Simpul Si Mafia yang Putus
Hiruk pikuk terjadi di lantai V gedung utama Badan Narkotika Nagari (BNN) Pusat berlokasi di daerah Cawang Jl MT Haryono 11 Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Suasana sore itu Senin, pukul 19.00, cukup ramai. Sebanyak 25 orang ditangkap oleh team IT BNN hari itu, dan diinapkan di sana, sebagai bagian dari proses penahanan mereka. Meski suasana lantai V gedung ini ramai, namun aura dan rona kepedihan, kesedihan, putus asa, kebingungan dan ketakutan menyeruak dari wajah para tersangka (TSK) tindak kejahatan narkoba yang baru ditangkap hari itu.
Mereka sejak hari itu menghuni penahanan sementara di ruang kantor itu. Mereka ini ditangkap oleh tim IT BNN pusat, biasanya merupakan hasil pengembangan penyadapan IT berbasis laporan masyarakat.
Niman, Erwin, Abah Engkus, Udin dan belasan TSK lainnya menginap di space kosong di lantai ini. Mereka diinapkan di ruang kosong yang disekat dengan dindin
Kisah Mereka Yang Diumpan Mafia (Bagian Pertama) Di ruang kosong sebelah ruang IT lantai V BNN Cawang, Niman dan Erwin beristirahat malam itu disana bersama belasan pria lainnya termasuk Abah Engkus dan Udin. Niman-Erwin merasakan lelah menyergap keduanya, setelah deretan panjang perjalanan dua hari dari Papua Nugini (PNG), Jayapura hingga sampai Jakarta. Beralaskan karpet plastik dan menggunakan sajadah sebagai bantal tidur, mereka melepas penat malam itu, tertidur pulas hingga terbangun tengah malam. Erwin terbangun malam itu lantaran mendengar suara seseorang yang sedang muntah di pojok ruangan. Memegangi kantong kresek dan duduk meringkuk dengan napas terengah-engah. Seorang kakek berusia sekitar hampir 60 an, perutnya agak tambun, badannya tidak tinggi hanya 160 cm, kulit kuning dengan rambut berombak sebagian perak. Erwin menyapa pria tua itu dan menawarkan bantuan memijit leher belakangnya.Membantu si kak
Kisah Mereka Yang Diumpan Mafia (Bagian Kedua) Sesal itu datangnya selalu belakangan. Semua tersangka yang ditangkap BNN juga menyatakan penyesalan yang sama. Kalau saja saya tidak ini, tidak itu, pasti saya nggak akan begini. Niman menyesali setiap keinginan dan cita-citanya bekerja jadi housekeeping hotel di Kuwait Uni Emirat Arab (UEA), hingga memaksanya mencari penghasilan tambahan agar ia bisa mengumpulkan biaya ke agen Perusahaan Jasa Tenaga Kerja (PJTKI). Ia juga tak percaya, bibinya menjerumuskannya ke keadaan ini. Pekerjaan ini ia dapatkan dari bibinya. Duduk meringkuk, bertopang tangan di lutut yang tertekuk, lalu ia membenamkan wajahnya di kedua telapak tangan yang terbuka menutupi wajahnya. Niman berada di sudut ruangan. Di sebelahnya ada adiknya, Erwin, berusaha menghibur kakakya. ‘’Urang hayang gawe ke Kuwait, henteu terang yen urang gawe dina penjara. Ieu kumaha, Erwin? Hampura Erwin (Sa
Kisah Mereka Yang Diumpan Mafia (Bagian Ketiga) Sore yang ramai di Bandara Soetta. Pukul 15.00. Nana, pekerja back packer, rekrutan dari lowongan kerja di f******k, dihentikan oleh petugas Bea Cukai. Hasil pemindaian di mesin x-ray atas barang bawaannya, dua lukisan kaligrafi berbingkai panel kayu mengandung barang terlarang, narkoba. ‘’Anda kami tahan. Bersama barang bawaannya,’’ ‘’Handphone saya Bapak tahan juga?” ‘’Iya. Itu ada di ruangan atasan saya. Nanti akan diserahkan ke petugas BNN,’’jelas pria botak berseragam setelan biru tua bertuliskan bea cukai itu. Nana, perempuan berusia 32 tahun ini tengah kebingungan dan panik memikirkan anak-anaknya. Ia ditahan di ruangan Bea Cukai telah tiga jam lamanya. Tak paham apa yang terjadi padanya, ia menanyakan nasib keberadaannya ini akan diapakan. ‘’Memangnya saya nggak boleh pulang ya, Pak? Atau kasih kek ha
Bab LIX Awal Sunset Para Mafia Inilah awal dari masa kehancuran para mafia. Sepak terjang mereka memasuki masa sunset. Fira duduk di atas karpet plastik di space tengah ruang IT, bersama perempuan lainnya yang tak ia kenal. Mereka semua tidur ngumpul bak ikan pindang, hanya dia yang melek semalaman. Masih ada efek sabu yang ia pakai kemarin. Mukanya tegang, kekencengan. Tak sedikitpun kantuk tergurat di wajahnya. Ia hanya memikirkan nasib Bastian yang menunggunya di hotel Le Meredien merayakan ultah Bastian yang ke 21. Ia tadinya hanya berpamitan sebentar meninggalkan pacarnya ini untuk menemui seseorang. Nggak tahunya, sampai dua hari, ia tak ada kabar. ‘’Anjing....sialan, bangsat. Gue kegep (bahasa gaul, baca: ketangkep),’’Fira menyumpahi situasi yang tengah ia alami. Sedari tadi malam, dia tak bisa tidur. Pagi ini, ia dipanggil pagi-pagi jam 06, untuk menjalani tes urine, rapid tes. Hasil tes urine men
Terkuaknya Asal Usul Uang Gampang Rita mengingat jalanan panjang yang pernah ia lalui menuju Bandara Soekarno Hatta, dengan menyelamati bye-bye kemiskinan pernah ia ucapkan tiga tahun lalu. Ketika itu ia perdana melakoni profesi baru pasca pensiun dari pekerjaan meregang selangkangan. Profesi baru itu ia namai : Selamat Tinggal Kemiskinan. Ia bekerja menjadi kurir koper menerbangi Jakarta-Rio de Jenairo, Brazil. Kini ia melihat nasib orang-orang yang ia tawari pekerjaan Selamat Tinggal Kemiskinan itu. Semuanya terperosok ke dalam jurang kematian kemakmuran alias lorong kemiskinan yang paling dalam di muka bumi ini, P-E-N-J-A-R-A. Selama perjalanan 4 Jam dari Plumbon Cirebon ke Jakarta Cawang, benak Rita penuh dengan ketakutan. Jika ia tak paham ketakutannya ini tentang apa, berjalannya waktu nantinya akan memberi tahu dia, bahwa profesi bye bye kemiskinan itu menuntunnya untuk memasuki lorong kemiskinan yang paling dalam di
Simpul Kemiskinan, Uang setan dimakan Jin Pagi ini, Rita mendapati dirinya tak bisa mengelak dari kejahatan rekruitmen kurir yang ia lakoni. Profesi selamat tinggal kemiskinan yang ia percayai telah membuat dia hidup mulia, kaya raya tak lagi dengan meregang selangkangan itu kini menjadi boomerang buatnya. Salah satu kurir yang direkruitnya tak sengaja bertemu muka dengan dia. Pemanggilan penyelidikan Yati dan pamannya Bang Anto di mulai pagi itu, pukul 09.00 di ruang penyidik I, gedung belakang. Sementara Pemanggilan penyelidikan untuk Rita, Nana dan Fira juga jatuh di jam yang sama, di ruang penyidik III. Lokasi ruang penyidik satu dan tiga ini berada di gedung yang sama. Tanpa sengaja mereka bertemu di sana, saat menunggu dipanggil masuk bertemu polisi penyidik masing-masing. ‘’Paklik, itu bukannya Bu Rita, bos kita?” Tanya Yati ke Bang Anto, pamannya. ‘’Yang mana?” ‘’Itu yang duduk di bangku di belakan
Suasana Awal di Sel Tahanan Pemindahan tangkapan baru kelompok Niman-Erwin, Bibi Ria, Abah Engkus, Udin, dan Julinar ke sel tahanan BNN digelar tepat seminggu setelah kelar masa penyelidikan. Proses pemindahan itu diawali dengan pengambilan sesi foto full body, tampak depan dan tampak samping dengan membawa plakat triplek bertuliskan T-A-H-A-N-A-N. Pemindahan ini dilakukan setelah para tersangka berstatus resmi menjadi tahanan BNN. Sejak itu, setiap proses interogasi yang mereka alami berubah nama menjadi penyidikan. Sementara seminggu pertama pasca ditangkap, jika mereka diinterogasi polisi, itu namanya proses penyelidikan. Mereka dipisahkan menurut jenis kelamin. Tahanan dengan jenis kelamin pria dimasukkan ke ruang tahanan pria, demikian juga dengan tahanan wanita dimasukkan ke ruang tahanan wanita. Malam itu, pukul 19.00 mereka di pindahkan ke sel tahanan. Selama perjalanan 200 meter dari gedung utama lantai lima ke sel tah
Review dan Rewind Luka Lama Pagi itu, di Balikpapan, di kantor cabang holding perusahaan tempat Olive bekerja, PT Perwamina. Di sana, digelar rapat bersama pihak kantor pusat dan stakeholder dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur, dengan topik Rapat Koordinasi Pemeriksaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dari kegiatan pengembangan lapangan migas Semerah. Topik rapat ini ngeri-ngeri sedap, mengingat hasil anasila pemeriksaan UPL dan UKL 70 sumur migas baru di lapangan Migas Semerah akan dibacakan. Olive dan Tubagus hadir mewakili anak perusahaan yang akan menghandel transportasi dan pemasaran migas. Terutama terkait dengan pemboran 70 sumur migas, pembangunan satu fasilitas oil plant, penambahan pipa flowline Ø4 inch sepanjang 3.600 meter, pembangunan power plant dan fasilitas penunjang lainnya berupa penambahan kapasitas terpasang mini plant, dan pembangunan sam
Perlawanan Sayap Patah, Suami Tertebus Sore itu cukup panas. Suhu udara Jakarta 28 derajat. Hangat tergolong panas. Namun, sore itu sangat sejuk buat Refan dan Olive. Sementara buat sebelas orang pengacara kuasa hukum pembela Refan, cuaca hari itu sangat segar menyemangati mereka. Detik-detik pelepasan klien mereka sedang berlangsung. Kemenangan mereka di depan mata. ‘’Selamat, Bapak Refan, buat prestasinya, luput dari jerat hukum,’’Kompol Agung menyalami Refan dengan sebuah senyuman. Refan membalas dengan senyuman asli, benar-benar tersenyum. ‘’Selamat, Pak Irawan. Sukses dalam tugas, ya, Pak?” Kompol Agung juga menyalami Ketua Tim Kuasa Hukum beranggotakan 10 orang pengacara ini. ‘’Terima kasih, Bapak Agung,’’balas Irawan. ‘’Saran dan masukan saya buat Bapak Refan dan juga 11 orang kuasa hukumnya. Barangkali bisa disampaikan ke khalayak yang lain. Tapi secara khusus siang ini saya pesan buat Bapak Refan. Bahwa jerat hukum narkoba itu sulit buat mengurainya, buat lepas dari itu.
Akhir dari Perang DinginIrawan dan Olive sedang mendiskusikan perihal keterkaitan keuangan suaminya dengan selingkuhannya. Namun, Irawan menggiring Olive agar ia memiliki strategi defensif yang lebih baik saat menghadapi suami yang berselingkuh. Irawan melihat Olive terlalu lembek menghadapi perselingkuhan suaminya. Sebagai akibatnya sangat fatal, kesehatan suaminya menjadi taruhan.‘’Saya punya klien orang-orang hebat sekelas Bapak Refan di habitat pekerjaannya masing-masing. Kasus pemakai narkoba. Kemiripannya sama. Mereka mengalami gangguan kejiwaan. Terlihat dari penjelasan keluarganya bahwa klien saya itu konsul ke dokter psikhiater. Umumnya mereka itu sama seperti Ibu, terlalu lembek, tidak mau sedikit galak. Akibatnya, racun narkoba masuk terus. Pemakaian narkoba jangka panjang bikin syaraf dan otak putus,’’ papar Irawan.‘’Bukannya Bapak pernah bilang, suami saya bukan sekedar dira
Pembuktian Dua Lacak Jejak TerakhirDari mana datangya lintah? Dari darat turun ke kali. Dari mana datangnya Rita? Dari diskotek turun ke kantor polisi. Ini peribahasa yang mencibir Refan sejak tadi. Ia mendengar seorang polisi berkelakar tentang perilaku selingkuhnya. Ia merasa sangat malu dan geram.Sepi kembali mencekam. Refan masih meniduri sofa panjang berlapis kain wool kuning. Berusaha tidur, namun ia gelisah. Dari terbaring, kembali berubah posisi ke duduk. Ia yakin Rita berada hanya berjarak beberapa meter dari gedung ini. Ia merasa sangat heran, kenapa kisah cinta yang ia tutup rapat seakan hanya dia dan iblis yang tahu, dipisahkan di tempat ini dengan cara ditelanjangi banyak pihak. Ketika rombongan pengacara, istri dan ibunya meninggalkannya di tempat itu seorang diri malam ini, ia merasakan lagi kesepian ini sebagai sebuah hukuman Tuhan. Sebuah karma. Jika bukan, tidak mungkin perasaan yang ia alami seperti ini.Ia mel
Harta Dalam Pernikahan dengan Mafia Narkoba, Disita Negara Refan adalah orang pertama yang kaget dan tidak bisa terima penjelasan itu. Namun ia menahan diri seolah tanpa ekspresi meski dalam batinnya marah, kecewa tak terperi. Yang jelas sedih mendengar hal itu adalah Olive. Ia berpikir, mulai malam ini ia beristirahat dari penat mengumpulkan data pembelaan untuk suaminya. Namun, Olive juga berusaha berwajah dingin seolah tak perlu bereaksi. Namun, yang wajahnya tak bisa dibohongi dan tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya adlah Tante Anita. ‘’Loh, kenapa?” Tanya Tante Anita. Irawan segera menghadap Kompol Agung dan membahas hal itu tidak di hadapan kliennya. Dari kejauhan terlihat Polisi dan Irawan terlibat negosiasi yang alot. Namun tak berapa lama kemudian, Irawan kembali ke ruangan di mana klien dan keluarganya sedang berkumpul. Tim kuasa hukum Refan berada di pihak yang diombang-ambingkan nasibnya. Di dalam hati s
Detik-Detik Penentuan ''Kutunggu Cinta.Apakah berpihak kepadaku. Ku meminta jawab saat ini.''Sebuah puisi yang dituliskan entah oleh siapa di sebuah brosur sekolah playgroup yang sengaja dimasukkan orang ke celah di bawah pintu unit apertemennya. Olive berterima kasih atas tanda alam yang dianugerahkan Tuhan lewat brosur ini. Ia meminggirkannya ke tong sampah. Brosur itu ia baca sesaat sebelum meninggalkan apartemennya, malam itu Waktu menunjukkan pukul 20.10. Langit Jakarta tak segelap rona hidup yang baru saja melewati rumah tangga Olive-Refan. Olive dan mertuanya sedang dalam perjalanan menuju BNN Cawang. Mercedes Benz S-Class Hitam bernomor polisi B 1988 RO itu memasuki jalan besar Gatot Subroto menuju arah Cawang. Mereka masih membahas perselingkuhan Refan dengan penari striptis mafia narkoba, Rita Anastasia ‘’Nak, kamu memang beda dibandingkan para istri kebanyakan. Ekspresi kamu itu melihat kelakuan anak Tant
Mencerna Sebuah Kehilangan Hari ini pertempuran wanita murahan Vs wanita rumahan sepertinya segera berakhir, Olive mencerna makna kehilangan. Ia menemukan kembali hati suaminya utuh, meski raganya babak belur. Suaminya lolos dari lubang maut jerat hukum cinta sang mafia narkoba, Rita Anastasia. Bisa maut service ranjang Rita Anastasia yang merasuk di tubuh Refan juga telah habis. Refan Mananta akhirnya menyadari ia meminum racun mut setiap hari. Namun bersyukur ia punya Tuhan yang memberi dia seorang penolong, istri yang baik budi. Irawan menghubungi istri kliennya, Olivia Mananta memberitahukan bahwa malam itu sekitar pukul 11. 00 dalam tiga jam ke depan suaminya akan dibebaskan BNN. Irawan meminta Olive agar menyiapkan penyambutan terbaik atas kemenangan suaminya melawan mafia narkoba yang menjeratnya dalam masalah besar ini. Olive sedang kelelahan beristrahat di rumah. Namun ia siaga dengan ponselnya kalau-kalau pengac
Titik Terang Olive merasakan kelelahannya memuncak hari ini. Ia berharap dua rekening bank ini adalah pencarian terakhirnya. Ia sungguh kecewa, ketika sampai di kantor Bank, itu Customer Service (CS) mengatakan akan tutup dalam satu jam ke depan dan tidak menerima permintaan pelayanan yang membutuhkan waktu tunggu cukup lama. Maka ia meminta kepada staf CS itu agar mengerjakan print out rekening bank suaminya esok hari. ‘’Jika Ibu bisa kerjakan selesai besok siang jam 12, saya ambil ke sini jam 12. Saya minta nomor ponselnya, boleh? Saya akan memberikan tips yang layak untuk kerja keras Ibu. Karena saya sadar, yang saya minta itu cetak buku rekening koran selama 5 tahun,’’jelas Olive ke staf CS Bank OCBC NISP Gedung wisma 46. Staf perempuan berambut panjang dengan bulu mata lentik itu langsung membelalakkan matanya, lalu tersenyum. ‘’Ibu sangat membutuhkan segera ya, Bu? Saya bisa kerjakan setelah ini. Berhubung i
Sesal Itu Pasti Belakangan Jam tangan menunjukkan Pukul 11.30. Olive bersiap meluncur ke BNN untuk membesuk suaminya. Namun sebelum berangkat ke sana, ia merasa perlu menghubungi pengacaranya.‘’Halo, selamat siang, Pak Irawan. Bapak sudah ketemu suami saya hari ini? Ada kabar apa, Bapak?” Tanya Olive saat menghubungi Irawan, siang itu.‘’Sudah, Ibu. Saya sudah ketemu beliau. Saya juga sudah menghadap Kepala Deputy IV BNN Pak Benny. Saya beritahukan kepada BNN, bahwa kuasa hukum Pak Refan sudah mendaftarkan praperadilan ke PN Selatan,’’‘’Terus itu reaksi BNN gimana, Pak?”‘’Ya, itu ancaman buat mereka. Itu akan menurunkan kredibilitas kinerja mereka. Karena kalau menang atau tidak di praperadilan, kita tetap akan laporkan kinerja institusi BNN ke Indonesia Police Watch. Terus bukan itu saja, kita akan laporkan juga ke lembaga PBB United Nations
Menghitung Hari Dag Dig Dug Hari keempat penangkapan Refan Mananta. Hari masih pagi. Olive tak jenak bekerja. Sebentar-sebentar ia melihat jam. Ia ingin jam cepat menunuju 11.30, dia harus mengunjungi suaminya. Saat ini baru jam 09.00. Lalu ia pergi menuju ruangan Tubagus, seperti biasa ingin minta saran dan masukan. Ia melihat Tubagus berada di kabin server IT, maka ia tak berani mengganggu. Namun karena telah satu jam Tubagus tak kunjung nongol ke luar kabin, maka ia memberanikan diri masuk ke ruangan Tubagus. ‘’Gus....Gus....Lagi sibuk ya, Gus?” ‘’Hem...kenapa, Non?’’ Tubagus mencondongkan kepala ke luar kabin. ‘’Aku duduk di sini aja boleh ya, Gus? Aku ganggu kamu sehari ini, boleh? Mau ngomongin itu tuh?” ‘’Boleh....Tapi aku di sini, ya Non? Soalnya ini sedikit lagi kelar. Paling setengah jam,’’jelas Bagus. ‘’Ok, makasih, Gus,’’jawab Olive. ‘’Udah, kamu sambil cerita, aku dengerin,’’Jawab Tu