Beranda / CEO / Siksaan Dari Tunangan Kakakku / Bagian 2 Permintaan Ayah

Share

Bagian 2 Permintaan Ayah

Penulis: Zizizaq
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa hari kemudian..

Seperti biasanya, Pak Dion datang mengunjungi Nadin dan ibunya hanya sekali dalam seminggu, Nadin pikir selama ini Pak Dion adalah orang yang sangat sibuk, jadi mereka hanya bisa berkumpul sekali dalam seminggu, ternyata alasannya karena mereka adalah keluarga yang yang tidak diinginkan yang keberadaannya di dunia ini harus disembunyikan. Ada sedikit rasa nyeri di dalam hatinya jika mengingat itu.

"Ayah datang?" ucap Nadin ketika melihat ayahnya di meja makan.

"Iya, Sayang. Ternyata kamu sudah bangun." kata Pak Dion membalas Nadin, ia menghampiri Nadin lalu mengecup keningnya, Pak Dion memang sehangat itu, sampai Nadin sudah sebesar ini pun ia masih memperlakukannya seperti putri kecilnya, Nadin selalu menyambutnya dengan ceria dan manja, tapi sekarang ada rasa enggan untuk melakukan itu lagi.

"Kapan ayah datang?" Tanya Nadin berpura-pura tidak tahu segalanya, dan membuat suasana berjalan seperti biasa, memangnya dia harus bagaimana lagi, semua sudah terlanjur bahkan sudah berjalan selama dua puluh tiga tahun lamanya, bukan sesuatu yang baru terjadi kemarin.

"Ayah datang semalam saat kamu sudah tidur" ucapnya seraya tersenyum. Nadin membalasnya, senyuman kali ini tidak seleluasa biasanya.

"Bagaimana kabar ayah? Nadin dengar ayah sakit, maaf karena Nadin tidak bisa menemani ayah." Tanya Nadin lagi. Ia terdengar ingin memojokkan ayahnya.

"Tidak apa-apa, itu hanya sakit tipes. Hanya butuh perawatan biasa beberapa hari, sekarang ayah sudah lebih sehat " ucap Pak Dion lalu memalingkan wajah, sepertinya ia tak ingin diinterogasi lebih jauh oleh Nadin.

"Mas, Nadin, ayo sarapan dulu!" Seru Bu Sinta keluar dari dapur dengan nampan berisi makanan dan minumam di atasnya.

"Ayo kita sarapan, Sayang!" Ajak Pak Dion, meminta Nadin ikut ke meja makan, Nadin menurutinya.

Selama sarapan berlangsung, suasana tidak sehangat dan seramai biasanya, Nadin yang selalu berceloteh banyak menjadi pendiam, Pak Dion yang selalu merentetinya dengan pertanyaan juga diam, ibunya yang selalu antusias mendengarkan mereka tampak biasa saja, sampai ibunya memecah yang keheningan itu.

"Mas! Nadin sudah tahu segalanya, semalam aku memberitahunya" ucap Bu Sinta membuat Pak Dion memandang mereka secara bergantian sementara itu Nadin hanya diam menekuri makanan di piringnya. Ia tampak tidak tertarik.

"Kamu tidak perlu merasa bingung Mas, kami tau kamu sangat berusaha membahagiakan kami selama ini, jadi kami tidak masalah, walaupun Nadin sudah tau tidak akan ada yang berubah di antara kita. Iya kan Nad?" ucap Bu Sinta.

"Iya Bu. Nadin baik-baik saja, kok" jawab Nadin dengan enggan. Hatinya belum benar-benar menerima kenyataan ini.

"Syukurlah! terima kasih, Sayang. terima kasih karena kamu mau memahami keadaan ayah, maafkan ayah ya, Nad." Ucap Pak Dion, sepertinya ia tidak bisa mengucapkan apa-apa selain terima kasih dan maaf, ia merasa Nadin sudah tidak butuh penjelasan karena semua sudah dijelaskan oleh ibunya.

Setelah mereka selesai sarapan, semua kembali melakoni aktifitas seperti biasa, tidak ada yang mau membahas masalah yang baru saja terkuak, lagi pula solusi apa yang bisa menghapus jejak dosa Pak Dion dan Bu Sinta? Nadin hanya bisa menerima kenyataan pahit ini.

Nadin pergi bekerja, ibunya juga bekerja, sementara ayah entah kemana ia pergi, mungkin ia kembali ke rumah istri pertamanya setelah memberikan waktunya yang sedikit kepada Nadin dan ibunya, Nadin tidak pernah tau urusan ayahnya kecuali ia bernama Dion dan mengunjunginya sekali dalam seminggu, untungnya kebutuhan selalu dicukupi oleh ayahnya, ia dan ibunya bekerja hanya sekedar mengisi kekosongan saja.

Dering ponsel membuyarkan konsentrasi Nadin di kala bekerja. Ia melihat kontak ayahnya menari-nari di muka layar benda pipih itu.

"Halo, Nad!" Ucap Pak Dion di seberang telpon, setelah Nadin menyentuh icon berwarna hijau di layar ponselnya, Pak Dion terdengar panik.

"Iya, ayah Ada apa?" Ucap Nadin menyambutnya dingin.

"Nadin! ayah ingin minta bantuanmu, Sayang. Ini mungkin terdengar tidak masuk akal tapi kamu satu-satunya harapan ayah" ucap Pak Dion terdengar buru-buru.

"Buntuan apa ayah? Kalau Nadin bisa pasti Nadin akan bantu" ucap Nadin masih setia menunggu Pak Dion bicara, sebenarnya bantuan apa yang diinginkan Pak Dion.

"Tari mengalami kecelakaan naas, Nad. Dia kritis dan kehilangan banyak darah" jelas Pak Dion.

"Tari itu siapa, Yah? Terus Nadin harus bantu apa?" Tanya Nadin, tapi hatinya sudah menebak, pasti dia salah satu orang terdekat ayah.

"Tari adalah kakakmu, Sayang" ucap Pak Dion. Nadin diam saja, memangnya ia harus apa? Menangis karena tau dirinya punya saudara yang begitu diperhatikan oleh ayahnya sendiri. Meski hatinya sakit, Nadin tidak sampai menangis.

"Nadin...!?" seru Pak Dion terdengar putus asa. Sepertinya ia takut Nadin akan menolak.

"Sudahkah ayah mengatakan ini pada ibu?" Tanya Nadin, ia hanya mengulur waktu untuk berpikir.

"Ibumu tidak akan setuju, karena itu ayah langsung menghubungimu, lagi pula kau sudah dewasa dan bisa memutuskan sesuatu sendiri" ucap ayah, membuatnya terdiam lagi.

"Kenapa harus Nadin ayah? Ayah tau posisi kami, bukankah Nadin tidak boleh muncul dihadapan..." Suara Nadin terpotong, ia tidak sanggup mengucapkan keluarga ayahnya dari istri pertamanya.

"keluarga ayah?" akhirnya kata itu meluncur dengan susah payah.

"Ayah bisa minta tolong pada orang lain" lanjut Nadin menahan emosi.

"Tidak ada pilihan lain, Nad." ucap Pak Dion terdengar putus asa. Nadin terdiam lagi, apakah keluarganya begitu hina, sampai untuk muncul saja harus menunggu saat keadaan yang harus memaksa, saat ia satu-satunya yang menjadi pilihan terakhir? andai saja ada pilihan yang lain pasti ayahnya tetap tidak mengizinkannya keluar dari persembunyiannya.

"Golongan darah kalian sama dan cukup langka, sementara itu stoknya sedang kosong di rumah sakit ini, golongan darah kalian menuruni milik ayah, tapi ayah tidak bisa membantunya karena ayah sedang pemulihan setelah sakit tipes kemarin, jadi kamu satu-satunya harapan ayah, Nad" jelas Pak Dion, sangat berharap pada Nadin, Nadin sangat ingin menolak demi harga dirinya, tapi hati nuraninya tidak tega, terlepas dari saudara atau bukan, Tari yang membutuhkan pertolongan adalah manusia yang berhak hidup seperti dirinya.

"Baik ayah" kalimat itu meluncur dari mulut Nadin begitu saja.

"Terima kasih, Sayang" lirih Pak Dion terdengar sangat bersyukur, tapi ia mungkin merasa bersalah secara bersamaan.

"Ayah, tolong rahasiakan ini dari ibu, Nadin takut ibu kecewa pada Nadin." Ucap Nadin.

"Iya, Sayang. Maafkan ayah membuatmu terlibat dalam urusan keluarga ayah" ucap Pak Dion, membuat Nadin ingin menangis, kalau yang di sana keluarga ayah, lalu dia dan ibunya sebagai apa di mata ayahnya? kenapa takdir membuat kehidupannya berbeda? ia merasa dunia ini sungguh tidak adil, seandainya kalau situasinya dibalik menjadi dirinya yang berada di posisi Tari, apakah ayahnya bisa meminta tolong pada Tari untuk menyelamatkan hidupnya? hatinya nyeri memikirkan itu.

Bab terkait

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 3 Terpesona

    Nadin akhirnya menjejakkan kakinya di pelataran rumah sakit, ia datang sendiri setelah ayahnya memberi alamat. Rumah sakit itu sangat besar dan mewah. Pak Dion datang menjemputnya di lobi rumah sakit setelah Nadin memberitahu kehadirannya."Nadin!" Seru ayah menghampiri Nadin, wajahnya tampak lusuh, penampilannya juga tidak serapi biasanya. Apakah ayah akan berpenampilan seperti ini jika dirinya yang sakit? entah kenapa rasa iri tiba- tiba hinggap di hatinya."Ayah!" Hanya itu yang bisa ia katakan."Terima kasih, Nad! sudah mau datang" ucap Pak Dion sambil mengecup keningnya, ia kemudian membimbing langkah Nadin menuju lift.Sebelum melalui prosedur donor darah, Pak Dion membawa Nadin ke ruang tunggu di mana ada keluarga dari istri pertamanya. Sebelumnya, Pak Dion memberi sebuah masker untuk ia kenakan, hatinya sedikit nyeri menerima benda itu, pasti Pak Dion melakukan itu agar kelurganya tidak mengenali Nadin.Nadin mengikuti langkah ayahnya, ia memindai seluruh anggota keluarga dari

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 4 Ternyata dia tau semuanya.

    Sebulan kemudian...Nadin sudah melupakan kejadian di rumah sakit, tapi seseorang membuatnya mengingat kejadian itu kembali. Bukan tentang kematian kakaknya Tari, ia justru mengingat keterpesonaannya pada seseorang.Hari ini Nadin melihat laki-laki itu di kantor tempatnya bekerja. "Apa yang membawanya ke sini?" Pikirnya, kantor Nadin hanya sebuah perusahaan kecil, itu pun jauh dari ibu kota, ia tau laki-laki itu pasti dari ibu kota."Kau mengenal Pak Ronald?" Tanya rekan kerja Nadin, ia bernama Ferdi. Ferdi tampak tidak tertarik, bukan hanya itu ia malah mengenakan headset dan berbalik, tapi karena melihat Nadin sangat terpana dengan kehadiran laki-laki itu, membuatnya ingin bertanya. Nadin pun akhirnya tahu nama laki-laki itu berkat Ferdi."Gak Fer, cuma pernah lihat" jawab Nadin masih mengamati laki-laki itu."Apakah dia begitu sempurna sampai kamu tidak bisa berhenti melihatnya?" kata Ferdi, membuat Nadin beralih ke arahnya."Lalu bagaimana dengan mereka Fer?" Tanya Nadin pada Fer

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 5 Bekerja sama

    Tujuan Ronald berkunjung ke kantor Pak Bambang adalah untuk mereview bahan produk yang ia gunakan, sebelumnya Pak Bambang memasukkan surel kerja sama ke perusahaan Ronald, melihat alamat yang tertera di surel yang ia kirim, Ronald tertarik untuk datang, karena alamat itu dekat dengan lokasi dimana Tari kecelakaan, beruntungnya secara kebetulan ia menemukan tujuan utamanya.Beberapa hari kemudian Ronald mengirim kembali surel dari perusahaan Pak Bambang yang sudah ia tanda tangani. Ronald sengaja menyetujui kerja sama dengannya walaupun produk dari brandnya masih di bawah standar alias belum layak untuk masuk ke daftar produk perusahaannya, ia mau menerima lamaran kerja sama dengan Pak Bambang tapi dengan syarat salah satu karyawan dari bagian pemasarannya pindah ke perusahaannya, dan yang ia menunjuk Nadin sebagai perwakilan, untungnya Pak Bambang antusias menyambut itu dan menyetujui apapun syaratnya.Hari itu Nadin, merasa seperti mendapatkan rejeki nomplok, karena salah satu perusa

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 6 Permainan dimulai.

    Akhirnya tiba waktu yang telah ditentukan, Nadin mulai mengepak barangnya untuk pindah ke kost di ibu kota, ia tidak mungkin melakukan perjalanan dari rumah ke kantor setiap hari karena jaraknya cukup jauh, jadi ia menyewa kost yang dekat dengan perusahaan Bramasta.Ia begitu bersemangat masuk kerja di hari pertamanya. Begitu tiba di pelataran kantor ia berhenti untuk mengamati sekitar, ia takjub melihat bangunan bersusun yang menjulang tinggi di hadapannya, jika melihatnya dari bawah, bangunan itu seperti menyentuh langit, mengingat dirinya akan bekerja di dalam bangunan itu membuatnya merasa gugup.Ia mengambil nafas panjang lalu membuangnya perlahan, setelah itu ia melangkah dengan bangga memasuki pintu utama, beberapa satpam berdiri di sekitar pintu utama tersebut, pakaian mereka tampak elegan, tidak seperti satpam dengan seragam putih hitamnya disertai tongkatnya di perusahaan sebelumya. Sepertinya mereka tau kalau Nadin adalah orang baru yang memasuki kantor, sebab salah satuny

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 7 Rencana gila.

    Esoknya Nadin merasakan nyeri hampir di seluruh tubuhnya, ia bangun dan merasakan kepalanya pening, setelah memeriksa keadaan tubuhnya sendiri, sepertinya ia demam. Ia ingin kembali berbaring di tempat tidurnya tapi dering ponsel membuatnya urung. "Halo!" ia menjawab panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya."Saya Selfi, kenapa sudah jam segini tapi anda belum ke kantor?" ucap Selfi di seberang sana."Maaf Bu, saya sedang sakit demam" ucap Nadin terdengar lemah. "Jangan banyak alasan, segera datang ke kantor, sekarang juga" suara di seberang berubah, ia tahu itu Ronald."Tapi saya sedang sakit, Pak. Bolehkah saya...." Ucapan Nadin terpotong."Saya tidak akan menerima alasan apapun." ucapnya sarkas, bunyi Tut tiga kali mengakhiri obrolannya.Dengan terpaksa ia pergi ke kantor, sebelum berangkat ia memaksakan diri menelan beberapa suap makanan untuk sarapan lalu dalam perjalanan ia mampir ke apotek untuk membeli beberapa butir obat penurun panas dan pereda nyeriTiba di pelataran ka

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 8 Merencanakan Pernikahan

    Nadin menatap Ronald tidak percaya, ia langsung menjawab tanpa berpikir dua kali."Maaf, Pak. Saya tidak bisa" Nadin menolak dengan yakin."Oh ya? ternyata kamu berani menolakku?" Ucap Ronald, ia hanya berbasa-basi, Nadin mau atau tidak ia akan tetap berniat menikahinya, "Coba sebutkan alasan kamu menolak!" tantang Ronald. "Bukannya sudah jelas alasannya, memangnya pernikahan semudah mengucapkannya? Pasti kau merencanakan sesuatu kan?" omel Nadin, tentu saja dalam hati, mana Berani dirinya mengomeli Ronald."Banyak alasannya, Pak. Pertama, ini terlalu tiba-tiba. Kedua, saya dan Pak Ronald tidak punya hubungan apa-apa selain bos dan karyawan. Ketiga tidak ada rasa cinta di antara kita, Pak. Sementara sebuah pernikahan harus dibangun dengan rasa cinta dan yang keempat, anda tau bagaimana rumitnya keadaan keluarga saya." jelas Nadin.Ronald tau alasan-alasan itu memang benar, adapun tentang cinta? sepertinya cintanya telah dibawa pergi oleh Tari karena ia benar-benar tidak memiliki cint

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 9 Bukan hubungan istimewa

    Setelah sepakat untuk menikah, Nadin akhirnya bekerja dengan layak, ia juga sudah mendapatkan meja kerjanya di kantor bagian marketing. Meski begitu, ia belum merasa senang dan tenang, karena dihantui oleh rencana Ronald yang akan menikahinya untuk balas dendam atas kematian Tari.Pak Dion secara kebetulan berkunjung ke kantor Bramasta. Nadin kaget melihat ayahnya memasuki kantornya, sebelum ketahuan ia segera bersembunyi di bawah kolong meja, orang-orang melihatnya bingung. Tapi orang-orang itu tidak sempat bertanya pada Nadin karena harus menyambut kedatangan orang yang paling terhormat di perusahaan itu. Nadin langsung menebak apa yang terjadi di atas sana. Benar, Pak Dion datang bersama Ronald."Di mana karyawan dari perusahaan Mega Food?" Ronald menanyakan tentang Nadin. Ia menyebutkan perusahaan Pak Bambang.Nadin semakin membungkukkan tubuhnya seraya memberi isyarat pada rekan kerja yang melihat ke arahnya, sayangnya arah pandangan rekan kerjanya itu sudah memberi petunjuk pada

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 10 Wanita yang elegan

    Tiga bulan berlalu, waktu yang cukup untuk mengatur segalanya, sebenarnya Ronald selesai mengatur rencana pernikahan tanpa cintanya dalam waktu seminggu tapi ia memperlambat waktunya agar tidak terkesan buru-buru, ia memperkirakan waktu tiga bulan sudah bisa diterima akal untuk berpaling pada wanita lain setelah ditinggalkan kekasih.Ia akan mengatur pernikahan sebagaimana adanya, hal pertama yang ia lakukan adalah mengenalkan Nadin pada keluarganya. Ternyata keluarganya tidak begitu peduli dengan keputusannya, ia sudah tahu itu, ia memperkenalkan Nadin kepada mereka sebagai rasa hormat saja, meskipun pernikahannya bukan atas dasar cinta, tetap saja pernikahan adalah sesuatu yang dianggap sakral, mungkin mereka tidak begitu peduli karena selama ini Ronald dianggap pemberontak oleh ayahnya, begitu juga Ronald, ia tidak mengambil pusing tanggapan ayahnya karena mereka tidak sedekat itu.Berbeda dengan ibunya, wanita paruh baya itu sangat antusias mendengar putranya akan menikah, Ronald

Bab terbaru

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 32 Jangan berpisah lagi.

    Bu Mary berhasil menyulap Nadin menjadi sangat cantik yang pada dasarnya memang sudah cantik."Sekarang ganti baju, di dalam paper bag ada baju dan sepatu, mamah mau kau memakainya," untungnya Nadin membawa pemberian mertuanya itu bersamanya, tadi ia tidak sempat menyimpannya. Ia mengambilnya lalu mengeluarkan isinya, ternyata Bu Mary memberinya barang branded."Nah, pakai itu sekarang dan buang baju kedodoran yang kau pakai itu" "Iya, Mah" balasnya dengan kikuk."Cantik sekali, ini baru menantu mamah" puji Bu Mary mengagumi menantunya."Beginilah harusnya penampilanmu sehari-hari," sambung Bu Mary.Diperlakukan sedemikian baik oleh mertuanya membuatnya berfikir, 'Seandainya putranya juga bisa sebaik ini?' suara Nadin di dalam hati.Setelah semuanya selesai, mereka turun ke bawah untuk meminta penilaian Ronald yang sedang menunggu mereka untuk sarapan, Bu Mary sangat bersemangat menanti pujian dari putranya."Bagaimana penampilan istrimu? Cantik 'kan?" Seru Bu Mary saat tiba di had

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 31 Jangan salahkan aku.

    "Ada apa denganku?" Nadin berucap dengan lirih merenungi apa yang terjadi pada dirinya. Ronald tampak tidak peduli."Ah, kenapa aku tiba-tiba merasa panas begini?" Nadin membuka blezer yang menutupi dress yang ia kenakan sambil mengipas tubuhnya menggunakan tangan."Kau sedang apa?" Ronald menoleh ke arahnya dan memindai keadaannya. "Aku tidak tau, aku merasa sangat tidak nyaman dan seluruh tubuhku seperti akan mengeluarkan aliran listrik." Nadin mulai tidak sabar dan ingin menurunkan tali dress yang menggantung di bahunya."Hentikan itu! kamu mau telanjang di sini?" Ronald berkata sambil menurunkan kecepatan laju mobilnya, Nadin masih bisa menurut di antara kesadarannya yang mulai samar."Sudah kubilang, aku kepanasan, coba bantu aku meredakan ini." Ia menggigit bibirnya sambil mengacak rambutnya demi meredam gelanyar aneh yang hampir menguasai dirinya."Kau pasti salah meminum atau memakan sesuatu," Ronald mulai menebak apa yang terjadi pada Nadin. Ia kembali mempercepat laju mobil

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 30 Rencana rekan kerja

    Malam pun tiba, Nadin memasuki sebuah bangunan yang tidak begitu besar, tapi tatanannya yang estetik membuat nyaman berada di dalamnya. Ia mendekati meja yang sudah ada beberapa rekan kerja yang sedang menunggu, ia bersyukur karena tidak ada yang menyinggung masalah CEO mereka, mungkin belum karena perhatian mereka masih terfokus pada pemeran utama yang sedang berulang tahun belum hadir, tapi beberapa saat kemudian Pak Hery akhirnya tiba. Ferdi juga datang setelahnya."Hai, Fer!" sapa Nadin."Gimana? CEO kita bisa datang nggak?" bisik Ferdi, Nadin segera melotot padanya dan berkata, "jangan dibahas, aku sedang berharap mereka melupakannya" Nadin sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Ferdi agar semua orang tidak mendengar suaranya membuat Ferdi tertawa ringan."Ayo pesan menu-menu yang ada, kita akan berpesta malam ini" seru Pak Hery, sambil mengambil buku menu, ia memilih beberapa dan menawarkan kepada yang lainnya juga, seorang pelayan sudah bersiap mencatat setiap menu yang disebutk

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 29 Permintaan Rekan Kerja

    Nadin telah kembali dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan selama dua hari, hanya Selfi yang selalu setia menemaninya selama dirinya dirawat, Selfi juga yang mengantarnya pulang saat ini, ia tidak memberitahu orang tuanya tentang keadaannya karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Adapun Ronald, ia tidak pernah sekalipun datang menjenguknya, ia telah menyerahkan semua pengurusan Nadin kepada Selfi. Saat tiba di rumah Ronald, Nadin berniat langsung masuk ke kamarnya. Tapi ia menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Ronald, ia hendak tersenyum pada Ronald dan mengucapkan terima kasih, mengingat Ronald sudah menolongnya beberapa waktu lalu, tapi ternyata Ronald hanya menatapnya dingin itu pun hanya sejenak lalu pergi begitu saja, ia akhirnya menarik kembali guratan senyum yang hendak timbul serta membuang niatnya untuk mengucapkan terima kasih. Matanya memperhatikan kepergian Ronald dan melihat ada memar dan luka gores di tangan Ronald."Aku pikir dia sudah le

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 28 Terasa Hangat

    Hari telah berganti, Rencana Nadin agar terusir dari rumah Ronald gagal total, ia juga menyerah. Akhirnya ia pasrah menjalani kehidupannya.Hari ini ia kembali berangkat ke perusahaan untuk bekerja seperti biasanya. Berangkat sendiri menggunakan kendaraan umum. Berbeda dengan Ronald yang berangkat dengan kendaraan pribadi kadang dengan sopir kadang juga menyetir sendiri.Ketika mobil yang membawa Nadin tiba di depan kantor Bramasta, ia turun lalu membayar ongkosnya, saat mobil itu telah pergi, sebuah mobil lain bergerak ke arahnya, karena penasaran, ia menunggu mobil itu berhenti tanpa ada rasa curiga sama sekali. Saat mobil itu tiba tepat di depannya, orang dari dalam mobil membuka pintu dan menariknya masuk dengan paksa, ia sempat berontak dan berteriak tapi segera mulutnya disekap oleh orang yang berada di dalam mobil dan membiusnya hingga pingsan.Selfi mengetahui itu dari karyawan yang melihat kejadian, ia melaporkannya pada Ronald."Pak, ada yang melihat Bu Nadin, dibawa pergi ol

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 27 Gagal Total

    Satu Minggu telah berlalu. Selama seminggu itu Nadin sangat setia mengurus keperluan Ronald dengan telaten, ia juga menahan diri untuk melancarkan rencananya. Berkatnya Ronald bisa sembuh dengan cepat, gips di kakinya pun sudah dilepas, ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Hari itu ia mulai datang ke perusahaan, ia datang bersama Nadin, mereka datang bersama atas perintah Ronald, karena semua orang tau Nadin adalah istri yang merawatnya selama kakinya sakit. Semua orang tampak menunggu kedatangannya, mereka semua memberi ucapan selamat atas kedatangannya kembali ke perusahaan ataupun ucapan selamat atas kesembuhannya, tidak sedikit juga yang memberinya hadiah, ia menerima semua hadiah-hadiah itu lalu menyerahkannya pada Selfi untuk disimpan. Saat dirawat di rumah pun sudah banyak yang datang menjenguk tapi yang datang rata-rata para petinggi di perusahaan, salah satunya adalah ayah Nata. Semua orang hanya memperhatikan Ronald, ia seperti bulan di antara para bintang, sepertinya

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 26 Rencana Melepaskan Diri

    Nadin mulai memikirkan cara agar dirinya bisa diusir dari rumah Ronald. Ia berpikir, dengan begitu Ronald akan melepaskannya dengan suka rela tanpa meninggalkan trauma dan menyakiti orang tuanya. Sebelum melancarkan misinya, Ia bertanya kepada para pelayan untuk mengumpulkan informasi, hal apa saja yang paling disukai dan paling dibenci oleh Ronald, ia berhasil mendapatkan beberapa info. Ia akan melakukan yang ringan-ringan dulu sebagai pemanasan. Ia akan melakukan rencana besarnya saat kaki Ronald sudah sembuh.Dari informasi yang ia dapatkan dari para pelayan di dapur, Ronald sangat tidak suka bubur ayam yang dicampur dengan kuah, dan ia akan menyiapkan makanan itu untuk sarapan Ronald. Ada juga informasi dari pelayan yang mengurus kebersihan, Ronald sangat tidak suka kalau ada basah di depan kamar mandi, ia bisa mengamuk jika menemukan hal itu, tapi Nadin malah meletakkan keset yang basah di tempat itu.Ronald telah terbangun di pagi hari, ia mengucek matanya lalu bangun kemudian be

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 25 Masih Khawatir

    Malam telah datang, Nadin memastikan seluruh keperluan Ronald sudah tersedia. Setelah itu, Nadin ke kamarnya sendiri untuk istirahat. Adapun Ronald, ia sudah tertidur lebih dulu. Tapi saat Nadin ingin tidur ia tidak bisa menutup mata, tiba-tiba saja ia merasa khawatir, seperti halnya seorang perawat yang khawatir pada pasiennya. Ia pun kembali ke kamar Ronald dan tidur di sofa.Saat tengah malam, suara Ronald membuatnya terjaga, sepertinya Ronald sedang mimpi buruk, nafasnya terengag-engah dan tubuhnya berkeringat dingin. Nadin buru-buru menghampirinya lalu membangunkannya."Ronald...! Hei!" Panggil Nadin sambil mengguncang tubuh Ronald, tapi Ronald tidak lantas bangun, ia pun meletakkan tangannya di sisi kiri dan kanan kepala Ronal lalu berteriak tepat di depan wajahnya."Ronald!! Bangunlah!" Panggil Nadin, lebih keras dari sebelumnya. Mata Ronald berhasil terbuka, ia menatap Nadin yang masih setia memegangi kepalanya dengan nafasnya yang masih terengah-engah."Kamu mimpi apa sih!?" S

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bagian 24 Menjadi perawat.

    Nadin susah payah membopong Ronald di sepanjang jalan, ia sempat memberikan tongkat pada Ronald agar bobot tubuhnya yang berat dan keras sedikit berkurang. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat titik kumpul. Saat melihat keadaan Ronald, semua orang sigap memberi pertolongan, seseorang langsung menggantikan Nadin memapah tubuh Ronald, seseorang lagi sigap mengambilkan kursi, sementara itu Nadin langsung membiarkan tubuhnya menggelepar di tanah dengan nafas ngos-ngosan, layaknya ikan yang sedang butuh air. Ronald meliriknya dengan tatapan yang bercampur aduk, antara menahan sakitnya atau menertawakan Nadin, tapi jauh di dalam hati ada sedikit rasa kagum. Namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah saat Ferdi mendekati Nadin, dan mengulurkan tangan untuknya."Kamu baik-baik saja?" Ucap Ferdi seraya membantu Nadin bangun."Iya! Aku hanya kelelahan setelah berjalan sambil menanggung beban yang sangat berat, bahkan hatiku ikut lelah membawanya." Sindir Nadin sambil melirik Ronald yang suda

DMCA.com Protection Status