"Aku tidak sembarangan bicara, apa yang terjadi pada istrimu adalah sebuah karma berat karena dia sudah melanggar dunianya, dan dia telah menghambat aku menguasai segalanya," balasnya masih menjelekkan Quesha di depan mata Nick. Nick tidak mau tinggal diam, tangannya segera mengepal dan ingin memukul sosok tersebut, dengan cepat kepalan tangan itu mengenai wajah sosok yang seharusnya bisa merasakan sakit atas emosi yang diluapkan oleh Nick, akan tetapi sosok tersebut menghilang dengan tiba-tiba. "Di mana dia?"Melihat ke kanan dan kiri tidak ada siapapun juga, Nick berusaha mencarinya lagi lebih teliti, tetapi tidak ditemukan sosok tersebut. "Kurang ajar! Aku sudah kehilangan sosok yang sudah menghina istriku yang paling aku cintai, tidak akan aku lepaskan jika berhadapan dengannya lagi, sekalipun dia bukan manusia."Kakinya melangkah sudah jauh dari tempatnya, dan terlihat jika Nick pergi dari rumah sakit, hanya nasib Quesha yang sudah dibius oleh para perawat di sana, matanya sud
Dunia seakan berubah untuk Quesha yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri di depan Nick ataupun dokter yang ada di rumah sakit itu setelah Nick menyuapi makanan pada wanita itu. "Pergi kalian! Aku tidak mau diganggu oleh siapapun juga! Aku tidak mau disentuh siapapun yang ada di sini!"Teriakan Quesha sangat terdengar keras membawa suasana dalam ruangan itu menjadi kacau balau. "Tenang sayang, kamu jangan mengamuk seperti ini, aku di sini untuk kamu. Aku tidak akan menyakiti kamu."Nick mendekati Quesha yang sedang ditangani oleh dokter di rumah sakit jiwa itu. Namun, Nick melihat istrinya sangat histeris tidak bisa mengendalikan diri. "Astaga, aku harus bersabar menghadapi semua ini," ucapnya segera memundurkan tubuhnya agar tidak terkena Quesha. Wanita itu disuntik obat penenang kembali, dalam beberapa langkah yang dilakukan dokter hanya menunggu suntikan penenang membuat Quesha tertidur pulas agar tidak melakukan hal-hal yang buruk. "Dokter, bagaimana Quesha?""Begini, s
"Sepertinya pasien nomor 12 sedang mengamuk lagi, kita harus memberitahukan kondisi ini pada dokter," kata salah satu perawat. "Ya, aku rasa pasien bermimpi buruk sehingga halusinasinya bertambah," balas perawat lainnya. Mereka berdua segera berlari ke ruangan dokter yang berjaga malam, ternyata sudah ada dokter itu untuk ke ruangan nomor 12 tersebut. "Keluarkan aku! Jangan kunci aku di sini!"Quesha mulai menyadari jika dirinya berada di ruangan tertutup yang asing baginya, tetapi dia mengetahui kalau itu rumah sakit. "Ada apa dengan aku yang dikurung di dalam tempat ini? Aku harus menghadapi Sunke penyihir matahari itu! Kenapa kalian mengurung aku?"Perkataan Quesha membuat dokter kebingungan, karena Quesha menyebutkan sesuatu yang diluar ucapan manusia tentang pangeran matahari. Dokter memutuskan untuk menunda melihat pasien sampai teriakan pasien selesai. Pagi hari ketika Nick sampai di rumah sakit jiwa tersebut, dia masih melihat istrinya yang tertidur pulas, sepertinya mem
"Diam!" Teriak Quesha masih berada di dekat Nick yang sekarang sedang mencari solusi agar istrinya bisa tenang kembali. "Tenang Quesha, aku tidak jahat padamu. Aku sayang sama kamu, kenapa kamu terus menyebutkan nama pangeran matahari di depan mata ku?" Tanya Nick ingin Quesha terbuka padanya walaupun dirinya tahu kalau istrinya sedang tidak sehat otaknya. "Kamu masih bicara? Jelas kamu adalah pangeran matahari yang serakah dan tidak tahu rasa berterima kasih! Bicara apa pun padaku tidak akan mengubah keputusan aku untuk membunuhmu, Pangeran!" Bentak Quesha mendekati Nick dengan penuh amarah. "Tahan Quesha. Kamu akan menyesal jika melakukan sesuatu yang fatal pada suamimu sendiri," kata Nick memberitahu pelan-pelan. Quesha tidak memperdulikan apa pun lagi kecuali dirinya bisa memusnahkan pria di depannya yang dia kira adalah pangeran matahari. "Sudahlah diam! Aku akan pastikan kamu musnah seperti debu," kata Quesha memastikan itu. Tangan dan kaki Quesha seperti mengeluarkan tena
"Di mana aku?" Tanya Quesha menatap sekitarnya seperti tidak asing lagi, di sana terlihat ada beberapa tongkat palsu yang melambangkan rembulan. "Kerajaan rembulan, berarti aku telah pulang ke rumahku sendiri, sementara apa yang terjadi padaku sebelumnya?"Quesha bangun perlahan dengan rasa penasaran yang membawanya ingin mencari tahu apa yang terjadi? Tangannya mengambil sebuah tongkat sihir milik ibunda ratunya yang dia simpan dengan sangat sempurna sampai tidak ada lecet sedikitpun. "Ibunda, sebenarnya ada apa dengan aku dan Kerajaan ini? Apa aku berbuat suatu kesalahan besar sehingga semesta menghukum aku tanpa sedikitpun memberikan orang-orang terdekatku hidup? Katakanlah ibunda ratu, aku kesepian dan tidak tahu harus melewati ini sendirian tanpa ibunda," lirihnya meratapi nasibnya yang tidak jelas ini, dia seperti tidak memiliki hidup yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Karena Quesha masih ingin mengetahui apa yang ada di sana, kakinya berdiri dan berjalan ke arah ruang
Nick beranjak dari sana dan pulang untuk beristirahat malam ini, semenjak istrinya tidak pernah muncul lagi, dirinya seakan kehilangan semangat. "Quesha, kamu di mana sayang?"Pria itu terus mengatakan hal yang serupa sampai matanya benar-benar terpejam ketika jam telah menunjukkan tengah malam. Dan di dunia Rembulan yang masih tidak bisa dikendalikan oleh Quesha, dia terpojok dalam kekuatan Sunke yang luar biasa, penyihir yang satu itu memiliki sumber kekuatan sihir yang bisa menghidupkan dirinya lagi dari kematian, apalagi hanya sebatas luka akibat serangan Quesha. "Lihat dirimu sekarang Quesha, tidak ada yang akan menyelamatkan diri kamu dari apa pun juga, dan kamu bisa lihat sendiri betapa aku sangat berkuasa atas kekuatan sihir ku."Dengan angkuhnya Sunke menyombongkan diri di depan Quesha yang sudah sangat lemah setelah bertarung dengannya lagi. "Sunke! Aku tidak akan memaafkan kamu setelah ini, tenagaku akan pulih jika Rembulan menyelamatkan aku dari kekuatan jahat mu.""Ja
"Dari sini!" Quesha sudah keluar dari ruangan yang menjadi tempat penyekapan dirinya. Quesha melihat Sunke sedang duduk di tempat singgasana miliknya sendiri, ada beberapa dayang yang melayani Sunke untuk menyuapi buah ke mulutnya. "Dasar penyihir gila! Aku akan membunuhmu setelah aku mendapatkan jawaban atas ingatan aku yang telah hilang," ucapnya pelan. Langkah kakinya menuju pintu depan kerajaan matahari yang tidak bisa dilewati begitu saja sebelum dirinya mendapatkan izin dari sang pangeran. "Sepertinya ada penyihir nakal yang ingin melarikan diri dari aku!" Sunke mengetahui karena dia bisa merasakan jika pintu gaibnya telah disentuh penyihir. "Gawat! Sunke bisa tau aku ada di sini, bagaimana ini aku bisa mati kalau terus berdiri di sini, apa yang harus aku lakukan?"Quesha berbalik badan dengan terkejutnya melihat ada Sunke di sana, "Sedang apa kamu?" Tanyanya dengan tatapan menakutkan. "A-aku hanya berdiri sini untuk melihat keluar kerajaan ini, rasanya gerah ingin melarik
Sunke mengejar Quesha yang masih ada di dunia pera penyihir, sepertinya semua berpihak pada Sunke yang menguasai kerajaannya sendiri. "Mau ke mana kamu, Quesha?" Tanya Sunke sudah ada di depan wanita itu. "Kamu! Kenapa kamu terus mengikuti aku dengan cara seperti itu? Apa kamu tidak mau melepaskan aku dan berhenti berharap kalau semuanya akan berakhir?!"Quesha dengan sendirinya berbicara demikian agar menyadarkan Sunke jika semuanya salah, tetapi pria itu tidak mau mendengarkan apa pun selain dirinya sendiri. "Pulang dan jangan banyak bicara lagi, Quesha! Kamu adalah milik aku, tidak akan aku biarkan kamu lari dari genggaman aku walaupun itu hanya satu hari."Tangannya mengeluarkan sihir yang luar biasa panas mengarah pada Quesha yang ternyata sedang melihat dengan jelas apa yang ingin di lakukan Sunke. "Rasakan!""Oh, tidak. Dia mulai menyerang!"Quesha merasakan seluruh tubuhnya sangat panas dan dibuat kehilangan cahaya rembulan yang melekat ditubuhnya dengan kekuatan matahari.