"Dari sini!" Quesha sudah keluar dari ruangan yang menjadi tempat penyekapan dirinya. Quesha melihat Sunke sedang duduk di tempat singgasana miliknya sendiri, ada beberapa dayang yang melayani Sunke untuk menyuapi buah ke mulutnya. "Dasar penyihir gila! Aku akan membunuhmu setelah aku mendapatkan jawaban atas ingatan aku yang telah hilang," ucapnya pelan. Langkah kakinya menuju pintu depan kerajaan matahari yang tidak bisa dilewati begitu saja sebelum dirinya mendapatkan izin dari sang pangeran. "Sepertinya ada penyihir nakal yang ingin melarikan diri dari aku!" Sunke mengetahui karena dia bisa merasakan jika pintu gaibnya telah disentuh penyihir. "Gawat! Sunke bisa tau aku ada di sini, bagaimana ini aku bisa mati kalau terus berdiri di sini, apa yang harus aku lakukan?"Quesha berbalik badan dengan terkejutnya melihat ada Sunke di sana, "Sedang apa kamu?" Tanyanya dengan tatapan menakutkan. "A-aku hanya berdiri sini untuk melihat keluar kerajaan ini, rasanya gerah ingin melarik
Sunke mengejar Quesha yang masih ada di dunia pera penyihir, sepertinya semua berpihak pada Sunke yang menguasai kerajaannya sendiri. "Mau ke mana kamu, Quesha?" Tanya Sunke sudah ada di depan wanita itu. "Kamu! Kenapa kamu terus mengikuti aku dengan cara seperti itu? Apa kamu tidak mau melepaskan aku dan berhenti berharap kalau semuanya akan berakhir?!"Quesha dengan sendirinya berbicara demikian agar menyadarkan Sunke jika semuanya salah, tetapi pria itu tidak mau mendengarkan apa pun selain dirinya sendiri. "Pulang dan jangan banyak bicara lagi, Quesha! Kamu adalah milik aku, tidak akan aku biarkan kamu lari dari genggaman aku walaupun itu hanya satu hari."Tangannya mengeluarkan sihir yang luar biasa panas mengarah pada Quesha yang ternyata sedang melihat dengan jelas apa yang ingin di lakukan Sunke. "Rasakan!""Oh, tidak. Dia mulai menyerang!"Quesha merasakan seluruh tubuhnya sangat panas dan dibuat kehilangan cahaya rembulan yang melekat ditubuhnya dengan kekuatan matahari.
Sekarang Quesha hanya bisa menerima perlakuan Sunke kepada dirinya yang menurutnya membuat dirinya tidak nyaman."Lihat nanti malam ini Quesha, kamu akan menerima aku sebagai suamimu yang tidak akan membiarkan kamu pergi jauh lagi."Dari sekian penderitaan Quesha, kali ini yang terparah karena tidak ada yang membantunya walaupun itu kekuatannya sendiri."Aku akan membalas segala yang terjadi Sunke! Sampai kamu nekad dengan rencana awal mu mempermainkan pernikahan, maka aku akan membuat kamu tidak bisa bernafas lagi, aku pun juga tidak tau apa yang harus aku lakukan kalau terus kalah kekuatan darimu," katanya dalam hati yang sekarang sedang tidak mau menerima keadaan jika dirinya memang sudah kalah dari Sunke.Quesha diam sekarang, masih melihat tingkah laku Sunke yang begitu kurang ajar mencoba menyentuh wajahnya dengan bibir. "Halus dan lembut, mungkin jika satu kecupan mendarat kamu akan suka sayang."Sunke begitu memperhatikan kecantikan yang ada pada Quesha. Wanita itu memang tid
Akhirnya Sunke hangus terbakar oleh mantra Quesha yang luar biasa, tetapi ada yang dirasakan wanita itu ketika selesai membakar Sunke. "Oh, tidak! Kenapa seluruh tubuhku menjadi hitam?" Tanyanya sendiri melihat bagian tubuh tangan dan kakinya memang sudah berubah hitam. Quesha semakin panik, dia segera menggosokkan tangannya untuk menghilangkan warna hitam di seluruh tubuhnya, dan dia ingin melihat wajahnya di depan cermin ajaibnya. "Tidak mungkin! Apa yang terjadi dengan aku menjadi hitam seperti ini? Kenapa badanku seperti terbakar setelah melenyapkan Sunke? Ini tidak boleh terjadi, aku mau seluruh tubuhku kembali seperti dulu," ucapnya di depan cermin yang masih belum menerima kenyataan. Quesha berjalan ke arah kamar ayahandanya yang sekarang berubah drastis, dan dia mengubahnya menjadi seperti dulu, sedikit mantra untuk mengubahnya, bahkan dia pun belum mengubah kamarnya sendiri seperti dulu lagi. "Aku harus mencari tau apa yang terjadi dengan tubuhku setelah kematian Sunke,
"Ibunda, aku tidak memiliki suami seperti pemuda itu, kita beda alam dan aku juga tidak bisa tinggalkan rembulan hanya demi menyebutnya suamiku," balas Quesha tidak begitu saja menerima penjelasan ibundanya. "Percayalah pada ibunda yang selama ini berkata jujur padamu sayang, dan tanya pada hatimu yang bisa melihat pemuda itu begitu tulus mencari kamu sampai sekarang, ibunda yakin kamu bisa merasakan itu," kata ibunda yang sedang meyakinkan anaknya. Senyuman sang ibunda membuat Quesha terdiam seolah dirinya memang percaya jika pemuda itu memang suaminya yang dijelaskan ibundanya. "Ibunda, tidak mungkin! Aku tidak akan bisa terima pemuda selain penyihir di sini, aku rasa ini hanyalah mimpi," ucap Quesha sudah membuka mata ketika dirinya menyadari jika memang mimpi itu sangat nyata. "Mimpi!"Quesha mengubah posisinya menjadi duduk dan melihat sekitar kamarnya mengingatkan masa kecilnya dulu yang selalu manja pada ibundanya. "Di tempat ini aku bisa bersama dengan ibunda ratu, begitu
Quesha melihat kesedihan Nick meratapi nasibnya yang sebatang kara dengan hilangnya anak dan istri, dia tidak bisa mengingat apa yang dikatakan Nick itu. "Aku harus kembali ke rembulan sampai besok pemuda baik, aku akan datang lagi," ucapnya segera menghilang. Nick masuk ke dalam rumah, malam semakin larut hingga dirinya harus beristirahat sama seperti Quesha yang harus mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. "Pemuda itu luar biasa, aku belum pernah melihat manusia sebaik dia, dan wajahnya jauh lebih baik daripada Sunke yang sangat menjijikkan," ucapnya sedang membandingkan. Quesha terpejam, dia tidak mau lama-lama terjebak dalam malam hari sedangkan dirinya ingin segera datang lagi ke bumi untuk bertemu dengan Nick. Pagi di mana dirinya harus turun kembali ke bumi untuk bertemu dengan Nick dengan niat untuk mencari tahu siapa Nick sebenarnya? "Hay, apakah aku boleh meminta buah kamu lagi?" Tanya Quesha masih sangat pagi meminta buah pada Nick. Nick tidak menatap sinis wanita yan
Quesha membuang wajahnya seolah dirinya menyadari sesuatu jika ucapannya membuat pemuda itu kebingungan dan bertanya padanya. "Maksudnya aku, sedang memberikan kamu semangat," katanya lalu berdiri. "Oh, begitu. Baiklah, setelah ini kamu mau ke mana?" Tanya Nick lagi ingin tau tujuan wanita ini. "Entahlah aku mau ke mana, tapi aku harus pergi, tidak mungkin aku berada di sini terus untuk memakan buah-buahan mu, nanti habis."Nick juga tidak mungkin memasukkan wanita asing ke dalam rumahnya, dia menganggukkan kepala pada wanita yang ingin pergi itu. Setelah wanita itu pergi dari dirinya, Nick merasakan jika dirinya seperti kehilangan sesuatu. "Kenapa aku ingin wanita itu ada di sini terus ya? Apa aku tertarik padanya? Apa aku seperti ini hanya mengingat istriku Quesha?"Nick sendiri bingung dengan apa yang dirasakannya setelah kedatangan wanita itu sudah dua hari ini. Pemuda itu mulai masuk kembali ke dalam rumahnya dan mengambil beberapa baju yang pernah digunakan oleh Quesha. "D
"Boleh ya, aku tidak akan merepotkan kamu, bila perlu aku bisa bekerja untuk kamu di sini," kata Quesha memohon. "Kerja?""Benar, aku akan bekerja di perkebunan buah milikmu yang cukup luas itu, apakah kamu mau menerima aku menjadi pegawai?""Iya, kamu bisa bekerja di sini dan tinggal bersamaku, aku akan tempatkan kamu di sebelah, apakah kamu mau?"Nick menawarkan tempat sebelah di mana dirinya tidak akan terkena fitnah tetangga jika tinggal bersama wanita yang bukan istrinya. "Tidak masalah, itu cukup untuk aku, tapi di sebelah tempat siapa?""Di sebelah tempat aku juga, sebenarnya aku ingin menggabungkan rumah itu dengan rumah utama aku ini, tapi belum waktunya. Uangku masih harus diputar untuk modal," balas Nick. "Oh, baiklah. Aku sangat senang bisa diterima di sini," kata Quesha menjadi sangat canggung. Kebaikan Nick membawa Quesha tidak mau naik lagi ke rembulan, entah apa yang dirasakan pada hatinya yang bergetar saat berada di dekat Nick. "Kalau begitu aku akan ambilkan du