Share

Artis Aneh

Penulis: Melo_di_Kata
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-30 13:54:27

Lift bergerak naik, membawa dua lelaki yang sibuk dengan pikiran masing – masing. Ken masih resah dengan sikap ayah Cella sehingga mendiamkan saja Jonathan. Sedangkan pemuda itu rupanya sibuk menenangkan diri karena tidak ingin terlihat cengeng di depan lelaki lain. Bukankah hanya perempuan yang mudah menangis di sembarang tempat? Setelah beberapa waktu bungkam, saat keluar lift, akhirnya Jonathan punya kekuatan untuk mengeluarkan suara.

Unit Ken terletak di ujung. Mereka berjalan beberapa waktu untuk mencapai tempat itu.

“Apartemen disita bokap, mobil disita nyokap.” Jonathan melanjutkan keluh kesah dengan suara bergetar. Ada isak lirih saat pemuda itu mengucapkannya walau sudah ditahan sekuat mungkin.

Ken meringis menahan geli. Jonathan sudah sedewasa itu, tapi orang tuanya tetap memperlakukan sang anak seperti remaja tanggung. Buat apa menyita apartemen dan mobil pria dewasa yang sudah bisa hidup mandiri?

“Santuy. Duit lo kan banyak. Beli lagi dong?” saran Ken. “Gue punya teman yang mau jual unitnya. Siapa tahu lo suka.”

Jonathan mendesah. “Gue males beli apartemen lagi. Kepingin punya rumah aja, biar bisa menapak di tanah.”

“Ya, udah. Kenapa resah?”

“Bukan perkara bisa beli atau enggak. Ini perkara harga diri, Ken! Harga diri!”

Ken sampai menoleh karena nada sengit itu. “Ya udah, berapa harga lo, sini gue beli!”

“Diem, lo!” Tahu – tahu Jonathan membekap mulut Ken sehingga pemuda itu gelagapan. Tubuh mereka berhimpitan sehingga Ken bisa merasakan otot – otot dada Jo yang kekar. “Lo pikir badan gue barang dagangan?”

Ken mundur dan menepis tangan Jo dari wajah. Risih sekali, sekaligus merinding. “Hey! Apaan sih, main bekap aja! Gue bukan Nara!” hardik Ken.

Jonathan segera melepas tangan dari wajah Ken dengan serba salah. Ia baru sadar telah membuat temannya tidak nyaman. “Maaf, gue kebiasaan gitu sama teman – teman yang lain.”

“Teman lo tuh perlu dipertanyakan kewarasnnya.”

Jonathan berdecak. Dari bahasa tubuhnya sangat jelas ia gelisah. Iba juga hati Ken.

“Ya udah. Ayo masuk!” Lelaki jangkung itu mendahului masuk ke apartemen sembari mengelus tengkuk. Bulu – bulu halus di daerah itu masih berdiri akibat sentuhan Jonathan tadi.

Sial! Gue kedatangan kuntilanak kali ini! rutuk Ken dalam hati.

Ken langsung menuju kamar untuk tamu dan membukakan pintu. “Tuh, elo bisa tidur di situ.”

Jonathan mengangguk kemudian berjalan cepat menuju kasur dan ambruk di sana. Tangannya meraih bantal kemudian menciuminya. Ken yang berdiri di samping ranjang sampai keheranan.

“Kok berdiri di situ? Mau ikutan tidur sama gue? Sini!” Jonathan menepuk – nepuk permukaan kasur di sebelahnya.

“Ciiih! Najis!” Ken seketika berkacak pinggang. “Lo kenapa jadi kayak gini?”

“Gue diputus Nara,” sahut Pemuda itu dengan sedih. Matanya menerawang ke langit - langit. Walau sudah pasti hanya gipsum putih saja yang terlihat, tapi Jo menikmati pemandangan kosong itu.

“Loh, bukannya bulan lalu kalian tunangan?”

“Iya, sih. Tapi Nara marah, katanya gue selingkuh.”

“Sadar banget kalau ganteng sih lo. Semua cewek dikasih harapan. Selingkuh sama siapa, lo?”

Jonathan menggeleng. “Enggak ada. Nara aja yang keterlaluan parno.”

“Enggak ada asap kalau nggak ada api. Jujur aja lo! Udah numpang masih berani bohong sama tuan rumah.”

“Gue mau jujur tapi lo jangan mikir yang macam -macam, ya!”

“Iya. Udah cepetan ngomong.” Ken berusaha sabar dan lembut.

“Gue kan endorse baju punya si Iyan Purwaka. Tahu kan lo, desainer terkenal itu?”

“Iya, gue tahu. Dia pernah pesan sepatu gue. Yang ‘miring’ itu, kan?”

“Nah, gue kebetulan datang sendiri ke sana. Nara nggak bisa ikut, katanya sibuk. Eh, pas fitting baju, tahu – tahu Nara di sana. Parahnya, dia nyerobot ke ruang ganti. Ya udah, kelihatanlah gue baru bugil pakai boxer doang dan berduaan sama Iyan. Langsung aja gue diputusin.”

Ken memicing. “Elo juga kasih harapan ke Iyan?”

Jonathan menggeleng keras. Tangan yang semula berada di belakang kepala kini terlipat di depan dada. Ia menarik diri agak ke atas sehingga posisinya sekarang duduk bersandar di kepala ranjang.

“Gue masih lurus, ya, Ken!”

“Hmmm, nggak yakin gue. Terus kenapa sampai elo diusir sama bokap lo?”

“Nara mengadu ke bokap. Dia fitnah gue seneng sama sesama jenis.”

Ken tertawa. “Nggak heran. Elo kayak ada kecenderungan ke sana.  Tadi aja gue lo sergap.”

Jonathan seketika merengut. “Makasih udah nertawain gue yang malang ini. Gue ngantuk banget. Tolong lo keluar terus tutup pintunya.”

“Sial! Udah numpang malah nyuruh – nyuruh tuan rumah. Kebangetan, lo!”

Jonathan meringis. “Karena elo tuan rumah yang baik, Ken. Gue sayang sama lo! Muachhhhh.”

“Hah? Jijik gue dengarnya!” Ken cepat – cepat menutup pintu kamar lalu masuk ke kamarnya sendiri.

Cukup lama Jonathan tidur, dan cukup pulas karena Ken dapat mendengar suara dengkuran berirama dari dalam kamar. Menjelang siang, Ken mulai lapar. Isi kulkas dikeluarkan untuk diolah menjadi santapan. Jadilah dua porsi capcay goreng yang mengepul harum memenuhi ruang.

Ken mendekat ke pintu kamar Jonathan kemudian mengetuk. Tak terdengar apa pun.

“Jo? Udah bangun lo?”

Tak terdengar jawaban. Ken mulai berpikir yang tidak – tidak. Benarkah temannya itu masih tidur? Jangan – jangan … bukankah tadi ia datang membawa masalah?

“Jo …!” tangan Ken segera mendorong daun pintu dan memindai isi kamar. Matanya seketika memelotot.

“Jo?” desisnya.

Di hadapannya kini berdiri sesosok tubuh yang jangkung dan atletis. Dari ujung kepala sampai ujung kaki tiada cela. Wajah berhidung mancung dan bermata elang. Rambut basah kecokelatan yang meneteskan air ke bahu. Kulit kuning terang yang berbulu di dada, lengan, dan kedua kaki. Otot – otot yang bergulung indah karena rajin latihan. Dan … oh! Apa itu di sela selangkangan? Begitu besar dan macho!

Otak Ken seketika membeku. Bukan sekali ini saja ia melihat lelaki dewasa telanjang. Akan tetapi yang seindah ini? Oh! Entah bagaimana, jantung Ken berdegup kencang. Sialnya sang jantung semakin rajin memompa darah ke … bawah!

“Eh, tadi manggil gue? Sorry enggak bisa bukain. Gue baru mandi.”

Si teman melenggang santai menuju kasur di mana baju – bajunya diletakkan. Dengan santai pula membelakangi Ken untuk mengenakan celana dalam. Pantat yang bulat dan padat itu segera menyeruak ke mata Ken sehingga pemuda itu menelan ludah.

Jonathan seperti sadar diri. bukannya mengenakan celana dengan cepat, ia justru membuat gerakan slow motion. Saat celana denim dikenakan dan kaus oblong putih disusupkan ke badan, geliat otot yang terlihat dari belakang itu telah membuat Ken nyaris gila.

“Hei! Sembarangan lo bugil di depan gue!” sembur Ken saat darah telah mengalir kembali ke otak.

Jonathan meringis. “Sorry. Gue nggak biasa ganti baju di kamar mandi. Takut basah.”

“Sial lo! Mau pamer bodi? Lo kira gue seneng?” Ken mencerocos untuk menutupi kekagetan.

“I-iya. Maaf.” Jonathan segera menyadari kesalahannya. Kesenangan memamerkan tubuh tadi sirna karena tatapan tajam Ken. Sekilas diliriknya celana Ken. Ia tidak yakin dengan apa yang dilihat. Benarkan ada tonjolan lebih dari biasanya?

“Ayo, makan. Gue udah masakin lo capcay.”

“Lo bisa masak?”

“Lo pikir enggak bisa? Pelanggaran!”

Jonathan terkekeh. Sekali lagi ia melirik celana Ken saat berjalan menuju meja makan. Ternyata tidak ada apa – apa. Ia tahu ini tidak benar. Tapi entah mengapa, hatinya berharap ada sesuatu yang menggembung di sana.

--- Bersambung ---

Bab terkait

  • Simpan Pinjam Istri   Tamu Enggak Ahlak

    Jonathan dengan riang membuntuti Ken ke meja makan. Di sana telah terhidang dua piring capcay yang masih mengepul. Nafsu makan Jonathan langsung tergugah. Dan memang benar, rasa masakan Ken tidak mengecewakan.Ken malas bertanya. Tanpa ditanya pun Jo akan bercerita dengan sendirinya. Siapa yang tidak kenal model yang satu ini? Ia kerap menjadi host atau bintang tamu di berbagai acara televisi karena kemampuannya berceloteh.“Lo enggak tanya kenapa gue berantem sama Nara?” Jo membuka pembicaraan setelah rekannya hanya berdiam diri cukup lama. Ia benci kesunyian. Karena itu mulutnya tidak tahan untuk mengisi ruang kosong dengan kata - kata.“Perlu banget gue tahu masalah, lo? Kalau lo mau cerita, gue dengerin. Kalau nggak pun, gue nggak kepo.”Jo mencibir. “Sadis, dingin, cool boy lo!”“Terserah! Cepetan makan, ntar kesedak pula.”Jonathan kembali mencibir. Kali ini lebih panjan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Simpan Pinjam Istri   Cara Baru Menghilangkan Stres

    Ken masih terngiang perkataan Jonathan walau lelaki itu telah lama pulang. Bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke apartemen sewaan sementara sebelum menemukan yang cocok untuk dibeli. Walau sempat diteriaki dan diusir, Jonathan hanya menanggapinya sebagai gurauan.“Woles, Bro! Gue cuma bercanda. Elo cowok normal kok, senormal - normalnya.” Seperti itulah sanggahan Jonathan waktu itu. sayangnya, Ken tidak membiarkan perkataan itu berlalu begitu saja. Otaknya menyimpan dan mengolah informasi itu dengan sangat baik.Elo cantik kayak artis. Apa memang seperti itu penampilannya?Karena penasaran, Ken berdiri di depan cermin, menjelajahi pantulan diri. Mula - mula masih dengan memakai baju lengkap. Lama - kelamaan ia tanggalkan semua sehingga sosok berkulit kuning terang itu terlihat nyata. Memang benar kata Jonathan, dirinya mulus dan minim rambut.Ken berputar sejenak. Gerak geriknya memang halus karena sejak kecil tidak terbiasa be

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Simpan Pinjam Istri   Nasi Cinta

    Setelah pergulatan ranjang yang menghabiskan tenaga, Cella dan Ken bergulung dengan nyaman di bawah selimut. Permainan yang baru saja mereka lakukan adalah permainan terpanas yang pernah mereka alami. Ternyata dengan sedikit improvisasi, kenikmatan dengan sensasi yang baru tercapai.“Waaah, yang barusan tadi hebat,” desah Cella seraya mengelus dada kekasihnya. “Kamu bikin aku gemes kalau pakai riasan kayak gini.”“Lo nggak ngibul, kan?” Sebuah kecupan mendarat di kening Cella. Hal yang membuat senang setelah bercinta adalah mengendurkan otot sembari bercakap dengan si kucing cantik. Tak jarang mereka melanjutkan kebersamaan dengan memasak di dapur. Maklum, energi yang terkuras membuat usus meronta minta diisi. Namun sering pula ia ketiduran dengan tubuh polos hingga keesokan hari.Cella memukul dada putih yang berkulit halus dan mulus. “Kamu merasa gimana? Aku ngibul apa enggak?”Ken terkekeh. Desahan dan pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Simpan Pinjam Istri   Nasib Hubungan Mereka

    Acara pemotretan dengan model - model sepatu telah selesai. Ruang kantor di lantai tiga ruko milik Ken telah disulap menjadi studio foto mini. Pengambilan gambar juga dilakukan di bagian produksi di lantai satu dan dua, untuk menunjukkan betapa sepatu - sepatu itu dibuat dengan teliti dan memperhatikan kualitas.Line produk baru itu sukses di pasaran sehingga kesibukan perusahaan meningkat. Bahkan ada perusahaan investasi yang berminat untuk bergabung. Dengan tambahan modal berupa kongsi tersebut sebenarnya Ken bisa melakukan ekspansi besar - besaran. Akan tetapi, ia masih mempertimbangkan untung dan rugi. Tidak bagus bila terlalu berspekulasi tanpa berhitung terlebih dulu.Ken naik ke lantai empat untuk beristirahat. Jadwal hari ini padat dan melelahkan, namun membuat hati senang. Bekerja dengan para model cantik dan tampan itu sangat menggairahkan. Dandanan ayu serta aroma parfum yang merebak di udara membuat Ken semakin larut dalam keasyikan hingga melupakan masalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Simpan Pinjam Istri   KUHC

    Setiap memikirkan Ken, hati Cella perih. Setelah pengusiran saat hendak memasak dulu, terhitung sudah lima kali Ken berusaha datang untuk menemui sang ayah. Apa daya, semua upaya pantang menyerah itu berakhir dengan tragis. Kalau tidak didamprat, Ken diusir, bahkan sebelum memasuki halaman. Cella hanya berharap kekasihnya mau bersabar dan tidak patah semangat.“Aku harap kamu belum menyerah buat memperjuangkan aku, Ken,” ujar Cella setelah kegagalan terakhir yang membuat Ken dilempar telur oleh Berto.“Iya, Meyong. Gue belum kehabisan harapan. Jadi bilang sama bokap lo, siap - siap gue teror lagi,” seloroh Ken walau hatinya perih. Seumur - umur baru kali ini ada orang berani melempar telur ke wajahnya. Kalau bukan Tuan “Thanos” Berto Simanjuntak, tak ada lagi.“Gue mulai mikir gimana kalau kita nikah di luar negeri. Coba kamu tanya Reza, gimana baiknya secara hukum.”“Ah, Reza sih sarannya sama kayak e

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Simpan Pinjam Istri   Reuni

    Siang itu, selepas makan, Ken berniat menyelesaikan desain produk sepatu untuk wanita karir. Tahu - tahu Jonathan muncul di kantornya dengan kancing kemeja terbuka hingga ulu hati, menampakkan dada bidang berbulu mengundang decak kagum. Tak ada yang menampik pesona maskulin yang dipancarkan sosok jangkung itu.“Elo lagi. Ngapain lagi kali ini?” sergah Ken. Akhir - akhir ini model satu itu semakin kerap menyambangi kantornya. Entah untuk minta saran, entah sekadar mampir sambil membawakan makanan.“Dih, galak amat? Gue bawain rujak, nih.” Dengan santai Jonathan menjatuhkan pantat di sofa. Dari dalam ransel, sebuah kotak makanan yang cukup besar dikeluarkan.“Buset, rujak segitu banyak? Lo mau bikin gue muntaber? Lain kali kalau mau datang kasih tahu dulu. Gimana kalau gue repot?” protes Ken.“Oh, elo repot sekarang?”Ken mendengkus saja. Melihat mata membulat yang memancarkan rasa kecewa itu, Ken tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • Simpan Pinjam Istri   Menyerah

    Tantangan terbesar menurut Reza dan Rayyan adalah meyakinkan Ken. Mereka tahu perangai sang sahabat. Sepintas, Ken terlihat lembut dan tidak banyak membantah. Namun, jangan salah sangka. Kalau sudah mempunyai prinsip, Ken akan memegangnya kuat - kuat, tak dapat digoyang barang se-milimeter pun.Setelah mencari waktu yang tepat, Reza dan Rayyan mendatangi Ken di workshop-nya. Kali ini mereka tidak datang dengan tangan kosong. Lima porsi sate kambing dibeli dari restoran langganan lelaki itu. Belum lagi sekeranjang buah dan sekotak puding buatan Syifa.Mata Ken langsung membulat saat Reza membuka bungkusan sate kambing. Aroma sedap khas panggangan daging merebak memenuhi ruangan. Selera makan Ken tergugah. Alir liur pun meluber nyaris turun menjadi lelehan ludah. Sembari mengunyah sate kegemaran, mata Ken awas mengamati Reza dan Rayyan bergantian.“Biasanya kalian minta makan. Kok tumben datang bawa sate. Apa udang di balik batunya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • Simpan Pinjam Istri   Jalan Keluar

    Hardiman dan Tiur keheranan melihat penampilan Reza petang itu. Biasanya, sang putra cukup mengenakan kaus polo atau T-shirt dan jaket saat keluar di saat senggang. Kali ini Reza memilih kemeja batik lengan panjang berwarna cokelat tua dipadu dengan celana kain berwarna khaki dan sepatu pantofel yang mengkilap. Belum lagi aroma parfum yang semerbak terbawa embusan udara dari alat pendingin ruangan.“Mau kondangan ke mana, Za?” tanya Tiur.“Bukan acara kondangan, Ma,” sahut Reza sebari mencari kunci mobil di meja konsol.“Kok tumben rapi amat, Za?” Sinta yang tengah duduk bertiga dengan kedua orang tuanya ikut menoleh dan keheranan.“Mau ketemu Cella,” jawab Reza santai sembari menarik laci - laci untuk menemukan kunci.Sontak ketiga anggota keluarganya mengerutkan kening.“Hah? Cella kena masalah hukum apa? Dia baik - baik aja, Za?” tanya Sinta penasaran.“Enggak ad

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26

Bab terbaru

  • Simpan Pinjam Istri   Berbahagia

    Setahun kemudian.Cella menjerit kesakitan. Tangannya memukul – mukul paha suaminya berkali-kali.“Cel, jangan keras - keras mukulnya. Lu lupa, paha gue bekas patah tulang?”“Bodooooo amaaatt! Sakiiiittt!” Cella menjerit saat kontraksi rahimnya mencapai puncak.Reza terpaksa menyembunyikan paha yang sempat dipasang pen akibat perbuatan Dita dan membiarkan lengannya menjadi sasaran cubitan sang istri.Sebenarnya bukan mobil Dita yang membuatnya patah tulang karena ia tahu kapan bunyi gemertak itu terdengar. Ia terlempar, lalu jatuh menghantam pot semen sebesar gentong yang menghiasi halaman toko pernak - pernik. Pot itu hancur, begitu pula tulang pahanya.Beruntung Reza hanya patah tulang, tidak seperti Rayyan yang terpaksa koma tiga hari karena benturan kepala dengan lantai paving. Sampai saat ini ia masih terheran, bagaimana mereka berdua bisa lolos dari moncong mobil Dita.“Nah, udah

  • Simpan Pinjam Istri   Pembalasan

    Reza melihat wajah sahabatnya memucat saat menerima telepon. “Dari siapa, Ray?”Rayyan menoleh dengan manik mata bergulir gelisah. “Dita tahu kita di sini.”“Hah? Kok bisa? Dia buntuti elu?”Rayyan menggeleng. “Kalau itu aku yakin enggak. Soalnya si Bibik di rumah bilang Dita keluar agak lama setelah aku.”“Kali dia udah curiga sebelumnya jadi jaga- jaga lalu mengintai tempat ini. Waah, gue nggak sangka orang stres bisa mikir sampai sejauh itu.”Rayyan menghela napas dengan pedih. Sakit hatinya sang istri disebut ‘orang stres’.“Maaf, Ray. Gue nggak menghina Dita. Tadi tuh cuma keceplosan.”“Dita tuh sakit, Za. Aku tahu kamu dendam karena ditinggalin, tapi jangan melecehkan orang kayak gitu, dong?”“Maaf sekali lagi. Gue udah keterlaluan. Tapi, Ray, jujur gue enggak dendam sama Dita. Enggak sama sekali. Gue udah ikhlasin dia pe

  • Simpan Pinjam Istri   Menderita

    Jauh dari saat yang dijanjikan, Rayyan telah pamit untuk keluar kepada istrinya. Ayah dan ibunya berada di rumah mereka. Dengan demikian, terbuka kemungkinan bagi Dita untuk keluar."Aku harus mengambil data untuk penelitian," ujar Rayyan, berusaha membual senatural mungkin. "Kamu nggak pa-pa ditinggal sendiri?"Seperti dugaan Rayyan, Dita mengangguk. Padahal biasanya perempuan itu langsung panik bila tahu Rayyan akan pergi. Kali ini, sang istri malah tersenyum."Mas Ray bukannya cuti? Masa masih harus mengurus tugas juga?"Biar jiwanya terganggu, logika Dita ternyata masih bisa berfungsi."Aku cuma cuti tidak masuk ke rumah sakit. Tapi penelitian harus tetap jalan supaya nggak ketinggalan terlalu banyak."Rahang Dita langsung terkatup. Sadar benar bahwa dirinya penyebab keterlambatan kelulusan Rayyan."Maaf. Gue istri yang ngerepotin.""Dit, bukan gitu maksudku. Aku cuma—""Iya, iya, Mas! Gue nggak pa-pa kok. Perg

  • Simpan Pinjam Istri   Tanggung Jawab Suami

    Rayyan sangat kecewa mendengar penuturan Wulan. Benarkah Syifa sudah akan menikahi Ken secara resmi? Itu artinya cinta Syifa telah berpaling kepada Ken. Rayyan tidak percaya. Gadis lugu itu ternyata bisa meninggalkannya dengan cepat.Ah, salahnya sendiri, mengapa tidak sedari awal tegas menolak keinginan orang tua untuk meninggalkan Syifa. Sekarang Dita sakit pula. Mengapa harus ada pernikahan sandiwara yang membuatnya terjebak dengan perempuan ini?Rayyan menatap istrinya yang duduk tercenung di sudut kamar. Matanya kosong, menerawang keluar jendela. Memang benar pengobatan telah membuat Dita tenang, akan tetapi efek sampingnya membuat lesu dan seolah kehilangan nyawa.Rayyan terpaksa melupakan soal perceraian. Sangat tidak mungkin melakukannya di saat seperti ini. Semua orang akan menuduhnya suami yang egois. Di atas alasan nama baik, Rayyan masih cukup waras untuk mendengarkan hati nurani. Dita adalah adik kelas dan sahabat sejak dulu. Sudah seharusnya Rayyan

  • Simpan Pinjam Istri   Kembalikan Dia

    Wulan duduk dengan tegak di seberang Ken dan Syifa. Iya agak heran melihat kedua orang itu duduk berdampingan cukup berdekatan. Bahasa tubuh mereka menunjukkan bahwa mereka nyaman satu sama lain. Akan tetapi, Wulan lebih memilih memikirkan masa depan Rayan sehingga tidak memedulikan fakta tersebut."Ken, Tante boleh ngomong berdua sama Syifa?"Kan sudah mengenal Wulan sejak masih remaja. Ia tahu benar sifat ibunda Rayyan tersebut. Karena itu, sebenarnya ia mencemaskan nasib Syifa."Elu mau ngomong sendiri atau gue temenin, Fa?"Syifa berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Nggak papa kok, aku ditinggal aja."Ken pun meninggalkan kedua wanita itu dengan masuk ke kamar. Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan Wulan. Ia sudah mendengar bahwa Dita menderita gangguan kejiwaan. Apakah mungkin Wulan datang karena hal tersebut?Sementara itu di ruang tengah, Syifa dengan berdebar menunggu sang tamu berbicara. Terus terang, ia masih me

  • Simpan Pinjam Istri   Rumah

    Dugaan Rayyan tidak meleset. Mata ganas Dita berubah seketika menjadi kepanikan yang nyata. Bibir wanita itu memucat.“Bohong! Kamu bohong, Mas!” pekik Dita sambil berdiri dan mundur ke arah tembok.Melihat reaksi itu, hati Rayyan antara puas telah menemukan pelaku dan miris karena tidak menduga Dita bisa berbuat keji.“Kamu sendiri, apa buktinya kalau nomor itu bukan punyamu?” tantang Rayyan.Dita kebingungan. Hatinya kacau. Kepalanya terasa penuh dan sudah beberapa hari kesulitan berpikir. Ada yang mendengung di dalam otak. Apalagi bila berada bersama orang lain. Semakin banyak orang, semakin kacau benaknya. Karena itu, ia lebih senang menghindar dan menyendiri.“Mana? Mana bukti kamu, Dit? Kasih aku sini!” Rayyan semakin mendesak.Kepala Dita kini pening berdenyut. Ada yang bergerak di dalamnya, seperti ribuan semut yang tengah menggerumuti otak. Digaruknya kepala agar kesadarannya pulih. Namun sia-sia,

  • Simpan Pinjam Istri   Rasa Takut

    Dita menatap nanar layar komputer. Percakapan pribadi melalui sebuah akun kepenulisan dengan pemilik bernama Dragonisme membuatnya berdebar tidak karuan.-------------------Dragonisme: Kok kasar gitu? Asal lo tahu, ya. Gue udah tahu identitas lo tuh siapa. Kenapa sih elo mesti memaksa kakak sendiri? Salah apa dia sama lo sampai elo bakar dia hidup-hidup?-------------------Dita mengusap kening yang mulai basah oleh keringat. Siapa sebenarnya Dragonisme? Apakah ia memang benar seorang penulis yang kebetulan mampir ke akunnya atau seorang mata-mata yang tengah mengintai aktivitasnya? Astaga, bila benar seperti itu, apa yang harus dilakukan? Siapa dalang dari tindakan itu?Otak Dita mulai panas saat memikirkan siapa yang berniat menjatuhkan dirinya. Tak perlu waktu lama, sederet nama terkumpul. Dengan tangan gemetar, Dita menuliskan nama- nama tersebut dalam buku kecil.Orang yang berada di urutan teratas tentu saja Syifa. Bagi Dita, Syifa ad

  • Simpan Pinjam Istri   Terkuak

    Sepulang dari rumah Ken, Reza terus terpikir tentang sikap sang sahabat. Sambil berbaring dan mengelus dada Cella yang penuh, ia mengingat-ingat detail kejadian.“Kok Ken nggak marah, ya, Cel? Padahal waktu gue mau makan malam sama lu, dia sewot berat, loh.”“Za, kamu nggak mikir? Kita bisa begini gara-gara satu kamar. Kurasa Ken dan Syifa juga begitu. Apalagi Syifa sakit sebelumnya. Pasti Ken pernah nyentuh-nyentuh. Mungkin bantuin ke kamar mandi, nyuapin, atau malah menyeka badannya.”“Bener juga. Gue juga lihat Syifa nyaman sama Ken dan sebaliknya. Elu lihat mata Ken nggak?”“Lihat. Nyata banget, ya, ada sesuatu di antara mereka.”“Menurut lu Ken udah kumpul sama Syifa apa belum?” Reza sengaja bertanya begitu untuk meyakinkan diri bahwa Cella benar-benar telah melepaskan Ken.“Menurutmu gimana? Kalau aku lihat pas Ken pegang bahu Syifa tadi, aku yakin 90% udah, Za. Mereka p

  • Simpan Pinjam Istri   Kesepakatan Tanpa Kata

    Reza dan Cella berdiam diri selama perjalanan menuju workshop Ken. Sengaja mereka menjumpai Ken, selain untuk menjenguk Syifa yang baru pulang dari rumah sakit, juga untuk membicarakan hubungan mereka. Pasalnya, sepulang dari Bandung, mama dan papa Cella berkeras mengajak pasangan itu tinggal di rumah mereka selama sebulan.“Papa kalian baru seneng - senengnya punya menantu. Bolehlah kami ikut melihat kebahagiaan kalian. Masa habis nikahan, tidak pakai madu, langsung pindahan ke rumah baru. Tidak elok, dong! Rumah kami sepi banget nggak ada Cella.” Paula berargumentasi yang langsung diamini oleh suami dan besannya.“Habis sebulan di tempat Cella, sebulan lagi di tempat kita. Ya, kan, Ma?” Hardiman tidak mau kalah.“Bah! Malas aku kalau di rumah Papa. Ada Sinta. Ngeganggu aja ntar anak itu,” sanggah Reza yang langsung menyebabkan papanya memelotot. Mulutnya saja yang protes keras. Dalam hati, ia berharap sang ayah melakukan pem

DMCA.com Protection Status