Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 1 : Dikeluarkan dari Sekolah"Diyya positif hamil," ucap Bu Ayu sang guru BK sambil menyodorkan bukti pemeriksaan dari Bidan.Astaga, hatiku seperti dihujam pisau tajam. Ini bagai mimpi. Sandiyya, muridku yang pendiam di kelas, juga cerdas itu."Apa ini gak salah?" Aku mencoba mengontrol debaran jantung sambil memegang kertas itu dengan tangan gemetar."Ini benar, Bu Endang. Sandiyya murid kelas VIII B itu positif hamil enam bulan. Ternyata sakit mag yang diakunya selama ini, itu hanya kebohongan," ujar Bu Ayu.Aku jadi teringat Sandiyya yang selalu izin ke UKS dengan mengaku sakit. Pagi-pagi ia selalu mengaku pusing dan mual karena gejala penyakit mag katanya. Aku tak pernah menaruh curiga waktu itu.Kupegangi kepala yang mendadak terasa berdenyut sebelah. Aku masih tak percaya akan kenyataan ini, sungguh tak masuk diakalku. Murid sepintar dia bisa melakuka hal ini."Terus Diyya mana?" tanyaku sambil menarik napas panjang."Sudah kami antar pulang d
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 2 : MirisBayangan akan penderitaan Diyya masih saja berkelebat di kepalaku. Entah kenapa, aku terus memikirkannya. Padahal ini bukan kali pertama ada siswa dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan hamil.Kasus Diyya berbeda, dia hamil tanpa diketahui siapa ayahnya. Setahun yang lalu juga ada siswa kelas IX yang ketahuan hamil, tapi langsung dinikahkan sebab dia melakukan perbuatan haram itu bersama pacarnya yang beda sekolah. Lalu ada kasus juga beberapa tahun silam, dia hamil sama suami orang dan dinikahi tapi jadi istri kedua.Lamunanku buyar kala melihat Mas Bilal memasuki kamar. Buru-buru kuhapus air mata yang ternyata sudah menggenang tanpa sadar."Ada apa, Dek?" tanya Mas Bilal sambil membuka kemejanya."Gak ada apa-apa. Mas udah makan belum? Biar Adek siapkan makanan," jawabku sambil beranjak dari tempat tidur."Gak usah, Mas udah makan di luar.""Oh, ya sudah." Aku kembali duduk di tempat tidur.Setelah berganti pakaian, Mas Bilal berbaring d
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 3 : MenyesalSetelah membuatkan sarapan untuk Mas Bilal, kutemani ia duduk di depan meja makan. Lalu menyiapkan bekal untuknya. Tempat kerja yang lumayan jauh, mengharuskan ia berangkat pagi-pagi sekali sebelum jalanan macet. Dia mengelola perusahaan tambang minyak warisan keluarga."Mas berangkat dulu, Dek. Hati-hati di rumah! Ingat, jangan terlalu ikut campur dengan urusan anak muridmu itu. Sebaiknya antar dia pulang pagi ini juga!" ucapnya ketika memasuki mobil.Aku hanya mengangguk, tak kuasa membantah omongan pria brewokan itu walau sebenarnya keinginanku jauh berbeda dengan perintahnya."Mas hati-hati di jalan!" Aku melambaikan tangan padanya lalu masuk ke rumah setelah mobilnya sudah tak kelihatan lagi.Kubawa sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat menuju kamar tamu yang ditempati Diyya. Kuketuk pintunya, lalu masuk. Gadis kecil itu buru-buru bangun dari tempat tidur dan tersenyum ke arahku."Selamat pagi, Cantik. Sarapan dulu, yuk!" sap
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 4 : Mendatangi KepsekSebelum menuju sekolah, kubelokan sepeda motor ke arah rumah Sandiyya. Tak mengapa datang agak siang, lagipula jam mengajarku hari ini cuma ada di jam terakhir saja. Aku harus bisa memberikan pengertian pada wanita khalaf itu, jiwanya tidak beres. Seenaknya saja mau membunuh darah daging sendiri. Dikira binatang apa, masih banyak wanita lain yang tak dikaruniai anak.Kuparkirkan sepeda motor di depan rumah sederhana itu, lalu mengucap salam. Tak ada sahutan dari dalam, pintu rumah juga tertutup rapat."Cari siapa, Mbak?" Dua orang wanita paruh baya menghampiriku."Yang punya rumah ada gak ya, Bu?" tanyaku sedikit bingung menjawab pertanyaannya sebab aku tak tahu nama dari Ibuk Sandiyya."Oh, Suryati jam segini masih kerja, Mbak. Sore atau malam baru ada di rumah," jawab wanita yang berjilbab panjang tapi berdaster cuma di bawah lutut."Iya, dia buruh cuci keliling dari rumah ke rumah gitu," timpal wanita yang tidak berjilbab, de
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 5 : Cacian SuryatiAku tersenyum mendengar penuturan dari Pak Yoga, kenapa tidak kepikiran begitu olehku. Ah, ini benar-benar angin segar buat Sandiyya. Aku harus terus mensupport anak itu untuk terus melanjutkan pendidikannya. Akan kubuktikan kepada semua orang, anak-anak yang terperosok karena miskinnya moral tetap bisa berjaya asalkan ada kemauan dan usaha. Kekhilafannya harus dibayar dengan kegigihan untuk mau memperbaiki kesalahan."Terima kasih, Pak, saya permisi," ucapku dengan rasa bahagia tak terhingga, kusalami Pak Yoga dan keluar dari ruangannya.Ada sedikit rasa lega di hati ini, aku sudah mendapatkan pencerahan untuk jalan pendidikan Sandiyya. Tak apa hanya pendidikan Paket, yang penting ia bisa dapat ijazah dan melanjutkan ke SMA nanti.Siangnya, setelah keluar dari kelas, aku masih duduk di ruang guru. Kubuka aplikasi Kojek untuk dilevery makanan di restoran padang. Setelah itu kutelepon Sandiyya untuk membukakan pintu jika si abang koj
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 6 : Dijemput PaksaTiga hari sudah Sandiyya menginap di rumahku dan selama itu pula Mas Bilal terus mendesak untuk segera mengantarnya pulang."Mas, tolonglah ... biarkan Sandiyya tetap di sini beberapa hari lagi," bujukku sambil mengelus punggung pria berotot itu."Dek, baik sama orang itu boleh saja tapi jangan terlalu memasuki ranah kehidupan pribadi seseorang. Mas gak mau kebaikan kamu malah disalahgunakan dan nanti akan menimbulkan masalah baru.""Maksud Mas gimana?""Intinya Mas sangat tidak mendukung keputusan kamu menampung Sandiyya di sini. Dia masih punya ibu, orang yang lebih berhak atas kehidupannya!" tegasnya lagi."Ibunya itu kejam, Mas. Endang takut Sandiyya makin tertekan kalau diantar pulang. Kasihan bayinya kalau sang ibu terlalu stres," ucapku dengan nada memelas, berharap Mas berkumis itu luluh."Bisa jadi panti sosial rumah ini kalau setiap siswamu yang hamil dibawa pulang," lirihnya sambil berjalan menuju kamar mandi.Ah, Mas Bil
Siapa yang Menghamili Muridku Bab 7 : Ide Gila Mas Bilal kembali dari dapur sambil membawa dua piring makanan, pria brewokan itu hobi memasak pas hari minggu begini. "Mas bikin bakso bakar, Sayang, ayo makan!" ucapnya sambil meletakkan piring berisi bulatan bakso yang sudah ditusuk seperti sate. Baunya enak sekali, Kalau Diyya masih ada di sini, pasti bakalan senang dia. Aku hanya diam. Pikiran masih berkecamuk, melayang ke mana-mana, masih mencari cara untuk menghindari pernikahan paksa itu. "Mas .... " panggilku pada pria berotot itu. "Hemmm .... " Dia menatapku sekilas. "Sandiyya mau dinikahkan ibunya sama pria yang tadi, Mas," lirihku sambil menyeka air mata. "Bagus dong, berarti kamu gak perlu berpikir keras lagi. Masalah sudah beres," jawabnya sambil mengunyah. "Tapi, Mas ... pria itu mesum, tukang kawin ... pokoknya gak benarlah ..... " "Itu sudah keputusan ibunya, dia yang paling berhak menentukan nasib anaknya." "Kasihan Sandiyya, Mas. Dalam
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 8 (POV Sandiyya 1)“Awas kamu kalau berani kabur-kabur lagi!” Ibuk mendorongku masuk ke kamar.“Aggh ... sakit, Buk!” rintihku saat terjatuh ke lantai kamar.“Jangan cengeng kamu, gitu aja mau nangis! Jual diri saja kamu happy-happy saja. Dasar anak tidak berguna!” Ibuk mendorong kasar kepalaku hingga membentur dinding.“Udah, Bu, jangan siksa Diyya lagi!” Aku berusaha menghindar dari pukulan bertubi-tubinya.Ibu berhenti memukuliku, napasnya terlihat terengah-engah. Dengan wajah yang merah padam, ia keluar dari kamar dan membanting pintu dengan sangat keras.Dengan sambil menghapus air mata, aku naik ke atas tempat tidur dan duduk selonjoran, sambil memegangi perut yang semakin hari semakin membuncit ini. Walau sedalam apa pun penyesalanku, semuanya takkan kembali seperti dulu. Aku sudah hancur tanpa sisa, bahkan takkan bisa mengumpulkan serpihannya.Kuhapus air mata, sembari mengeluarkan barang paling berharga dalam hidupku sebab mendapatkan perlu
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 59 : Tamat“Selama, Sandiyya, kamu berhak atas nilai ‘A’ dalam skripsimu ini.” Dosen pembimbing menyalamiku.Ya Allah, air mata kebahagiaanku jatuh tak tertahan, aku tak menyangka kalau akan mendapatkan nilai terbaik. Aku langsung melakukan sujud syukur.“Selamat, ya, Sandiyya. Semoga gelar Sarjana Pendidikan ini bisa kamu manfaatkan sebagai mana mestinya!” Kepala Jurusa Prodi Matematika memasangkan tanda lulus yang bertuliskan “Sandiyya, S,Pd” di bahuku, seperti putri Indonesia tampilanku saat ini, senang tak terkira hatiku.Air mata masih tak dapat kutahan, aku tersenyum senang dan menyalami dua dosen penguji, dosen pembimbing juga Kepala jurusan.“Sayang, selamat, ya.” Om Egi menyalamiku saat ruangan mulai sepi, para dosen sudah keluar dari ruangan sidang.“Makasih, ya, Mas, semua ini tak lepas dari dukungan kamu, Bu Endang, Ibuk juga anak-anak. Aku persembahkan keberhasilan ini kepada kalian,” jawabku sambil menerima uluran tangannya.“Kita pulan
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 58 : LegaSaat membuka mata di pagi hari, aku merasa semua drama yang terjadi semalam adalah mimpi. Akan tetapi, pria yang masih terlelap di sampingku ini membuatku yakin kalau hal semalam adalah nyata adanya.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menarik napas lega, hati ini terasa berbunga-bunga saat ini. Nggak nyangka saja, kalau kini aku telah resmi menjadi istri Om Egi. Melani, dia wanita tegar, yang rela mundur dari pernikahannya. Aku berhutang budi kepadanya, kalau bukan karena dia, aku tak yakin bisa menikah Papa dari putraku itu.“Selamat pagi, Sayang.” Sebuah pelukan serta ciuman mendarat di dahiku.Aku menoleh dan menahan senyum, sedikit malu juga sebab pagi status kami tak lagi seperti kemarin lagi.“Saya mau mandi dulu,” ujarnya sambil melepaskan pelukannya dariku lalu turun dari tempat tidur.Aku mengangguk lalu melipat selimut juga merapikan bantal. Jadi kangen dengan anak-anak, sedang apa mereka dan di mana? Kuraih ponsel dan melak
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 57 : Trauma“Terima kasih, ya, Tante Melani. Diyya janji akan selalu mengingat pesan ini, terima kasih juga atas—“ Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ini, hanya air mata yang kembali menjawab semua ini.“Iya, sama-sama, saya mengerti, semoga kalian selalu bahagia.” Melani melepaskan pelukannya.Bu Endang menghampiri Melani dan memeluknya, mereka sedikit menjauh dan terlihat berbicara. Om Egi dan aku mendekat kepada Ibuk lalu salim kepadanya.“Jaga putri Ibuk yang masih kekanak-kanakan ini ya, Egi, cinta dan sayangi dia. Tuntun dan bimbinglah dia menjadi istri yang sholeha dan berbakti kepada suami. Ibuk sangat senang kalian bisa berjodoh,” ujar Ibuk dengan sambil menepuk pundak Om Egi.“Insyallah, Buk,” jawab Om Egi.Aku langsung memeluk Ibuk dan menangis di pundaknya, dan Ibuk mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya untuk kami.“Bu Melani, terima kasih, telah menikahkan putri saya dengan pria yang ia sayangi tapi tak berani ia ungkapan karena masa lalu
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 56 : Pergantian Mempelai“Maafkan aku, Melani!” Om Egi menundukkan kepalanya.“Semua ini tak cukup hanya dengan meminta maaf saja, Egi! Kamu kenapa sih? Kalau memang tak mau nikah denganku, kenapa nggak bicara terus terang saja!” Melani menatap tajam Om Egi dan mengangkat wajah pria bertubuh tinggi itu hingga mereka bertatapan.“Semua terjadi tanpa kuasaku, bukan mauku seperti ini, Melani!” jawab Om Egi dengan suara parau, wajahnya terlihat kacau saat ini.“Jadi maumu apa?!” Melani berteriak marah yang membuat aku memegangi dada karenanya. “Apa maumu menikah dengan gadis muda ini? Bilang dong sama dia, jangan menjadikanku korban begini!”Om Egi terdiam.“Lalu kamu ... Sandiyya ‘kan namamu? Kenapa kamu menolak Egi kalau kamu tak ikhlas melihat dia menikah denganku?!” Melani kini menatapku tajam.“I—iya ... nggak gi—gitu, Tante ... Diyya i—ikhlas kok kalian me—menikah .... “ jawabku dengan terbata-bata, mati kutu rasanya dimarahkan calon istrinya Om
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 55 : Menghitung HariSejak malam itu, aku mulai menghitung hari. Om Egi juga tak pernah datang atau juga mengirimkan chat. Aku juga enggan menangis sebab air mata suka jatuh dengan sendirinya walaupun aku tak mau menangis.Bu Endang, dia sangat senang mengetahui Om Egi akan menikah walau ada hati yang terluka atas hal itu. Guru tersayangku itu tak tahu kalau ada sesuatu diantara kami yang memang tak diketahui oleh siapa pun, kecuali hati kami berdua.Bu Endang itu sudah sibuk mengurusi anak kembarnya yang sedang aktif-aktifnya, jadi wajar saja kalau dia takkan sempat memantau hubunganku dengan Om Egi. Kalau dia tahu ada apa-apa diantara kami, dia pasti takkan membiarkan Abangnya mau menikahi wanita lain. Ah, sudahlah, ini sudah keputusanku dan mungkin saja sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.Hari ini, tanggal di kalender yang kulingkari sudah berjumlah 6, dan itu tandanya kalau besok adalah yang paling menyedihkan akan tiba. Aku harus kuat, kebaya unt
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 54 : Mencoba IkhlasHari ini kondisiku sudah semakin membaik, mungkin karena bubur dan obat yang diberikan langsung oleh orang yang kusayangi tapi takkan lama lagi dia tidak akan bisa seperhatian ini lagi jika sudah menikahi Melani nanti. Melani akan menjadi wanita paling beruntung karena memiliki pria sebaik dan perhatian seperti Om Egi, hanya aku yang akan menangis sepanjang jalan atas isi hati yang tak bisa tersampaikan kepadanya.[Bagaimana keadaan Mamanya Dio? Apa perlu saya bawa ke dokter hari ini?]Itu chat dari Om Egi yang membuat suasana hati semakin membaik, apalagi saat membayangkan senyum juga tatapannya, aku jadi tersenyum sendiri.[Udah sembuh, Om, terima kasih, ya.]Kubalas chat dan berharap ia tak kembali membalasnya, sebab aku harus bisa membiasakan diri tanpa perhatiannya walau sebenarnya aku senang akan semua sikap manisnya selama ini. Om Egi, aku sayang sama Om tapi maaf ... aku belum bisa menjadi pendamping terbaik untukmu. Aku a
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 53 : Sama-sama PerihPukul 17.00, aku sudah tiba di rumah. Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu setelah menyimpan motorku ke garasi. Badanku semakin lemas saat ini, tadi aja hampir diserempet orang di jalan dan untung aja nggak jatuh.“Yeeeeyy ... Mama udah pulang!” sambut Nandio dan Sindy sambil memelukku.“Iya, Sayang, Mama udah pulang cuma Mama lagi nggak enak badan ini. Kalian main sama Nenek dan Bi Asih dulu, ya.” Kudaratkan ciuman ke pipi dua anak-anakku itu, lalu menyusuri dinding untuk menuju kamar.Langkah ini semakin berat, apalagi dengan pandangan yang berputar-putar begini. Hingga akhirnya semuanya menjadi gelap dan aku tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.***“Diyya, kamu nggak apa-apa ‘kan, Nak?” sayup-sayup terdengar suara Ibuk di dekatku.Kepala ini masih terasa sangat sakit saat kubuka mata perlahan, terlihatlah Ibuk yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan sambil memijat dahiku, senyum langsung terukir di
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 52 : KangenSetelah kepergian Om Egi, aku segera masuk dan mengunci pintu. Dengan cepat, aku langsung berlari masuk ke dalam ruangan belajar untuk menangis sepuasnya. Hanya di sini tempat yang aman, sebab Ibuk dan Nandio takkan berani menggangguku jika sedang di ruangan ini sebab mereka akan mengira aku sedang belajar.‘Om Egi ... maafkan Diyya.’ Dada ini terasa sangat sesak, apalagi saat teringat wajahnya tadi. Saat dia menyatakan perasaannya dan menunggu jawaban dari bibir ini. Aku sayang sama Om, tapi ... aku belum berani mengambil keputusan untuk menikah denganmu. Aku tahu, kamu takkan senang dengan hubungan tanpa status seperti sekarang untuk lebih lama lagi, sebab seorang pria sejatinya memang tak bisa hidup tanpa kehangatan seorang wanita.Tapi ... tak rela rasanya jika melihatnya bersama wanita lain walau dia sudah berjanji untuk tak lepas dari tanggung jawabnya kepada Nandio juga pendidikanku. Air mata terus saja membanjiri wajah, dengan kep
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 51 : Galau“Febiola? Dia bilang apa?!” Om Egi menatapku serius.“Bilang ... kalau Om dan dia itu ... masih sering ketemuan di hotel. Dia juga nunjukin foto kalian bersama,” ujarku dengan jantung yang berpacu sangat cepat, jemari tanganku juga mendadak dingin.Om Egi mengusap wajah, ekspresinya terlihat sangat kesal. Mungkin dia kesal karena Febiola telah membongkar kedok bertobatnya, namun nyatanya ia masih doyan jajan. Aku menarik napas panjang dan menatapnya, ingin melihat reaksinya.“Kamu percaya?!” Om Egi membalas tatapanku.“Iya, soalnya Febiola nunjukin foto juga,” jawabku.“Kamu yakin ngelihat foto itu? Emang fotonya lagi di mana?” Om Egi menautkan alisnya.Aku menggaruk dahi dengan ekspresi bingung tentunya, jadi menyesal aku nggak lihat foto itu.“Lagi di tempat tidurlah, rebahan sambil manja-manjaan gitu .... “ jawabku asal dengan meremas jemari tangan yang dingin.Tiba-tiba terdengar tawa dari pria di sampingku. Kok bisa-bisanya dia tertaw