Awal Celaka Lantaran Besar Nafsu, Otak Nggak Ada
Membedah pembelaan Refan. Sudah hampir seminggu ini kepala Irawan dibuat penat menyiapkan skenario penyelamatan kliennya, Refan Mananta berikut asetnya yang dikangkangi polisi, tabungan deposito Rp 3 miliar dan mobil Toyota Alphard seharga Rp 2,5 miliar. Harus ada dalil hukum yang kuat.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada panggilan masuk dari istri kliennya.
‘’Iya, Bu Olive. Gimana Bu?”
‘’Kami sudah siap dengan data perbankan yang Bapak minta. Rekam medik penyakit kejiwaan dan stroke suami saya, bukti transaksi penjualan nikel dan bijih besi, surat keterangan dari perusahaan Kuasa Penambangan Nikel dan Bijih besi tentang profit sharing yang diterima suami saya. Surat keterangan resmi dari kedua perusahaan pertambangan itu tentang posisi suami saya di struktur managerial perusahaan, juga kartu karyawan kami di perusahaan migas dan surat nikah kami. Apalagi yang kurang, Bapak
Aku Pelacur Berintegritas Suatu sore, minggu keempat, pasca penangkapan. Di gedung utama BNN lantai loby, digelar jumpa pers untuk hasil penangkapan polisi BNN dari sejumlah jaringan. Jaringan penangkapan kasus RA (Reita Anastasia Cs) dan jaringan lainnya juga dihadirkan dalam jumpa pers itu. "Background saya dulu pekerja malam, LC (ladys companion) sebuah night club, " Jawab Rita spontan membahasakan bahwa pekerjaan terakhirnya sebelum terjun di dunia narkoba adalah pelacur bertitel. Titelnya LC. Di dalam benaknya ia bertutur, lebih dari jawaban yang ia ungkapkan ke awak media. Dulu memang aku pelacur. Tapi mau digauli oleh aneka kalangan, nilaiku takkan hancur, meski penghasilanku tak selaris berjualan kue cucur. Hari ini aku ditiduri pejabat pegawai negeri, besok aku digauli pengusaha berdasi, dan keesokannya pelangganku seorang polisi. Semalam, satu tamu. Kalau ditiduri pegawai negeri, tarifku ‘menyesuaikan’. Namun me
Rengkuhan Gairahmu Membuatku Tenang Nama Rita Anastasia kembali di panggil pagi ini karena menerima kunjungan keluarga. Ia bergegas menuju ruang kunjungan, dan raut wajahnya tiba-tiba memerah, matanya berkca-kaca. Ia menerima kunjungan dari keluarga besarnya dari Cirebon, enam orang plus satu bayi, tamu istimewa yang sangat ia rindukan, balita perempuan berumur 3,5 tahun, Fanta Anastasia. Rita segera mengambil bayinya dari gendongan iparnya. ‘’Kumaha, Damang, Nok? Kumaha Damang, Teteh? (Apa kabar, Nak? Apa kabar, Kakak?’’Sapa ortu Rita, dan adik-adik juga iparnya berurai isak tangis. Mereka ikut meratapi keadaan Rita yang selama ini sangat baik memperhatikan membantu ekonomi mereka. Dari muda belia, Rita adalah tulang punggung keluarga. Adik-adiknya bisa lulus kuliah, sampai bekerja di kelurahan jadi Kaur Kesra dan PNS guru SD juga karena Rita. Kedua orang tua Rita naik haji berkat kebaikan Rita. Mereka tak sampai hati meli
Ciuman Yang Meredakan Kegelisahan Pedro mendudukkan istrinya di pinggiran spring bed. Lalu Merebahkan tubuh dengan perut mulai besar itu, mengangkat selangkangannya di kedua pundaknya. Ia mengambil posisi jongkok di hadapan liang kenikmatan istrinya dan mulai memanjakannya, melambungkan perempuan yang sempat gelisah dan resah akibat tekanan emosional bisnisnya itu dengan lumatan lembut nan menggelitik. Melanie serasa melambung ke puncak gunung tertinggi. ‘’Ohhhh....Honey my sweet heart...,” ‘’Kenapa baby?” Melanie mulai merasakan jilatan nikmat Pedro melumat putik dan kelopak bibir bawahnya. Makin memerah dan merekah. Melanie dibuat menjerit dan menggelinjang resah. ‘’My Honey.....ahh.....uhhm” Jika beberapa menit lalu ia gelisah karena tekanan pekerjaan, kini ia benar-benar gelisah karena jilatan Pedro makin membuatnya geli dan vaginanya basah. Terlebih saat Pedro memasukkan telunjuk, jari tengah
Ditelikung di bawah pengaruh Minuman Beralkohol Oplosan Ekstasi Perbincangan di atas ranjang kamar tidur berlangsung seru malam itu. Usai menemui pengacara bernama Irawan, Olive dan Refan melanjutkan perbincangan di meja restoran Jepang itu ke atas ranjang mereka. Olive yang rebahan di samping suaminya, berusaha mendengar dan menyimak dengan seksama setiap perkataan curhatan suaminya. Ia memiringkan badannya menghadap suaminya yang rebah telentang. Sebuah pemandangan aneh tak biasanya, sebuah perubahan baru, perilaku suami Olive berubah 180 derajat. Darimembangun benteng privasi keangkuhan perselingkuhan, lalu robohlah benteng itu bersama-sama dengan hancurnya kualitas kesehatannya, juga ancaman hancur masa depannya oleh jerat hukum. Sambil memandangi langit-langit plafon kamarnya, dengan nada lemah dan gemetar, Refan berusaha keras mengingat kembali kisah buku depositonya sebesar Rp 3 miliar, tertanggal 15 Mei tahun lalu, kenapa
Obrolan Bedah Kasus Pencurian Asset Membahas topik keretakan rumah tangga, memang tidak akan ada habisnya. Ibarat cerbung yang tak jelas mana ujung pangkalnya. Apalagi itu digelar secara bisik-bisik di kalangan ibu-ibu kompleks tukang ngrumpi biang gosip. Namun Olive tidak ada maksud membahas bekas-bekas keretakan rumah tangganya itu ke sahabatnya. Apalagi rumah tangganya saat ini sedang dalam masa rekonsiliasi alias pemulihan. Sadar atau tidak sadar, Olive –Refan yang sudah pisah ranjang kini mereka akur alias rujuk kembali. Buat Olive, membahas rumah tangganya sesungguhnya sama dengan menguliti dan menelanjangi dirinya sendiri. Sebuah aib. Siang itu,di jam makan siang di ruang kerja Tubagus. Olive membawa upeti yang lebih pas disebut sogokan. Bebek hitam madura, menu makan siang favorit, pria lajang yg perhatian nya aje gile terhadap Olive. "Menu makan siang ini, pasti kamu suka, kan, Gus? " Tubagus melongok ke
Sebuah Pencapaian Hutang Budi Pagi itu, Kamis. Tubagus dengan semangat 45 menyongsong pagi dengan membawa kabar baik untuk sahabatnya, Olive. Ia mengetuk ruang kerja Olive dan menyapanya dengan wajah cerah membagikan optimisme kekuatan. Bahwa kasus suami Olive sangat mudah diselesaikan. Semalam ia telah menemui teman sekampungnya yang kini menjadi orang berpangkat di Polda Metro Jaya, Kanit IV 4 Subdirektorat 5, Direktorat Reserse kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kompol Romi. Laporan Tubagus yang membawa rekannya setahun setengah lalu telah melambungkan polisi ini meraih promosi kenaikan pangkat. Maka tak heran kedatangan Tubagus semalam ke ruang kerjanya di sambut sangat antusias. ‘’Bawa aja teman kamu lagi ke sini,’’Jelas Kanit Romi sebagaimana dikenang oleh Tubagus. ‘’Berarti suaminya dibawa saja, ya Ndan?” ‘’Oh itu harus dibawa. Karena pelapornya yang bersangkutan. Nanti istrinya mendampingi,’’
Kedok Lowongan Kerja di Akun F******k Memasuki bulan ketiga masa penahanan tersangka Rita Anastasia. Pukul 00.00, malam itu di ruang penyidik BNN Cawang, di gedung belakang. Rita Anastasia telah melalui 8 jam pemeriksaan, sejak pukul 16.00 sore tadi. Namun hingga selarut itu, ia belum kunjung dikembalikan ke sel tahanan. Ia mulai terbiasa menjalani interogasi 12 jam -20 jam sehari, setiap hari. Berangkat pagi, pulang esok dini hari. Kali ini ia dicecar tentang asal usul dan duduk perkara 10 paspor baru atas nama orang-orang berbeda-beda, berjenis kelamin perempuan. Kepada polisi Rita mengaku paspor itu ia terima dalam keadaan jadi, diantarkan oleh tukang ojek. Namun polisi telah mengantongi rekaman CCTV kantor imigrasi Jakarta Selatan di tanggal 7 hari mudur sebelum tanggal diterbitkanya paspor itu. Rita ke kantor itu mengantar 10 orang perempuan mengajukan paspor. Polisi penyidik mengulang-ulang pertanyaan yang sama kepada Rita, ada k
Jaminan Asuransi Bencana, Asuransi PalsuRita menantikan pencairan asuransi bencana dan uang kerahiman kecelakaan kerja dari bosnya si Mafia Narkoba, Cece Melanie. Ia baru mengerti betapa sengsaranya hidup di penjara. Di ruangan kecil sukuran 4x4 itu ia harus tinggal berhimpitan dengan 7 orang tahanan. Satu kamar mandi, dipakai rame-rame. Tidur di atas semen beralas karpet plastik. Tak ada lagi AC pendingin ruangan. Panas, pengap, hanya ada exhauster. Buah-buahan dan makanan bergizi dan obat-obatan menjadi barang mahal. Ia menjadi sangat tergantung dengan kiriman makanan dan uang dari luar.Kunjungan keluarga di awal bulan ketiga. Rita kembali kedatangan keluarga dekatnya, Ibu Mila dan Fanta bayinya yang berumur 3,5 tahun.‘’Anak cantik, pinter, bager pisan (baik banget). Fanta......? Fanta nggak rewel kan, Mah?’’Tanya Rita ke Ibunya, Hj Mila, sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan tak pernah sisiran. &
Perlawanan Sayap Patah, Suami Tertebus Sore itu cukup panas. Suhu udara Jakarta 28 derajat. Hangat tergolong panas. Namun, sore itu sangat sejuk buat Refan dan Olive. Sementara buat sebelas orang pengacara kuasa hukum pembela Refan, cuaca hari itu sangat segar menyemangati mereka. Detik-detik pelepasan klien mereka sedang berlangsung. Kemenangan mereka di depan mata. ‘’Selamat, Bapak Refan, buat prestasinya, luput dari jerat hukum,’’Kompol Agung menyalami Refan dengan sebuah senyuman. Refan membalas dengan senyuman asli, benar-benar tersenyum. ‘’Selamat, Pak Irawan. Sukses dalam tugas, ya, Pak?” Kompol Agung juga menyalami Ketua Tim Kuasa Hukum beranggotakan 10 orang pengacara ini. ‘’Terima kasih, Bapak Agung,’’balas Irawan. ‘’Saran dan masukan saya buat Bapak Refan dan juga 11 orang kuasa hukumnya. Barangkali bisa disampaikan ke khalayak yang lain. Tapi secara khusus siang ini saya pesan buat Bapak Refan. Bahwa jerat hukum narkoba itu sulit buat mengurainya, buat lepas dari itu.
Akhir dari Perang DinginIrawan dan Olive sedang mendiskusikan perihal keterkaitan keuangan suaminya dengan selingkuhannya. Namun, Irawan menggiring Olive agar ia memiliki strategi defensif yang lebih baik saat menghadapi suami yang berselingkuh. Irawan melihat Olive terlalu lembek menghadapi perselingkuhan suaminya. Sebagai akibatnya sangat fatal, kesehatan suaminya menjadi taruhan.‘’Saya punya klien orang-orang hebat sekelas Bapak Refan di habitat pekerjaannya masing-masing. Kasus pemakai narkoba. Kemiripannya sama. Mereka mengalami gangguan kejiwaan. Terlihat dari penjelasan keluarganya bahwa klien saya itu konsul ke dokter psikhiater. Umumnya mereka itu sama seperti Ibu, terlalu lembek, tidak mau sedikit galak. Akibatnya, racun narkoba masuk terus. Pemakaian narkoba jangka panjang bikin syaraf dan otak putus,’’ papar Irawan.‘’Bukannya Bapak pernah bilang, suami saya bukan sekedar dira
Pembuktian Dua Lacak Jejak TerakhirDari mana datangya lintah? Dari darat turun ke kali. Dari mana datangnya Rita? Dari diskotek turun ke kantor polisi. Ini peribahasa yang mencibir Refan sejak tadi. Ia mendengar seorang polisi berkelakar tentang perilaku selingkuhnya. Ia merasa sangat malu dan geram.Sepi kembali mencekam. Refan masih meniduri sofa panjang berlapis kain wool kuning. Berusaha tidur, namun ia gelisah. Dari terbaring, kembali berubah posisi ke duduk. Ia yakin Rita berada hanya berjarak beberapa meter dari gedung ini. Ia merasa sangat heran, kenapa kisah cinta yang ia tutup rapat seakan hanya dia dan iblis yang tahu, dipisahkan di tempat ini dengan cara ditelanjangi banyak pihak. Ketika rombongan pengacara, istri dan ibunya meninggalkannya di tempat itu seorang diri malam ini, ia merasakan lagi kesepian ini sebagai sebuah hukuman Tuhan. Sebuah karma. Jika bukan, tidak mungkin perasaan yang ia alami seperti ini.Ia mel
Harta Dalam Pernikahan dengan Mafia Narkoba, Disita Negara Refan adalah orang pertama yang kaget dan tidak bisa terima penjelasan itu. Namun ia menahan diri seolah tanpa ekspresi meski dalam batinnya marah, kecewa tak terperi. Yang jelas sedih mendengar hal itu adalah Olive. Ia berpikir, mulai malam ini ia beristirahat dari penat mengumpulkan data pembelaan untuk suaminya. Namun, Olive juga berusaha berwajah dingin seolah tak perlu bereaksi. Namun, yang wajahnya tak bisa dibohongi dan tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya adlah Tante Anita. ‘’Loh, kenapa?” Tanya Tante Anita. Irawan segera menghadap Kompol Agung dan membahas hal itu tidak di hadapan kliennya. Dari kejauhan terlihat Polisi dan Irawan terlibat negosiasi yang alot. Namun tak berapa lama kemudian, Irawan kembali ke ruangan di mana klien dan keluarganya sedang berkumpul. Tim kuasa hukum Refan berada di pihak yang diombang-ambingkan nasibnya. Di dalam hati s
Detik-Detik Penentuan ''Kutunggu Cinta.Apakah berpihak kepadaku. Ku meminta jawab saat ini.''Sebuah puisi yang dituliskan entah oleh siapa di sebuah brosur sekolah playgroup yang sengaja dimasukkan orang ke celah di bawah pintu unit apertemennya. Olive berterima kasih atas tanda alam yang dianugerahkan Tuhan lewat brosur ini. Ia meminggirkannya ke tong sampah. Brosur itu ia baca sesaat sebelum meninggalkan apartemennya, malam itu Waktu menunjukkan pukul 20.10. Langit Jakarta tak segelap rona hidup yang baru saja melewati rumah tangga Olive-Refan. Olive dan mertuanya sedang dalam perjalanan menuju BNN Cawang. Mercedes Benz S-Class Hitam bernomor polisi B 1988 RO itu memasuki jalan besar Gatot Subroto menuju arah Cawang. Mereka masih membahas perselingkuhan Refan dengan penari striptis mafia narkoba, Rita Anastasia ‘’Nak, kamu memang beda dibandingkan para istri kebanyakan. Ekspresi kamu itu melihat kelakuan anak Tant
Mencerna Sebuah Kehilangan Hari ini pertempuran wanita murahan Vs wanita rumahan sepertinya segera berakhir, Olive mencerna makna kehilangan. Ia menemukan kembali hati suaminya utuh, meski raganya babak belur. Suaminya lolos dari lubang maut jerat hukum cinta sang mafia narkoba, Rita Anastasia. Bisa maut service ranjang Rita Anastasia yang merasuk di tubuh Refan juga telah habis. Refan Mananta akhirnya menyadari ia meminum racun mut setiap hari. Namun bersyukur ia punya Tuhan yang memberi dia seorang penolong, istri yang baik budi. Irawan menghubungi istri kliennya, Olivia Mananta memberitahukan bahwa malam itu sekitar pukul 11. 00 dalam tiga jam ke depan suaminya akan dibebaskan BNN. Irawan meminta Olive agar menyiapkan penyambutan terbaik atas kemenangan suaminya melawan mafia narkoba yang menjeratnya dalam masalah besar ini. Olive sedang kelelahan beristrahat di rumah. Namun ia siaga dengan ponselnya kalau-kalau pengac
Titik Terang Olive merasakan kelelahannya memuncak hari ini. Ia berharap dua rekening bank ini adalah pencarian terakhirnya. Ia sungguh kecewa, ketika sampai di kantor Bank, itu Customer Service (CS) mengatakan akan tutup dalam satu jam ke depan dan tidak menerima permintaan pelayanan yang membutuhkan waktu tunggu cukup lama. Maka ia meminta kepada staf CS itu agar mengerjakan print out rekening bank suaminya esok hari. ‘’Jika Ibu bisa kerjakan selesai besok siang jam 12, saya ambil ke sini jam 12. Saya minta nomor ponselnya, boleh? Saya akan memberikan tips yang layak untuk kerja keras Ibu. Karena saya sadar, yang saya minta itu cetak buku rekening koran selama 5 tahun,’’jelas Olive ke staf CS Bank OCBC NISP Gedung wisma 46. Staf perempuan berambut panjang dengan bulu mata lentik itu langsung membelalakkan matanya, lalu tersenyum. ‘’Ibu sangat membutuhkan segera ya, Bu? Saya bisa kerjakan setelah ini. Berhubung i
Sesal Itu Pasti Belakangan Jam tangan menunjukkan Pukul 11.30. Olive bersiap meluncur ke BNN untuk membesuk suaminya. Namun sebelum berangkat ke sana, ia merasa perlu menghubungi pengacaranya.‘’Halo, selamat siang, Pak Irawan. Bapak sudah ketemu suami saya hari ini? Ada kabar apa, Bapak?” Tanya Olive saat menghubungi Irawan, siang itu.‘’Sudah, Ibu. Saya sudah ketemu beliau. Saya juga sudah menghadap Kepala Deputy IV BNN Pak Benny. Saya beritahukan kepada BNN, bahwa kuasa hukum Pak Refan sudah mendaftarkan praperadilan ke PN Selatan,’’‘’Terus itu reaksi BNN gimana, Pak?”‘’Ya, itu ancaman buat mereka. Itu akan menurunkan kredibilitas kinerja mereka. Karena kalau menang atau tidak di praperadilan, kita tetap akan laporkan kinerja institusi BNN ke Indonesia Police Watch. Terus bukan itu saja, kita akan laporkan juga ke lembaga PBB United Nations
Menghitung Hari Dag Dig Dug Hari keempat penangkapan Refan Mananta. Hari masih pagi. Olive tak jenak bekerja. Sebentar-sebentar ia melihat jam. Ia ingin jam cepat menunuju 11.30, dia harus mengunjungi suaminya. Saat ini baru jam 09.00. Lalu ia pergi menuju ruangan Tubagus, seperti biasa ingin minta saran dan masukan. Ia melihat Tubagus berada di kabin server IT, maka ia tak berani mengganggu. Namun karena telah satu jam Tubagus tak kunjung nongol ke luar kabin, maka ia memberanikan diri masuk ke ruangan Tubagus. ‘’Gus....Gus....Lagi sibuk ya, Gus?” ‘’Hem...kenapa, Non?’’ Tubagus mencondongkan kepala ke luar kabin. ‘’Aku duduk di sini aja boleh ya, Gus? Aku ganggu kamu sehari ini, boleh? Mau ngomongin itu tuh?” ‘’Boleh....Tapi aku di sini, ya Non? Soalnya ini sedikit lagi kelar. Paling setengah jam,’’jelas Bagus. ‘’Ok, makasih, Gus,’’jawab Olive. ‘’Udah, kamu sambil cerita, aku dengerin,’’Jawab Tu