“Pak Ragil ada di dalam. Silahkan masuk lewat pintu ini.” Kedua polisi itu lalu masuk melewati pagar yang sudah di buka oleh si pegawai.Tangan pegawai itu menunjuk lantai dua. Dimana ruangan pemilik sekaligus gudang toko ini berada. Saat sudah sampai di lantai dua, terlihat Ragil yang tengah sibuk dengan setumpuk struk pembelian dan penjualan emas di mejanya. Kepala Ragil terangkat saat mendengar langkah kaki yang mendekat. Karena tidak ada pintu dan dinding yang menghalangi pandangannya dari tangga. Jadi, jika ada orang yang naik ke atas, dia akan bisa langsung melihat.“Selamat pagi Pak Ragil. Kami dari pihak kepolisian ingin membawa anda ke kantor polisi.” Wajah Ragil langsung berubah menjadi pucat pasi. Pria itu menghela nafasnya berkali-kali agar bisa lebih tenang.“Baiklah Pak. Tapi, apakah tangan saya boleh tidak di borgol?” Tanya Ragil untuk menyelamatkan sisa harga dirinya.“Tentu saja selama anda bersikap kooperatif. Karena status anda saat ini masih sebagai saksi. Hingga k
“Bicara saja. Toh pendapatmu yang selalu benar. Kau sema sekali tidak ingin mendengar pendapatku.” Jawab Tina acuh. Hatinya sudah terlalu hambar dengan perlakukan sang suami selama ini. Rasanya Tina ingin pergi sekarang juga. Tapi, ia tidak ingin rencananya hancur begitu saja. Ia akan pergi saat semuanya sudah siap.Budi ingin membalas agar Tina tidak menjawab seperti itu. Karena masalah yang akan ia bahas tentang anak laki-laki mereka. Tapi, sebisa mungkin Budi tahan karena masalah Arga jauh lebih penting. Bagi Budi hanya Arga harapan mereka saat ini setelah Sofia tidak mau pulang ke rumah dan Arum memilih untuk kabur.“Apakah kita harus mulai mengajari Arga untuk menjaga toko? Setidaknya jika Arga tidak mau bekerja dia bisa mengelola toko suatu saat nanti.” Tanya Budi mengeluarkan salah satu keluh kesah tentang anak laki-laki mereka itu. Rasa khawatir yang akhirnya di tanyakan Budi pada Tina untuk pertama kalinya.“Dan membiarkan toko bangkrut karena uangnya terus di ambil Arga untu
Sejak Ragil dan Bu Jumi di penjara, serta Amira yang sudah pergi dari rumah, kediaman Ragil menjadi kosong. Begitu juga dengan rumah Pak Harto dan Bu Jumi. Saat siang hari Pak Harto lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah Budi. Baru pulang saat malam menjelang. Padahal kegiatan Pak Harto di rumah Budi hanya menonton TV saja. Sekaligus menemani Arga bermain game seharian di rumah.Sehari setelah Ragil dan Bu Jumi di pindahkan ke sel penjara, Sindy dan Yuni menjenguk adik bungsu dan Ibu mereka. Saat itulah Ragil mengatakan lokasi buku tabungannya pada Yuni sebagai imbalan untuk membersihkan rumahnya setiap hari. Karena Ragil tidak tahu kapan ia dan Bu Jumi akan bebas. Persidangan mereka baru akan di lakukan bulan depan.Sementara itu, Sindy yang di minta membersihkan rumah orang tua mereka. Karena rumahnya yang paling dekat dengan rumah Pak Harto dan Bu Jumi. Mulai dari menyapu, mencuci piring bekas makan Bapaknya hingga mencuci pakaian Pak Harto. Sejak saat itu Sindy harus mengurus
Ina lalu menunjukkan sejumlah bukti hasil penyelidikan yang di lakukan oleh orang suruhan mereka. Info terakhir menyatakan jika Amira sudah menikah dengan Ragil. Belum ada kepastian siapa yang memiliki toko emas itu. Tapi, jika Ragil yang kini memilikinya, keluarga Ardi akan mengambil hak kedua anak Ardi yang sempat di rampas oleh Amira. “Jadi Amira dan orang tuanya sudah menipu Ibu saya?” Tanya Yuni yang masih bingung. Ternyata kecurigaannya dan Sindy selama ini terbukti benar. Ada sesuatu yang tidak beres pada Amira. Bahkan saat acara lamaran itu berlangsung, wajah Ragil sekilas juga menjadi ragu. Tapi, karena paksaan dari Bu Jumi Ragil akhirnya tetap menikah dengan Amira. Kepala Yuni sudah pusing memikirkan apa yang akan terjadi lagi pada Ibu dan adik bungsunya. Mengingat jika kini mereka berdua tengah mendekam di balik penjara. Bagaimana jika keluarga ini juga mengajukan tuntutan ke depannya? “Nak Yuni tenang saja. Jika adik anda memang sudah benar-benar berubah, dia pasti mau
Selama di perjalanan menuju kantor Aris, Yuni bertanya pada Ina bagaimana bisa toko emas itu menjadi milik keluarga Ardi jika di bangun setelah menikah dengan Amira. Karena dalam hukum perkawinan, harta yang di hasilkan setelah pernikahan adalah milik suami dan istri.Ina menjelaskan jika seluruh modal itu berasal dari tabungan istri pertama Ardi yang harusnya di gunakan untuk kebutuhan kedua anak mereka. Saat di tanyakan pada Ardi, pria itu mengatakan agar tabungan milik mendiang istri pertamanya bisa lebih banyak. Keuntungannya juga akan di gunakan oleh kedua anaknya kelak. Mereka yakin jika Amiran yang sudah mempengaruhi Ardi agar menggunakan tabungan itu. Walaupun keluarga Ardi tidak punya bukti saat itu.Tidak ada yang bisa keluarga mereka lakukan. Karena Bu Sakinah adalah tipe orang tua yang tidak mencampuri urusan keluarga anaknya. Sejak Ardi membawa kedua anaknya pindah otomatis mereka tidak bisa bertemu. Hanya saat lebaran idul fitri yang singkat mereka pulang ke kampung hala
Yuni menjelaskan pada karyawan yang bernama Tatik itu tentang siapa sebenarnya Bu Sakinah, Ina dan Feri yang merupakan keluarga Ardi. Tatik yang merupakan karyawan lama tentu saja kenal dengan Ardi. Mereka membicarakan banyak hal. Salah satunya tentang kelangsungan toko emas ini ke depannya. Sejak Ragil di penjara, pria itu sudah menyerahkan tanggung jawab pada Tatik untuk mengurus toko emas ini. Namun, karena Bu Sakinah dan keluarganya datang maka mereka harus membicarakan hal itu lagi."Surat kepemilikan usaha sedang di urus oleh Pak Aris. Kami belum tahu langkah apa yang seharusnya di lakukan untuk ke depannya. Karena tidak ada keluarga kami yang tinggal di kota ini. Tapi, kami akan memeriksa persediaan perhiasan di gudang lebih dulu.""Baik Bu. Mari saya antar." Mereka semua berdiri lalu berjalan menuju pintu yang di gembok ganda itu.Tatik yang sudah memegang kunci gudang sejak Ragil di penjara bisa mengakses gudang toko emas itu. Ada lima lemari besi yang berjajar dengan satu br
Bunga baru saja tiba di bandara setelah bekerja di Jakarta selama beberapa hari. Di dalam salah satu kopernya sudah penuh dengan oleh-oleh untuk Mawar, Bu Rati, keluarga serta semua karyawannya yang bekerja sebagai guru di bimbingan belajar milik Bunga. Ia sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah karena sudah rindu dengan Mawar dan Bu Rati. Bunga naik ke dalam salah satu taksi yang ada di depan bandara. Karena butuh waktu dua jam untuk tiba di desanya, Bunga memutuskan untuk tidur. Melanjutkan tidur di dalam pesawat yang sempat tertunda saat ia turun tadi. Saat terbangun, langit sudah berubah menjadi gelap. Adan maghrib terdengar bergema dari masjid di desanya. Bunga mengambil hp dari dalam tas untuk mengirim pesan pada Bu Rati jika sebentar lagi ia akan sampai ke rumah. Tiba-tiba Bunga memikirkan tentang pertemuan keduanya dengan Arum yang juga terjadi secara tidak sengaja. Saat ia dan teman-temannya di traktir makan oleh staff Pak Rano di salah satu restoran di Jakarta. Ia tidak se
Bunga terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan sang putri. Haruskah Bunga jujur pada Mawar jika saat ini Ragil ada di dalam penjara? Atau haruskah Bunga berbohong pada Mawar untuk menutup aib Ragil sebagai Ayah Mawar? Biar saja Mawar tidak pernah tahu jika Ragil pernah di penjara. Saat Mawar sudah besar, dia akan mengerti sendiri."Bicara yang sejujurnya saja pada Mawar. Tapi, dengan bahasa yang sudah di perhalus." Bisik Bu Rati di telinga sang putri karena Bunga tidak kunjung menjawab pertanyaan Mawar."Ibu kok diam saja? Kenapa Ayah nggak bisa datang ke rumah ini lagi? Kenapa aku dan Ibu yang harus datang ke rumah Ayah?" Tanya Mawar lagi dengan memperjelas maksud pertanyaannya. Untuk anak seusianya, Mawar sering mengajukan pertanyaan kritis. Membuat Bunga harus memutar otak sebelum menjawab pertanyaan sang putri."Emm. Mawar tahu nggak kalau kita melakukan kesalahan harus di hukum." Mawar menganggukan kepalanya."Tahu kok Bu. Seperti Mawar yang akan di hukum berdiri d
Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m
Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida
Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal
Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah
Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan
"Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro
Perasaaan Arum menjadi semakin tidak tenang karena Andi sudah tidak bisa di hubungi lagi. Pria itu telah mengganti nomor telponnya. Entah sejak kapan karena Arum baru sempat menghubungi Andi pagi ini. Bukannya Arum merasa takut jika Andi akan meninggalkannya. Toh mereka tidak ada hubungan spesial apapun selain sebagai teman tidur. Arum hanya takut jika Sinta akan melaporkan hal ini ke polisi dengan pasal perzinahan. Dia sama sekali tidak mau di penjara.Karena merasa kalut, Arum mengambil hp lama yang ia simpan di dalam kotak dan di letakan di bagian paling bawah lemari. Hp itu berbunyi sebentar lalu akhirnya bisa hidup kembali. Jika Sinta memang akan membawa masalah ini ke jalur hukum, maka Arum harus minta bantuan pada mantan pacarnya yang kuliah di jurusan hukum. Kabar terakhir yang Arum tahu, mantan pacarny sudah menjadi pengacara di kota mereka.“Mudah-mudahan dia masih bucin sama aku. Jadi, mau nolong untuk kabur dari sini untuk sementara waktu.”Namun, bukannya langsung mencari
Ada pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Artinya semua hal buruk yang di tutupi pasti akan ketahuan juga. Serapat apapun kita mencoba untuk menutupinya. Mungkin hal itu juga yang di lupakan oleh Arum. Padahal hubungan terlarangnya dengan Ragil yang dulu ia kira bisa tertutup dengan rapi akhirnya ketahuan juga. Karena itulah kini Arum jadi lebih berhati-hati saat melakoni pekerjaan ini. Hanya saja ia lupa jika pekerjaan yang Arum lakoni pasti akan ketahuan oleh salah satu istri pelangganya. Seperti yang terjadi malam ini.Istri Andi yang bernama Sinta sudah mengendus sikap aneh suaminya sejak Sinta hamil. Hal itu bermula dari salah satu postingan temannya yang makan malam bersama suami di salah satu restoran terkenal. Suami temannya adalah rekan kerja Andi di kantor. Sinta terkejut karena Andi baru saja mengirim pesan jika ia dan semua rekan kerjanya di suruh lembur sampai tengah malam.Karena itulah Sinta mengirim pesan pada temannya tentan
Sinar matahari menyengat terik di Jakarta. Arum terbangun di kamar apartemennya yang mewah. Tangannya mengucek mata hingga terbuka. Terlihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Rambut Arum sangat berantakan karena ia baru tidur jam tujuh pagi dan bangun jam tiga sore. Ia lalu turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.“Jam berapa aku harus pergi malam ini?” Arum segera mengambil hpnya setelah selesai mandi.Bibirnya mencebik kesal saat membaca pesan masuk. Klien yang sudah membookingnya malam ini membatalkan janjial karena istrinya baru saja melahirkan. Arum melempar hpnya ke atas tempat tidur lalu duduk di kursi yang menghadap meja rias. Ia menyisir rambut lalu memakai make up natural karena Arum tidak berencana keluar malam ini.Drrtt… drrtt… drrttt….Panggilan telpon masuk membuatnya harus bangkit lagi. Rupanya teman sekaligus bosnya, Siska yang menelpon. “Halo Sis. Ada apa?”“Kita keluar yuk malam ini. Klien loh sudah ngirim pesan