"Di mana, Quesha?"Nick bangun dari sana, dia mencoba mencari ke setiap sudut rumah keberadaan istrinya, tetapi tetap tidak ada. Padahal Quesha ada di sana, dia menggunakan sihirnya agar tidak terlihat oleh suaminya. "Maafkan aku, Nick. Kamu tidak akan mengerti apa yang aku rasakan, kamu adalah anak dari keturunan manusia penyihir yang sudah membunuh ibuku."Air mata Quesha mengalir, dia meratapi nasib dirinya yang sudah berjalan, ada sesuatu yang dirasakan Quesha terhadap Nick, yaitu Nick berbeda dari apa yang dia pikirkan sejak awal turun ke bumi. "Quesha, kamu di mana? Jangan bilang kamu pergi lagi dari aku, sungguh aku tidak mampu hidup tanpamu, di sini aku hanya memiliki kamu seorang, kembalilah sayang."Nick merintih di ruang tengah, sedangkan Quesha masih berdiri di depan Nick yang sedang menangis, begitu juga Quesha tidak kuasa menahan air matanya yang mengalir karena Nick sangat tulus menginginkan dirinya ada di sana. "Nick, tolong jangan menangis lagi, aku ada di sini be
"Bagaimana bisa kamu melakukan ini pada kerajaan rembulan?"Sang rembulan mempertanyakan pada Sunke yang masih bersikeras merebut Quesha untuk dijadikan istrinya yang ke tiga. "Itu adalah caraku melampiaskan marah setelah menerima penolakan, serta pengkhianatan seorang rembulan dan anaknya yang lebih mementingkan suaminya yang di dunia manusia."Sunke sudah menjawab jujur atas kedatangannya itu, dia tidak mau basa-basi pada calon mertuanya yang selama ini diharapkan akan bertekuk lutut untuk menjadi penyihir di bawah kendalinya. "Jadi, benar. Kamu yang melakukan ini?""Sudah aku bilang tadi, benar aku yang melakukannya," jawab Sunke. "Kurang ajar! Kamu pantas menerima balasan dari aku! Pangeran matahari yang tidak tahu diri!""Apa balasan bagi penyihir yang sudah membantumu mendapatkan semua ini? Apakah kamu tidak ingat semuanya, sang rembulan yang tidak tau terima kasih."Betapa Sunke kembali mengungkit apa yang sudah diberinya, termasuk pada kedudukan yang sekarang diterima sang
"Nick, untuk apa kita ada di dalam ruangan ini? Apa tidak bisa kita pergi ke kamar aku?""Tidak! Sungguh aku tidak mau pergi ke kamar kamu."Beberapa saat ketika Quesha melihat lagi ke arah samping, ada tempat persembahan yang begitu rapih, otaknya mulai aktif untuk berpikir apa yang terjadi di sana. "Nick, bisakah kamu membawaku keluar dari sini?""Aku rasa tidak mungkin, karena aku mau kita tetap ada di sini.""Kenapa Nick?""Mungkin kita harus istirahat di sini berdua, aku mau selalu bisa bersama denganmu, apa itu tidak boleh?""Boleh Nick, tapi tempat ini tidak nyaman untuk beristirahat, berdebu juga, aku lebih menyukai kamarku sendiri."Quesha masih meminta pada Nick palsu itu untuk pergi dari sana. Tetapi, tidak diperbolehkan. "Tenanglah Quesha, ada Ayahanda mu yang akan menemani juga, kamu tidak perlu repot-repot.""Nick, kenapa harus ada Ayahanda?"Quesha baru menyadari sesuatu yang aneh, karena Nick mau Ayahanda ada di sana, bukankah mereka akan tidur berdua. "Ayahanda mu i
"Quesha, kamu jangan sembarangan berbicara. Cobalah kamu hirup kembali aroma tubuhmu ini, pastinya kamu sudah mengenalnya bukan? Semua masih sama seperti dulu."Sunke tidak mau kecurigaan Quesha membuat dirinya kehilangan kesempatan untuk menyentuh wanita itu. "Nick, aku sangat yakin dengan yang satu ini, karena kita selalu tidur bersama, dan aku menyukai aroma tubuhmu yang biasanya, sungguh aku tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran kamu Nick, dan kenapa juga kamu mengajak aku ke kerajaan ini? Aku tidak memahami, kamu berubah Nick."Quesha sepertinya yakin jika itu bukan suaminya, dia merasakan otaknya sedang berputar untuk mengingat kapan terakhir dirinya bertemu dengan Nick. Tetapi, semua itu tidak bisa di ingatnya. "Quesha! Cukup kamu selalu memancing pertanyaan yang mencurigai suamimu sendiri, sudahi semua itu. Biarlah aku menggunakan aroma ini sampai nanti pagi, izinkan aku menyentuhmu kali ini.""Kali ini? Bukankah kita selama ini sudah pernah?""Baru tadi aku bilang pa
"Nick, apa kamu ada di dalam?"Sungguh Quesha melupakan satu hal, tentang sihir yang membuat suaminya pingsan. Quesha menggunakan sihir untuk membuka pintu, ada beberapa barang yang masih berjatuhan di depannya, kini dia ambil untuk diletakkan kembali ke tempatnya. "Nick, kamu belum sadar?"Quesha hanya berdiri di depan suaminya yang masih terkapar, dia menghela nafas dengan mengayunkan tangannya yang masih memegang tongkat sihirnya. "Bangunlah Nick, kamu harus sadar sebelum aku akhirnya akan menangis."Quesha tidak mau kalau nanti dia banyak menceritakan tentang kejadian tadi, karena tidak mungkin Nick memahami dunianya yang lain dari suaminya. "Nick, apakah kamu bisa jadi penyihir seperti aku? Sungguh banyak beban yang aku pendam sendiri, di sini aku hanya perlu kamu menjadi sandaran ketika aku rapuh dan berpikir tidak memiliki siapapun."Quesha menitikkan air mata, pikirannya penuh dengan hal-hal buruk mengenal Ayahanda dan Sunke. Seketika sihirnya sudah bereaksi pada Nick. "D
"Haruskah aku percaya pada Ayahanda? Atau memang aku ini hanya alat yang Ayahanda gunakan untuk mendapatkan semua itu?"Quesha masih mencari jawaban langsung dari Ayahandanya, walaupun sebenarnya Quesha mulai sedikit percaya atas surat tersebut. "Semua sudah jelas ada di dalam surat itu, dan kamu masih mau menolak permintaan Ibunda mu?""Tidak pernah sekalipun aku menolak permintaan Ibunda Ratu. Aku hanya terheran, kenapa Ibunda menyerahkan kepada Ayahanda, sedangkan sebuah kebenaran yang tertulis dalam keturunan penyihir itu adalah aku, maka aku sulit mempercayai ini."Quesha masih mengira jika ini sebuah permainan Ayahandanya yang ingin menguasai kerajaannya. "Ayahanda tidak tau harus bagaimana menghadapi kamu, kalau kamu tidak memenuhi apa yang Ibunda mu mau, maka kamu termasuk menentang kemauannya.""Sudahlah Ayahanda, jangan berbohong pada putrimu ini, apakah semua ini hanyalah tipu daya yang Ayahanda buat untuk menguasai kerajaan?"Quesha masih mendesak agar Ayahandanya bisa b
Sang rembulan yang begitu menginginkan persembahan itu masih mengincar putrinya. Akan tetapi masih berseteru dengan Quesha yang menolak semuanya. "Ayahanda. Aku rasa cukup! Jangan membuat anakmu ini semakin marah!""Ayahanda hanya menginginkannya sekali, anggaplah semua ini sebagai jasa balas budi mu terhadap Ayahanda yang sudah membesarkan kamu sampai hari ini.""Membesarkan untuk dibuang ke bumi? Lalu, Ayahanda menikahkan aku dengan manusia dengan sihir cinta yang seharusnya tidak dipergunakan di dunia sihir, semua itu dilarang Ayahanda. Kemudian Ayahanda ingin aku menyetujui jika nyawaku ditukar dengan jasamu yang telah besarkan aku? Ingatkah Ayahanda bukan penguasa yang sebenarnya? Di sini aku adalah keturunan kerajaan sihir yang sesungguhnya."Quesha menegakkan kepalanya, tanda jika dirinya ingin terlihat kuat di depan Ayahanda yang sudah memintanya untuk mati. "Kamu salah Quesha! Akulah penyihir yang pantas dijadikan penguasa Raja pada kerajaan rembulan, di sana termasuk singg
"Aku tidak menyembunyikan sesuatu, apakah ada yang perlu aku bantu? Kamu membutuhkan sesuatu?""Tidak ada, mungkin aku mau istirahat," jawab Nick. "Kamu tidak mau pergi ke laut?"Quesha membuat sedikit obrolan agar Nick tidak menengok ke belakang, dan mantra sudah bekerja, sehingga punggung Nick penuh dengan cahaya dari tongkat Quesha."Eh, kenapa tubuhku kembali sehat? Ada yang aneh," ucap Nick pada Quesha. "Benarkah? Bagus kalau memang kamu bisa sehat, itu artinya kamu bisa bekerja kembali. Aku tidak mau sampai hari ini kita berdua tidak makan, carilah sedikit ikan untuk kita bisa membeli makanan.""Baiklah Quesha, aku akan berangkat. Asalkan kamu tidak mengikuti aku, sungguh aku tidak bisa membiarkan kamu kedinginan di laut.""Bukankah ini belum malam, Nick?""Aku pulang menjelang malam, aku tidak mau kamu terlalu lelah.""Baik, aku akan di sini menunggu kamu, Nick. Jangan sampai mengecewakan aku tidak membawa ikan ya," balas Quesha memegang bahu suaminya. "Iya, sayangku. Tunggu