyuruh sopir pribadi keluarga untuk menjemput Kanaya.Kanaya tak tahu alasan Alan membatalkan niatnya untuk menjemput ke kampus. Dalam benaknya, Kanaya hanya menduga jika Alan pasti sedang ada urusan penting yang berhubungan dengan pekerjaannya."Ayo, aku antar pulang. Rumah kamu kayaknya searah kan sama aku." Suara seorang laki-laki dari arah samping pun terdengar. Kanaya seketika menoleh, dan melihat sosok Arga, kini sudah berdiri di sampingnya. Lelaki itu, kini tampak tersenyum ramah.Kanaya pun membalas senyuman itu dengan canggung sambil merapikan tasnya. "Nggak usah, Kak. Aku bisa pulang sendiri kok."Arga tertawa kecil, lalu berkata, "Naya, nggak apa-apa juga kali. Aku lagi nggak buru-buru. Lagian lebih aman kalau ada yang nemenin."Kanaya menunduk sebentar, lalu mengangkat wajah dengan se

    Last Updated : 2024-12-27
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 110

    Pak Rama duduk di sofa dengan tangan terkepal, sementara Bu Dahlia berdiri dengan mata berkaca-kaca, keduanya menatap Arumi yang berdiri di sudut ruangan dengan wajah tertunduk. Pak Rama dengan suara tegas mulai membuka suaranya."Kami sudah menduga jika semua ini akan terjadi.""Kenapa Papa sama Mama nggak berusaha belain aku untuk mempertahankan rumah tanggaku sama Mas Alan?"Bu Dahlia hanya menggelengkan kepala, sembari memijit pelipisnya. Sedangkan Pak Rama, menghela napas berat."Bukankah kami sering memberi nasehat padamu tentang tugas menjadi seorang istri? Tapi kamu nggak pernah mencoba introspeksi diri, Arumi. Alan sudah bersabar selama bertahun-tahun, dan kamu ternyata nggak berubah!""Jadi, sudah sepantasnya dia kecewa."Bu Dahlia, ikut menimpali perkataan suaminya. Lalu, wanita paruh baya itu kembali berkata, "Mama sudah pernah membicarakan ini saat papamu mendapat donor hati dari Kanaya. Kami memang sudah sepenuhnya menyerahkan keputusan tentang rumah tangga kalian pada A

    Last Updated : 2024-12-28
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 111

    Chyntia tersenyum kecut, saat mendapati sosok yang berdiri di depannya."Ternyata, Anda nekat juga datang ke rumah ini, Bu Arumi."Arumi yang saat itu sedang membelakangi pintu, menoleh saat mendengar suara Chyntia."Ck, kau pikir aku takut pada wanita rendahan sepertimu?"Chyntia terkekeh sembari menggelengkan kepalanya. "Ngomong-ngomong, Anda tahu dari mana alamat rumah saya?""Hei ingat aku siapa. Aku adalah istri dari mantan bosmu, bukan hal yang sulit untuk mendapatkan alamatmu!" jawab Arumi yang sebenarnya mendapat alamat rumah Chyntia, dari Kanaya.Arumi tahu, dulu saat Alan ada tugas ke Bandung saat ditemani Kanaya, mereka menjemput Chyntia terlebih dulu ke rumahnya.Karena itulah, ketika dia memutuskan untuk bertemu Chyntia, Arumi menanyakan alamat Chyntia pada Kanaya."Apa Anda bilang? Apa maksud Anda? Anda itu istri dari Pak Alan? Nggak salah? Bukankah Pak Alan sudah mengembalikan Anda? Ck, Anda pikir saya nggak tahu?""Dari mana kau tahu? Dasar pengkhianat!""Itu nggak pen

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 218

    Atmosfer ruang tamu itu terasa panas meskipun AC yang menyala, menunjukkan suhu rendah. Lampu terang yang menyinari membuat bayangan wajah mereka terlihat lebih tegang.Alan duduk di sofa dengan tubuh sedikit condong ke depan, kedua tangannya saling menggenggam erat. Kanaya berdiri di dekat jendela, menggigit bibir bawahnya, sembari mendengar penjelasan Rain di ujung sambungan telepon.Sementara Pak Rama, duduk di kursi berhadapan dengan Alan. Wajahnya kusut, matanya merah dan penuh kecemasan.Di atas meja, secangkir kopi yang disajikan sejak tadi sudah dingin, tak ada yang sempat menyentuhnya. Udara di ruangan itu seperti membeku setelah Alan menyampaikan kabar yang baru saja ia dapatkan.Setelah Kanaya menutup sambungan telepon tersebut, gadis itu tampak menghela napas berat."Aku baru saja mendapat kabar dari Rain. Dia bilang, tadi saat menunggu ibunya yang masuk rumah sakit, Rain melihat seseorang yang mirip Arumi di sebuah rumah sakit tersenyum. Namun, saat Rain mendekat, wanita

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 217

    Di ruang makan yang luas dan elegan, sebuah meja panjang berhiaskan lilin serta peralatan makan berlapis perak tersusun rapi. Lampu kristal menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat. Aroma hidangan menguar, memenuhi ruangan dengan keharuman menggoda.Pak Rama meletakkan garpunya dengan tenang, lalu menatap putrinya dengan penuh perhatian."Udah sampe sejauh mana persiapan pernikahan kamu sama Alan?"Kanaya tersenyum malu-malu, meletakkan sendoknya, lalu menatap ayahnya dengan sorot mata berbinar."Hampir 75 persen, Pa. Besok kita mau fitting baju pengantin. Kita nggak undang banyak tamu, karena lebih ke acara private party."Pak Rama mengangguk pelan, ekspresinya tenang, tapi penuh makna. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas pendek sebelum berbicara."Pernikahan itu bukan sekedar tentang cinta, Kanaya. Tapi juga tentang kesiapan, tanggung jawab, dan kesabaran. Kamu harus ingat itu, dan jangan pernah melakukan kesalahan seperti yang perna

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status