Bab 65Arif membelalakkan matanya, Arif terkejut mendengar perkataan Bu Wongso."Ibu apa-apaan, sih, kenapa nyuruh Arif bercerai dengan Yana?" tanya Arif heran."Karena sampai kapanpun, Ibu tidak akan pernah merestui pernikahanmu dengan Yana. Kalau kamu memilih kembali hidup bersama Yana, maka hubungan kekeluargaan kita putus. Kamu bukan anak ibu lagi. Jika kamu masih ingin Ibu anggap sebagai anak, maka kamu harus menuruti perkataan Ibu," jawab Bu Wongso menatap Arif dengan tajam.Arif hanya terdiam. Arif tidak ingin melawan perkataan ibunya, karena itu hanya akan sia-sia. Arif tidak ingin berdebat terlalu lama. Biarlah ... nanti setelah sembuh, baru Arif akan menentukan langkah kakinya.******Pagi itu, Yana dan Dila mengantar Sasa berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah Sasa, mendadak Dila tidak ingin pulang ke rumah karena banyak teman-teman Sasa yang ikut mengantar kesekolah bersama adiknya,dan anak-anak kecil itu membeli aneka makanan di kantin sekolah. Dila ingin tetap bermai
Bab 66Perhatian FikriYana tengah memikirkan bagaimana caranya untuk bisa pergi ke kota Muara Bulian, sedangkan sepeda motor dibawa oleh bapaknya dan Intan. Ketika Yana sedang berpikir keras, Bu Bejo datang dengan tergopoh-gopoh. "Yana, Nduk ..." Bu Bejo memanggil-manggil Yana dengan wajah cemas."Kenapa, Bu?" tanya Yana heran melihat ibunya yang berpeluh keringat."Bapakmu, Nduk, bapakmu dicokot ular!" Teriak Bu Bejo membuat Yana terkejut bukan main."Sekarang bapak dimana, Bu?" tanya Yana cemas."Masih dikebun, kamu kesana bawa bapakmu bersama Intan ke Rumah Sakit, biar ibu yang menjaga Dila." Ujar Bu Bejo mengambil Dila dari gendongan Yana.Tanpa berpikir panjang, Yana langsung melajukan sepeda motornya menuju kebun Bapaknya. Setelah menemukan bapaknya dan Intan di kebun Yana langsung melarikan Bapaknya ke Puskesmas di seberang sungai.Wajah Pak Bejo sudah pucat, seluruh tubuhnya dingin. Sepanjang perjalanan, Yana menangis melihat keadaan bapaknya seperti itu."Lebih ngebut bawa
Bab 67Yana mengusap airmata yang jatuh dari pelupuk matanya."Bagaimana mungkin, aku bisa pergi meninggalkan Bapak dengan kondisi seperti ini?" gumam Yana di dalam hati.Yana lalu mengambil ponselnya dan menghubungi kontak Fikri."Assalamualaikum, Bang," ucap Yana mengucap salam."Waalaikumsalam, Yana, ada apa?" tanya Fikri dari seberang telepon."Bang, bapak digigit ular, sekarang dirawat di rumah sakit Hamba," jawab Yana. "Kok bisa?" tanya Fikri "panjang ceritanya, Abang bisa kesini, nggak?" Tanya Yana ragu-ragu."Bisa kok, Yan, Abang segera kesana." jawab Fikri mematikan ponselnya.Hampir dua jam kemudian, Fikri menemui sampai di rumah Sakit dan menelpon Yana untuk mengetahui ruang rawat Pak Bejo.Yana berhambur memeluk Fikri ketika lelaki dengan postur tubuh tinggi tersebut masuk ke dalam ruang rawat Pak Bejo."Apa yang terjadi?" tanya Fikri mengusap punggung Yana yang berada dalam pelukannya. Yana terkesiap ketika merasakan tangan Fikri yang mengusap punggungnya, sontak, membu
Bab 68Rencana Bu IndahYana mengerutkan keningnya memperlihatkan ponsel tersebut kepada Fikri. "Bang, kok Ibu nelpon ke nomor Yana?" tanya Yana menyodorkan ponselnya kepada Fikri.Fikri menerima ponsel tersebut. Benar saja, ibunya menelepon ponsel Yana. "Ada apa gerangan? Mengapa ibu tidak menghubungiku langsung?" Gumam Fikri di dalam hati."Angkat saja, siapa tahu penting,."ujar Fikri seraya memberikan ponsel tersebut kembali kepada Yana."Assalamualaikum, halo, Bu. Ada apa?" Yana menjawab telpon tersebut."Yana, apa Fikri sedang bersama kamu?" tanya Bu Indah tanpa basa-basi."Iya, nih, Bu." Jawab Yana mengernyitkan keningnya mendengar nada bicara Bu Indah yang tidak sama seperti biasanya."Berikan ponselnya kepada Fikri, Ibu mau bicara!" ucap Indah kepada Yana dengan nada sedikit kasar.Yana lalu menyodorkan ponsel tersebut kepada Fikri. "Ibu mau bicara sama Bang Fikri," ujar Yana.Fikri menerima ponsel tersebut dengan hati yang berdebar-debar,seperti tahu apa yang akan dikatakan o
Bab 69"Kenapa kamu nggak dengar omongan ibu,Nak?" Bu Indah menatap Fikri yang baru saja masuk ke dalam rumah."Bu, Fikri tadi buru-buru, jadi tidak bisa menjemput ibu terlebih dahulu," jawab Fikri memberi penjelasan."Ya seharusnya, kamu nunggu ibu, dong," ujar Bu Indah bersikukuh."Ibu kenapa, sih? Kenapa nggak boleh aku ketemu sama Yana? Aku cuma sekedar nemani dia aja." Ujar Fikri mendudukkan tubuhnya disamping Bu Indah."Ibu hanya tidak ingin pertemuan kamu dengan Yana menimbulkan fitnah," sahut Bu Indah."Siapa yang akan memfitnah, Bu?" tanya Fikri menoleh pada ibunya."Siapa saja, Nak. Kamu tahu tidak, Yana itu statusnya masih istri orang. Ibu tidak mau ada fitnah yang nanti ditujukan kepada mu, fitnah yang mengatakan kamu menjadi orang ketiga dalam hancurnya rumah tangga Yana." jelas Bu Indah kepada Fikri."Tapi, Bu, Yana butuh support aku," jawab Fikri lagi."Ibu tahu, maka dari itu, biar ibu yang terus memberi support kepada Yana!" Ujar Bu Indah menatap Fikri dengan tajam.F
Bab 70Kelicikan ArifBu Bejo memperlihatkan ransel Yana yang telah dipersiapkannya kepada Intan."Kayaknya Yana berniat untuk kembali ke Pati. Kamu lihat ransel itu? Sepertinya Yana sudah mempersiapkan keberangkatannya." Ujar Bu Bejo menunjuk ransel Yana yang terletak di dekat pintu."Masa sih, Bu?" Intan mengernyitkan keningnya. Matanya beralih pada ransel yang di tunjuk oleh ibunya."Pasti ada sesuatu yang membuat Mbak Yana berniat untuk pergi," gumam Intan di dalam hati.Intan menyiapkan pakaian Yana dan bapaknya ke dalam ransel yang berbeda. Setelah semua siap, Intan berpamitan pada ibunya untuk segera berangkat ke Rumah Sakit.********Yana memandangi bapaknya yang masih terlelap. Pikiran Yana kembali berkecamuk antara mengikuti saran Fikri atau mengikuti kata hatinya.Ketika Yana masih sibuk dengan pikirannya, Intan masuk dan meletakkan tas berisi pakaian Yana dan bapaknya kedalam lemari pasien. "Mbak, ngapain ransel mbak berada di dekat pintu?" Tanya Intan ketika duduk disamp
Bab 71********Arif begitu bersemangat mengikuti terapi, namun langkahnya terhenti saat melihat Bu Bejo datang bersama seorang perempuan yang cantik jelita dan berpakaian seksi."Hai Mas Arif, apa kabar?" perempuan itu mencium pipi Arif dengan tiba-tiba.Arif terkejut diperlakukan demikian, dengan halus Arif menolak perempuan itu."Siapa dia, Bu?" tanya Arif menoleh ibunya."Ini Sinta, loh, Rif. Masa kamu lupa, sih? tanya Bu Wongso dengan senyum terkembang."Sinta? Sinta yang mana, ya?" Tanya Arif seperti mengingat sesuatu."Sinta anaknya pakde Rahmat," ujar Bu Wongso mengingatkan Arif.Arif langsung teringat, bagaimana dulu ibunya menentang pernikahannya dengan Yana karena ibunya ingin menjodohkan Arif dengan Sinta. Arif ingat betul, Sinta adalah perempuan keturunan ningrat dan sudah mulai tergila-gila pada Arif sejak masih SMU. Sinta bahkan rela memberikan apa saja kepada Arif demi mendapatkan perhatian Arif. Namun, ketika Arif menolak perjodohan tersebut dan menikah dengan Yana, r
Bab 72Mendatangi rumah pembully"Sebenarnya Mbak kenapa, sih?" tanya Intan kepada Yana."Kenapa apanya?" Yana balik bertanya tanpa menghentikan pekerjaannya."Kayaknya ada yang aneh sama sikap Mbak," jawab Intan menyelidik. "Nggak ada yang aneh, Intan. Mbak hanya tidak tega meninggalkan Bapak hanya bersama ibu saja," elak Yana."Intan mencium sesuatu yang tidak beres" sahut Intan menatap Yana tajam."Maksudmu?" Yana menghentikan meracik bumbu dan membalas menatap Intan."Intan merasa, sepertinya mbak sengaja menghindar dari bang Fikri. Kenapa, mbak?" tanya Intan terus mendesak Yana."Tidak apa-apa," jawab Yana berbohong."Mbak tidak boleh berbohong padaku, Mbak harus jujur, apapun masalahnya kita bisa selesaikan ini secara baik-baik." ujar Intan membujuk Yana. Yana hanya menarik napas berat. "Mbak hanya tidak ingin, kalau Bang Fikri berharap Mbak akan membalas cintanya. Karena sampai kapanpun, Mbak hanya mencintai Mas Arif." Yana mendengus kesal. "Sebenarnya hati mbak terbuat dar