Bab 75Yana semakin menangis mendengar perkataan bapaknya, Yana menyesali perbuatannya. Karena keegoisannya, karena kerapuhan hatinya, Yana telah membuat hati bapaknya kecewa."Maafkan Yana, Pak. maafkan Yana," Yana mencoba meraih tangan Pak Bejo.Pak Bejo tidak merespon apapun, pandangan matanya nanar. Air mata terus membanjiri wajahnya. Hati Pak Bejo terasa sakit melihat kelakuan dan perbuatan Yana, Pak Bejo tidak pernah berfikir kalau Yana akan serapuh itu."Ternyata, besarnya kasih sayang yang kami berikan tidak mampu mengalahkan besarnya cintamu kepada Arif. Terbukti, ketika ada masalah. Kamu memutuskan untuk kembali kepada suamimu yang bejat itu." Pak Bejo melepaskan tangannya dari genggaman Yana."Itu enggak benar, Pak! itu enggak benar!" ujar Yana kembali meraih tangan yang mulai keriput itu."Itu benar, Nduk. Kenyataannya seperti itu. Kalau memang kamu menyayangi kami sebagai orang tuamu, kamu tidak akan melakukan ini. Ketika kamu di-bully, kamu pasti akan berbagi kesedihanmu
Bab 76Mencari kuasa hukumIntan heran melihat Yana yang bersimbah air mata, keningnya berkerut dan kedua alisnya saling bertautan"Mbak kenapa?" Intan mengulang lagi pertanyaannya. Yana tidak menjawab pertanyaan Intan, isak tangis mulai terdengar. Intan bingung harus berbuat apa karena tidak tahu duduk permasalahan yang dihadapi Yana."Boleh Mbak bertanya sesuatu?" tanya Yana kepada Intan."Tentu saja," Jawab Intan singkat."Apakah pemikiran Mbak yang selalu mengharapkan kehadiran Mas Arif merupakan pemikiran bodoh?" tanya Yana.Mendengar pertanyaan Yana, Intan tertawa bahkan tergelak dengan lantang. Yana heran melihat Intan yang tertawa terbahak-bahak. Apakah pertanyaan Yana lucu, sehingga Intan menjadi tertawa seperti itu."Intan, Mbak serius! Kenapa kamu malah tertawa seperti itu?" tanya Yana geram."Kenapa Mbak harus bertanya kepadaku? boleh aku Jawab dengan jujur?" jawab Intan mereda tawanya."Katakan, apa aku bodoh karena mengharapkan kembali bersama Mas Arif?" tanya Yana denga
Bab 77Bu Indah memang sangat mengharapkan Yana menjadi menantunya, namun, itu bisa terjadi jika Yana sudah menyandang status seorang janda. Bu Indah tidak mau mengambil resiko kalau Yana masih dalam status tidak jelas seperti sekarang. Ketika Bu Indah sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Bu Indah tersenyum dengan penuh bahagia saat melihat layar tersebut menyala dan tertera Yana Calling.Bu Indah langsung mengusap ponsel tersebut menerima panggilan Yana"Assalamualaikum, Yana," sapa Bu Indah."Waalaikumsalam, Ibu!" jawab Yana di seberang telepon."Bagaimana kabarmu, Nak? apakah kamu bisa hadir dalam Opening Restaurant ibu?" tanya Bu Indah penuh harap."Insyaallah, Bu, siang ini Yana berangkat ke sana. Apa bang Fikri bisa menjemput Yana dipinggir sungai?" Tanya Yana lagi"Tentu saja, Sayang, nanti Ibu akan minta Fikri untuk menjemputmu di tepian sungai, kamu chat saja kalau sudah OTW, ya," ujar Bu Indah lagi "Ini Yana sudah OTW, Bu," sahut Yana."Loh, kena
Bab 78Set gamis mewahYana dan Intan sampai di pinggir sungai setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit.Mereka lambat sampai dikarenakan Intan mengendarai sepeda motor dengan kecepatan lamban, karena mereka asik berbincang tentang acara Opening Restoran Bu indah, selain itu Intan juga banyak bertanya-tanya tentang proses perceraian Yana. Mereka sama-sama berharap mudah-mudahan proses perceraian Yana dan Arif berjalan dengan lancar.Mereka menunggu kedatangan Fikri untuk menjemput seraya beristirahat di pinggir sungai. Intan menitipkan sepeda motornya di rumah warga yang cukup mereka kenal. Selama satu jam menunggu, akhirnya Fikri datang dengan wajah sumringah."Maaf, ya, Yan, kamu lama menunggu!" ujar Fikri ketika baru saja turun dari mobilnya."Nggak apa-apa kok, Bang, lebih kami yang menunggu, dari pada Abang harus lelah menunggu kami." jawab Yana tersenyum."Papa ... Papa" Dila mengulurkan tangannya melihat Fikri turun dari mobil.Fikri menyambut uluran tangan Dila lalu
Bab 79Dila terlihat sangat bahagia bertemu dengan Bu indah, Dila mengulurkan tangannya untuk minta digendong. Bu Indah langsung menggendong Dila dan membawanya menuju sofa ruang tamu.Yana dan Intan mengekor mengikuti langkah Bu Indah."Makasih ya, Yan, kamu mau datang. Ibu sempat khawatir kamu tidak bisa datang, karena Fikri bilang, kamu tidak mengabari dia!" ujar bu Intan dengan senyum manisnya."Maaf, ya, Bu. Karena di sana terkendala sinyal, jadi tidak bisa menghubungi bang Fikri sejak kemarin, untungnya hari ini Yana bisa menghubungi Bang Fikri ketika sudah mau berangkat kemari." jawab Yana.Bu Indah lalu menyuruh Yana dan Intan beristirahat di kamar tamu, sedangkan Dila di ajak untuk bermain di taman samping rumahnya."Gila, ya, Mbak, ternyata rumah Bu indah semewah ini!" ujar Intan terkagum-kagum melihat kamar yang mereka tempati begitu luas dengan kesan yang mewah."Ih, kamu kayak nggak pernah lihat rumah mewah aja." ujar Yana menepuk bahu Intan."Bukannya gitu, Mbak, tapi be
Bab 80TersanjungPagi-pagi sekali, team MUA telah datang ke kediaman Bu Indah untuk make up Bu Indah, Yana, dan Intan. Bu indah mendapat giliran pertama untuk di make up, Yana masih sibuk membujuk Dila untuk mandi, bocah kecil itu sepertinya sedang menguji kesabaran ibunya."Kita mandi, yuk, Sayang. Supaya cantik dan wangi, nanti pakai gaun baru yang dibelikan nenek," bujuk Yana seraya memperlihatkan gaun yang di beli oleh Bu Indah.Dila hanya menoleh sekilas, lalu segera melengos meninggalkan mamanya.Yana membuntuti Dila mengelilingi rumah Bu Indah yang lumayan besar."Sayang, udah dong, Yuk kita mandi." Yana meraih tangan kecil Dila ketika memegang handle pintu sebuah kamar. Namun, bukannya menuruti kemauan ibunya, Dila malah menangis dengan kencang.CeklekkPintu kamar terbuka, Fikri muncul di balik pintu mengernyitkan keningnya, sedangkan Yana tidak kalah kaget melihat Fikri yang muncul di balik pintu."Maaf, Bang," Yana lalu menggendong Dila berlalu dari depan kamar Fikri. Namu
Bab 81Bu Indah menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan, menceritakan tentang bagaimana jatuh dan bangunnya dalam mendirikan restoran tersebut. Para undangan bertepuk tangan karena kagum akan kegigihan Bu Indah dalam membangun Restoran yang sudah pernah tumbang dalam waktu yang cukup lama."Perkenalkan, ini Yana ... dia adalah sosok yang memberi saya support dan kekuatan ketika saya sedang rapuh dan Yana juga yang sudah membantu saya mendirikan kembali Restoran ini." ujar Indah memperkenalkan Yana kepada seluruh undangan, Yana menganggukkan kepala dan disertai tepuk tangan riuh dari para undangan.Yana begitu tersipu malu mendapat tepuk tangan yang riuh dari para undangan, Yana tidak menyangka kalau Bu Indah akan memperkenalkan dirinya dalam acara Opening Restoran tersebut. Yana begitu terharu Karena sejujurnya, kebaikan Bu Indah lah yang membuat Yana bisa menemukan kehidupan yang lebih baik lagi. Karena mungkin saja jika saat itu Bu Indah tidak bersedia menerima Yana di rumahnya
Bab 82Menyelesaikan masalahSetelah acara Opening Restaurant Bu Indah selesai, Yana segera berpamitan kepada Bu Indah dan Fikri."Kenapa nggak nginap semalam lagi aja, Yana? besok pagi biar Fikri antar kalian pulang." bujuk Bu Indah kepada Yana dan Intan."Yana ada keperluan penting Bu, Yana harus segera menyelesaikan permasalahan yang ada di sana." ujar Yana menatap Bu indah."Masalah apa, Yan?"tanya Bu Indah heran."Masalah yang waktu Yana dibully oleh warga di sana, Bu. Ketika Bapak tahu Yana dibully, Bapak langsung melaporkan hal tersebut kepada Pak RT untuk ditindak lanjuti. Pak RT sudah menemui Ibu Rita, orang yang sudah membully Yana, namun, Bu Rita berkilah dan mengatakan kalau Yana sudah mencemarkan nama baiknya. Makanya Yana diminta untuk pulang ke sana, karena malam nanti akan ada sidang di rumah RT!" terang Yana panjang lebar."Ya Allah, Nak, tega sekali perempuan itu. Lempar batu sembunyi tangan. Dia yang sudah menyakitimu, dia pula yang menganggap kamu menyakitinya." Bu