Share

Perhatian Fikri

Penulis: Althafunnisa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-02 07:41:31

Bab 66

Perhatian Fikri

Yana tengah memikirkan bagaimana caranya untuk bisa pergi ke kota Muara Bulian, sedangkan sepeda motor dibawa oleh bapaknya dan Intan.

Ketika Yana sedang berpikir keras, Bu Bejo datang dengan tergopoh-gopoh.

"Yana, Nduk ..." Bu Bejo memanggil-manggil Yana dengan wajah cemas.

"Kenapa, Bu?" tanya Yana heran melihat ibunya yang berpeluh keringat.

"Bapakmu, Nduk, bapakmu dicokot ular!" Teriak Bu Bejo membuat Yana terkejut bukan main.

"Sekarang bapak dimana, Bu?" tanya Yana cemas.

"Masih dikebun, kamu kesana bawa bapakmu bersama Intan ke Rumah Sakit, biar ibu yang menjaga Dila." Ujar Bu Bejo mengambil Dila dari gendongan Yana.

Tanpa berpikir panjang, Yana langsung melajukan sepeda motornya menuju kebun Bapaknya. Setelah menemukan bapaknya dan Intan di kebun Yana langsung melarikan Bapaknya ke Puskesmas di seberang sungai.

Wajah Pak Bejo sudah pucat, seluruh tubuhnya dingin. Sepanjang perjalanan, Yana menangis melihat keadaan bapaknya seperti itu.

"Lebih ngebut bawa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Perhatian Fikri

    Bab 67Yana mengusap airmata yang jatuh dari pelupuk matanya."Bagaimana mungkin, aku bisa pergi meninggalkan Bapak dengan kondisi seperti ini?" gumam Yana di dalam hati.Yana lalu mengambil ponselnya dan menghubungi kontak Fikri."Assalamualaikum, Bang," ucap Yana mengucap salam."Waalaikumsalam, Yana, ada apa?" tanya Fikri dari seberang telepon."Bang, bapak digigit ular, sekarang dirawat di rumah sakit Hamba," jawab Yana. "Kok bisa?" tanya Fikri "panjang ceritanya, Abang bisa kesini, nggak?" Tanya Yana ragu-ragu."Bisa kok, Yan, Abang segera kesana." jawab Fikri mematikan ponselnya.Hampir dua jam kemudian, Fikri menemui sampai di rumah Sakit dan menelpon Yana untuk mengetahui ruang rawat Pak Bejo.Yana berhambur memeluk Fikri ketika lelaki dengan postur tubuh tinggi tersebut masuk ke dalam ruang rawat Pak Bejo."Apa yang terjadi?" tanya Fikri mengusap punggung Yana yang berada dalam pelukannya. Yana terkesiap ketika merasakan tangan Fikri yang mengusap punggungnya, sontak, membu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Rencana Bu Indah

    Bab 68Rencana Bu IndahYana mengerutkan keningnya memperlihatkan ponsel tersebut kepada Fikri. "Bang, kok Ibu nelpon ke nomor Yana?" tanya Yana menyodorkan ponselnya kepada Fikri.Fikri menerima ponsel tersebut. Benar saja, ibunya menelepon ponsel Yana. "Ada apa gerangan? Mengapa ibu tidak menghubungiku langsung?" Gumam Fikri di dalam hati."Angkat saja, siapa tahu penting,."ujar Fikri seraya memberikan ponsel tersebut kembali kepada Yana."Assalamualaikum, halo, Bu. Ada apa?" Yana menjawab telpon tersebut."Yana, apa Fikri sedang bersama kamu?" tanya Bu Indah tanpa basa-basi."Iya, nih, Bu." Jawab Yana mengernyitkan keningnya mendengar nada bicara Bu Indah yang tidak sama seperti biasanya."Berikan ponselnya kepada Fikri, Ibu mau bicara!" ucap Indah kepada Yana dengan nada sedikit kasar.Yana lalu menyodorkan ponsel tersebut kepada Fikri. "Ibu mau bicara sama Bang Fikri," ujar Yana.Fikri menerima ponsel tersebut dengan hati yang berdebar-debar,seperti tahu apa yang akan dikatakan o

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Rencana Bu Indah bag 2

    Bab 69"Kenapa kamu nggak dengar omongan ibu,Nak?" Bu Indah menatap Fikri yang baru saja masuk ke dalam rumah."Bu, Fikri tadi buru-buru, jadi tidak bisa menjemput ibu terlebih dahulu," jawab Fikri memberi penjelasan."Ya seharusnya, kamu nunggu ibu, dong," ujar Bu Indah bersikukuh."Ibu kenapa, sih? Kenapa nggak boleh aku ketemu sama Yana? Aku cuma sekedar nemani dia aja." Ujar Fikri mendudukkan tubuhnya disamping Bu Indah."Ibu hanya tidak ingin pertemuan kamu dengan Yana menimbulkan fitnah," sahut Bu Indah."Siapa yang akan memfitnah, Bu?" tanya Fikri menoleh pada ibunya."Siapa saja, Nak. Kamu tahu tidak, Yana itu statusnya masih istri orang. Ibu tidak mau ada fitnah yang nanti ditujukan kepada mu, fitnah yang mengatakan kamu menjadi orang ketiga dalam hancurnya rumah tangga Yana." jelas Bu Indah kepada Fikri."Tapi, Bu, Yana butuh support aku," jawab Fikri lagi."Ibu tahu, maka dari itu, biar ibu yang terus memberi support kepada Yana!" Ujar Bu Indah menatap Fikri dengan tajam.F

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kelicikan Arif

    Bab 70Kelicikan ArifBu Bejo memperlihatkan ransel Yana yang telah dipersiapkannya kepada Intan."Kayaknya Yana berniat untuk kembali ke Pati. Kamu lihat ransel itu? Sepertinya Yana sudah mempersiapkan keberangkatannya." Ujar Bu Bejo menunjuk ransel Yana yang terletak di dekat pintu."Masa sih, Bu?" Intan mengernyitkan keningnya. Matanya beralih pada ransel yang di tunjuk oleh ibunya."Pasti ada sesuatu yang membuat Mbak Yana berniat untuk pergi," gumam Intan di dalam hati.Intan menyiapkan pakaian Yana dan bapaknya ke dalam ransel yang berbeda. Setelah semua siap, Intan berpamitan pada ibunya untuk segera berangkat ke Rumah Sakit.********Yana memandangi bapaknya yang masih terlelap. Pikiran Yana kembali berkecamuk antara mengikuti saran Fikri atau mengikuti kata hatinya.Ketika Yana masih sibuk dengan pikirannya, Intan masuk dan meletakkan tas berisi pakaian Yana dan bapaknya kedalam lemari pasien. "Mbak, ngapain ransel mbak berada di dekat pintu?" Tanya Intan ketika duduk disamp

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kelicikan Arif bag 2

    Bab 71********Arif begitu bersemangat mengikuti terapi, namun langkahnya terhenti saat melihat Bu Bejo datang bersama seorang perempuan yang cantik jelita dan berpakaian seksi."Hai Mas Arif, apa kabar?" perempuan itu mencium pipi Arif dengan tiba-tiba.Arif terkejut diperlakukan demikian, dengan halus Arif menolak perempuan itu."Siapa dia, Bu?" tanya Arif menoleh ibunya."Ini Sinta, loh, Rif. Masa kamu lupa, sih? tanya Bu Wongso dengan senyum terkembang."Sinta? Sinta yang mana, ya?" Tanya Arif seperti mengingat sesuatu."Sinta anaknya pakde Rahmat," ujar Bu Wongso mengingatkan Arif.Arif langsung teringat, bagaimana dulu ibunya menentang pernikahannya dengan Yana karena ibunya ingin menjodohkan Arif dengan Sinta. Arif ingat betul, Sinta adalah perempuan keturunan ningrat dan sudah mulai tergila-gila pada Arif sejak masih SMU. Sinta bahkan rela memberikan apa saja kepada Arif demi mendapatkan perhatian Arif. Namun, ketika Arif menolak perjodohan tersebut dan menikah dengan Yana, r

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Mendatangi rumah pembully

    Bab 72Mendatangi rumah pembully"Sebenarnya Mbak kenapa, sih?" tanya Intan kepada Yana."Kenapa apanya?" Yana balik bertanya tanpa menghentikan pekerjaannya."Kayaknya ada yang aneh sama sikap Mbak," jawab Intan menyelidik. "Nggak ada yang aneh, Intan. Mbak hanya tidak tega meninggalkan Bapak hanya bersama ibu saja," elak Yana."Intan mencium sesuatu yang tidak beres" sahut Intan menatap Yana tajam."Maksudmu?" Yana menghentikan meracik bumbu dan membalas menatap Intan."Intan merasa, sepertinya mbak sengaja menghindar dari bang Fikri. Kenapa, mbak?" tanya Intan terus mendesak Yana."Tidak apa-apa," jawab Yana berbohong."Mbak tidak boleh berbohong padaku, Mbak harus jujur, apapun masalahnya kita bisa selesaikan ini secara baik-baik." ujar Intan membujuk Yana. Yana hanya menarik napas berat. "Mbak hanya tidak ingin, kalau Bang Fikri berharap Mbak akan membalas cintanya. Karena sampai kapanpun, Mbak hanya mencintai Mas Arif." Yana mendengus kesal. "Sebenarnya hati mbak terbuat dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Mendatangi rumah pembully bag 2

    Bab 73"Bu Rita, keluar! Bu Rita!" Pak Bejo berteriak di halaman rumah Bu Rita.Beberapa tetangga yang mendengar suara lantang Pak Bejo melihat keluar rumah dengan penasaran. Karena suara Pak Bejo lumayan lantang meneriaki Bu Rita untuk keluar dari rumahnya.Mendengar namanya dipanggil berkali-kali, Bu Rita keluar dari rumah dan terkejut mendapati Pak Bejo yang berkacak pinggang dengan wajah merah padam."Ada apa ini, Pak? berani sekali bapak meneriaki saya dengan lantang seperti ini!" tanya Bu Rita dengan nada yang tidak kalah lantang."Apa maksud anda membully Yana dan mengatakan Yana akan menjadi janda yang menjadi perebut suami orang, Hah?" tanya Pak Bejo menatap Bu Rita dengan tajam.Mendapati pertanyaan yang tanpa sedikitpun akan terpikir olehnya membuat Bu Rita kaget, namun, Bu Rita tidak ingin terlihat takut oleh Pak Bejo. "Ouwh ... jadi anak kesayangan Pak Bejo itu sudah mengadu sama bapaknya?" tanya Bu Rita tersenyum sinis."Jadi benar, apa yang diceritakan oleh Yana?" kata

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kekalahan Pak Bejo

    Bab 74Kekalahan Pak Bejo"Sebenarnya ... Bu Rita itu orangnya memang suka membully orang. Hanya saja, selama ini tidak ada orang yang berani menuntut perkataan Bu Rita yang sering menyakitkan hati." ujar bu RT kepada suaminya. Pak RT mengerutkan keningnya."Maksud Ibu?" tanya Pak RT dengan tatapan heran."Maksud ibu, Bu Rita itu memang suka membully orang lain, beberapa Minggu yang lalu, Bu Rita juga pernah membully anaknya Pak angger yang tidak lulus sekolah. Untung saja anaknya Pak angger tidak mengadu kepada bapaknya, sehingga masalah itu tidak diperpanjang." ujar bu RT panjang lebar."Masa sih, Bu?" tanya Pak RT lagi."Beneran lho, Pak, bahkan pernah juga Bu Rita itu membully istrinya kang Eman. Karena istri kang Eman itu hamil lagi, sedangkan anaknya masih sangat kecil." jawab Bu RT tertawa kecil."Wah ... ternyata Bu Rita itu beneran biang gosip ya, Bu?" tanya Pak RT menyandarkan punggungnya di sofa."Iya, Pak, hanya saja, korban yang dibully sebelumnya tidak ada yang berani me

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03

Bab terbaru

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Cinta yang abadi

    Bab 158*****Burhan segera menyalami Fikri dan menceritakan kepada Yana tentang keadaan Bu Wongso yang saat ini tengah sakit dan dirawat oleh warga."Mas mohon kepadamu untuk bersedia menemui Bu Wongso. Kasihan dia," ujar Burhan dengan penuh penekanan.Yana menoleh kearah Fikri untuk meminta persetujuan. Laki-laki Itu tampak berpikir sejenak lalu membuka percakapan."Abang izinkan kamu untuk berangkat ke Pati dengan syarat Abang, ibu, dan Dila ikut menemani kamu ke sana," sahut Fikri.Yana tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Fikri. Mereka pun segera berkemas karena hari itu kebetulan Fikri sedang libur dinas selama dua hari.Sesampai di Pati Yana terkejut melihat keadaan Bu Wongso yang kurus kering tinggal tulang. Perempuan yang dulu bermata tajam dan selalu menyakiti hatinya saat ini menatapnya dengan sendu dan penuh dengan uraian air mata.Yana meraih tangan Bu Wongso lalu menciumnya dengan takzim. Tidak ada kebencian di hati Yana terhadap mantan mertuanya itu. Yana masih

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Kebahagiaan yang sempurna

    Bab 157*****Bu Lidya pun menyodorkan video yang berada di dalam ponsel Yana ke hadapan Bu Linda. Mata Bu Linda membulat sempurna melihat video perbuatannya berada di dalam ponsel milik Yana."Maaf Bu Linda, saya tidak bisa membiarkan Anda menghancurkan reputasi saya. Jadi saya harus melakukan ini." Yana mengambil ponsel yang berada di hadapan Bu Linda dan segera memasukkannya ke dalam saku blazer nya.Akhirnya dengan penuh malu Bu Linda membereskan semua perangkat pengajarnya dan meninggalkan sekolah elit tersebut.Para majelis Guru yang melihat kejadian itu terheran-heran karena seharusnya Yana yang dipecat bukan Bu Indah.Bu Lidya selaku kepala sekolah segera menjelaskan kepada majelis Guru tentang kebenaran dari peristiwa pencurian tersebut."Wah Bu Yana hebat, ya, punya kamera tersembunyi," puji Bu Maya kepada Yana seluruh.Majelis Guru pun sependapat kalau Yana adalah perempuan yang cerdas.Yana mengulum senyum. Semua berkat bantuan Cinta karena Cinta yang telah meminjamkan kam

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Bahagia sesungguhnya

    Bab 156Kebahagiaan yang sempurna*******Pagi itu sekolah dihebohkan dengan siswa yang kehilangan sebuah jam tangan mahal. Jam tangan pintar seharga lima juta itu lenyap di dalam tas siswa yang bernama Nico. Bocah berumur enam tahun tersebut meletakkan jam tangan pintarnya di dalam tas ketika dia hendak mencuci tangan di wastafel. Wali kelas yang mengajar saat itu adalah Yana dan Bu Linda."Saya yakin banget, Bu, pasti Yana yang telah mengambil jam tangan milik Nico. Secara, kan, Bu Yana baru kali ini melihat jam tangan pintar yang keren seperti milik Nico." Bu Linda menemui kepala Sekolah di ruangannyaBu Lidya selaku kepala sekolah terdiam sesaat. Perempuan berhijab lebar tersebut tidak yakin kalau Yana yang mengambil jam tangan pintar milik Nico. Yana memang berasal dari desa. Namun saat ini Yana berstatus istri seorang dokter terkenal. Tidak mungkin jika dia mengambil jam tangan pintar milik Nico.Linda pun menyarankan kepada kepala sekolah untuk menggeledah tas Yana agar mendapa

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Reka diusir dari rumah Fikri

    Bab 155*****Yana yang melihat Fikri tetap bergeming, memutuskan untuk keluar dari kamar"Loh, Kamu kemana, Yan?" tanya Fikri melihat Yana membawa sebuah bantal keluar kamar."Kalau abang mau Reka juga tidur di sini. Lebih baik Yana keluar dari kamar dan tidur di kamar Dila. Terserah Abang mau ngapain. Mau balikan sama Reka juga nggak apa-apa," sahut Yana dengan wajah sinis."Yan, Tunggu dulu." Fikri menahan pergerakan Yana lalu menoleh kearah Reka yang sedang menenangkan bayinya."Sekarang kamu lihat, kan. Farhan itu tidak merasa nyaman berada di dekatku. Lalu untuk apa kalian tinggal disini? Bukankah lebih baik kalian pergi dari rumah ini karena tidak ada untungnya keberadaan kalian di rumah ini," ujar Fikri menoleh mereka dengan tajam.Reka yang mendengar perkataan Fikri tercekat. Dia tidak menyangka kalau Fikri mengambil kesimpulan seperti itu."Farhan tidak nyaman tidur dengan abang di sini karena kehadiran Yana, Bang. Kalau abang tidurnya sama Aku, Farhan pasti merasa nyaman,"

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Reka diusir

    Bab 154Reka diusir dari rumah Fikri*******Matahari bersinar dengan cerah, sisa-sisa embun masih terasa menyejukkan kulit. Yana membuka tirai jendela lalu menatap jalan raya di bawah sana. Beberapa kendaraan sudah berlalu lalang melintasi perumahan elit tersebut. Ada juga beberapa orang lansia yang sedang berjalan-jalan pagi untuk menjaga kesehatannya.Yana menarik nafas berat, dia belum bisa melupakan perlakuan Bu Wongso kepada dirinya. Perempuan yang dulu sangat dihormatinya itu tidak pernah melupakan Yana sebagai orang yang paling dibencinya. Yana pikir setelah kematian Arif, dan pernikahannya dengan Fikri, Bu Wongso tidak akan lagi mengganggu kehidupannya, tapi ternyata Yana salah. Bu Wongso masih terus meneror bahkan mendatangi kediaman Fikri untuk menuntut harta yang sudah diberikan Arif kepada Dila.Fikri berdiri di belakang Yana, menatap sosok yang sudah beberapa bulan menjadi istrinya. Laki-laki bertubuh tegap itu seakan menyadari kalau istrinya sedang dilema. Fikri membiar

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Menolong Bu Wongso

    Bab 153*******"Bu Wongso disiksa oleh Bik Yem dan Bik Yem mengambil semua barang Bu Wongso?" ujar Burhan ketika warga tersebut menjemputnya."Benar Mas Burhan, kondisi Bu Wongso saat ini sangat memprihatinkan. Dia kami bawa ke rumah sakit. Bu Wongso meminta kami untuk menjemput Mas Burhan. Kami tidak tahu tujuannya apa tapi sepertinya sangat penting." warga tersebut menyahut.Tanpa banyak bicara, Burhan segera bersiap untuk menemui Bu Wongso di rumah sakit.Mendiang Arif adalah sahabat terbaiknya. Burhan tidak ingin Bu Wongso menderita setelah kepergian Arif karena biar bagaimanapun, Bu Wongso pernah begitu baik kepada dirinya semasa Burhan dan Arif bersahabat dengan baik.Sesampai di rumah sakit, Burhan menangis melihat keadaan Bu Wongso.Perempuan yang dahulu berbadan gemuk itu saat ini kurus kering tinggal tulang. Kondisinya sangat memprihatinkan."Maafkan Burhan, Bu. Maaf karena Burhan telah salah dalam mempercayai orang untuk merawat ibu," ujar Burhan mencium tangan Bu Wongso.

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Karma Bu Wongso 2

    Bab 152**********Malam itu tetangga Bu Wongso yang bernama Bu Nani melirik ke arah rumah Bu Wongso. Rumah itu dalam keadaan gelap dari luar bahkan sampai ke dalam. Bu Nani mengernyitkan keningnya karena setahu dia Bu Wongso tidak bisa kemana-mana."Pak, kenapa ya, rumah Bu Wongso gelap gulita?" tanya Bu Nani kepada suaminya.Suami Bu Nani meletakkan koran yang dibacanya, lalu melirik ke arah rumah Bu Wongso yang memang gelap gulita. Sepasang suami itu saling pandang."Ibu udah dua minggu nggak besuk Bu Wongso. Apa malam ini kita lihat ke sana, ya, pak? Mungkin listriknya mati," ujar Bu Nani kepada suaminya."Tapi, kan, Bu Wongso dirawat sama Bik Yem, dan keuangan Bu Wongso juga dipegang oleh Bik Yem? Masa bisa listrik enggak dibayar," sahut suami Bu Nani dengan heran.Akhirnya sepasang suami istri itu memutuskan untuk mendatangi rumah Bu Wongso.Mereka terkejut ketika berada di depan pintu rumah Bu Wongso karena pintu tersebut dikunci dari luar dan kuncinya masih berada di pintu ter

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Karma Bu Wongso

    Bab 151Karma untuk Bu Wongso***Bu Wongso membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa teramat sangat sakit, begitupun dengan seluruh anggota tubuhnya. Bibirnya kelu. Tatapan matanya kosong. Bu Wongso menoleh ke samping, istri Burhan tampak sedang terkantuk-kantuk duduk di samping brangkar Bu Wongso.Dia memanggil istri Burhan, tapi suaranya tidak tembus. Bu Wongso berkali-kali mencoba menggerakkan lidahnya. Namun tetap kelu. Begitupun dengan tangan dan kakinya, begitu kaku sehingga tidak bisa digerakkan.Bu Wongso terus memanggil istri Burhan sehingga menimbulkan suara gagu yang tidak menentu. Istri Burhan membuka matanya dan tersenyum kearah Bu Wongso. Perempuan berwajah sendu itu memegang tangan Bu Wongso dan menanyakan bagaimana keadaan Bu Wongso. Namun, perempuan tua itu hanya menjawab dengan suara gagu, dan tidak jelas apa yang dikatakannya.Burhan masuk ke dalam ruangan dan segera menghampiri Bu Wongso."Ibu sudah sadar?" tanya Burhan bahagia.Bu Wongso menjawab, tapi suaranya

  • Silakan Nikahi Saja Ibumu, Mas!   Hinaan Reka

    Bab 150*****Bu Wongso melanjutkan perjalanannya pulang ke Pati. Sedangkan Reka kembali ke rumah Fikri dengan senyum seringainya. Reka merasa puas karena hari ini melihat Yana terluka.Sesampai di rumah Fikri, Reka melihat sebuah pemandangan yang membuat dadanya terasa panas. Di sofa ruang tamu, terlihat Fikri sedang membelai wajah Yana yang memerah karena tamparan Bu Wongso."Enggak nyangka, ya, ternyata perempuan kampung bisa juga berotak licik," ujar Reka seraya duduk di seberang sofa Yana dan Fikri."Apa maksud kamu?" tanya Fikri dengan wajah merah padam."Aku hanya nggak nyangka aja, ternyata Yana itu munafik. Diam-diam dia menyimpan harta warisan dari mantan suaminya seolah-olah bang Fikri tidak mampu membiayai hidupnya." Reka bersidekap di depan dada.Fikri menoleh ke arah Reka. "Kalau kamu masih ingin tinggal di sini, tutup mulutmu dengan rapat, atau aku akan menendangmu dan memisahkanmu dari Farhan," sahut Fikri geram.Reka terkejut mendengar perkataan Fikri. Perempuan itu t

DMCA.com Protection Status