Share

Ide Gila

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-11-24 15:59:39

Siapa yang Menghamili Muridku

 

 Bab 7 : Ide Gila

 

Mas Bilal kembali dari dapur sambil membawa dua piring makanan, pria brewokan itu hobi memasak pas hari minggu begini.

 

"Mas bikin bakso bakar, Sayang, ayo makan!" ucapnya sambil meletakkan piring berisi bulatan bakso yang sudah ditusuk seperti sate.

 

Baunya enak sekali, Kalau Diyya masih ada di sini, pasti bakalan senang dia. Aku hanya diam. Pikiran masih berkecamuk, melayang ke mana-mana, masih mencari cara untuk menghindari pernikahan paksa itu.

 

"Mas .... " panggilku pada pria berotot itu.

 

"Hemmm .... " Dia menatapku sekilas.

 

"Sandiyya mau dinikahkan ibunya sama pria yang tadi, Mas," lirihku sambil menyeka air mata.

 

"Bagus dong, berarti kamu gak perlu berpikir keras lagi. Masalah sudah beres," jawabnya sambil mengunyah.

 

"Tapi, Mas ... pria itu mesum, tukang kawin ... pokoknya gak benarlah ..... "

 

"Itu sudah keputusan ibunya, dia yang paling berhak menentukan nasib anaknya."

 

"Kasihan Sandiyya, Mas. Dalam keadaan hamil besar begitu ia harus melayani pria bandot tukang mesum .... "

 

"Ah, jangan terlalu lebay dan baper gitu, Dek!" ucapnya sambil memaksaku membuka mulut lalu menyuapkan secara paksa bakso bakar itu.

 

Kukunyah perlahan bakso itu, sambil menatapnya penuh harap. Kutarik napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian untuk meminta pria hitam manis itu melakukan sesuatu hal yang mungkin akan membuatnya berang.

 

"Mas ... gimana kalau Mas Bilal saja yang menikahi Sandiyya?" ucapku sambil menelan ludah dengan tak mengalihkan pandangan darinya.

 

Mas Bilal melotot, kemudian terbatuk-batuk. Bakso yang sudah masuk ke dalam mulutnya, otomatis keluar lagi. Matanya memerah lalu dengan cepat meraih segelas air putih dan menenggaknya hingga tak bersisa. Mas brewok keselek pentol bakar, aku meringis ngeri melihatnya.

 

"Gila kamu, Dek!" ucapnya dengan mata yang masih memerah.

 

"Endang mohon, Mas," balasku dengan mata yang berkaca-kaca.

 

Biasanya pria berwajah seram ini selalu luluh jika sudah melihat air mataku. Hanya luarnya saja yang tampak sangar, namun hatinya selembut salju.

 

"Cuma menikahi saja, Mas. Biar anak Sandiyya terlahir gak tanpa ayah, sesuai keinginan ibunya," bujukku dengan sambil mengelus dada bidang pria berkumis tebal itu.

 

"Tidak, Dek!" hardiknya dengan nada tinggi dan beranjak berdiri.

 

"Mas .... "

 

"Endang Setiawati, S.Pd, sadarlah! Kebaikan kamu sudah melewati batas, sampai suami pun mau dibagi," lirihnya dengan nada kesal.

 

"Endang mohon .... "

 

"Apa kamu rela melakukan ini karena sudah diiming-imingi bayi yang ada dalam kandungan anak muridmu itu, hah?!" Mas Bilal menatapku dengan berang.

 

"Nggak, Mas ... Bukan seperti itu .... "

 

"Lalu apa?! Sehingga kamu tega mengorbankan suamimu ini. Dek, jangan rendahkan harga diriku seperti ini! Jangan mencoba mengubah prinsipku dan jangan pernah permainkan sebuah ikatan pernikahan!" Mas Bilal melempar gelas di tangannya ke dinding dengan geram dan kesal.

 

Gelas itu jatuh berderai sama dengan perasaanku saat ini. Mas Bilal keluar dari rumah dengan marah. Ketika aku mengejarnya ke depan pintu, mobilnya sudah melaju dengan kecepatan tinggi.

 

Aku kembali ke ruangan tengah dan menangis sejadi-jadinya, tak menyangka kalau permintaan gila ini akan melukai hati lelakiku. Pria yang sudah enam tahun hidup bersamaku tanpa banyak tuntutan. Aku merasa bersalah sekali. Maafkan aku, Mas, maafkan kebodohan istrimu ini. Rasa prihatin yang melebihi batas telah mengalahkan akal sehatku.

 

***

 

Hingga sore, Mas Bilal belum kembali juga. Marah sekalikah ia padaku? Biasanya hari minggu begini akan kami habisan dengan berduan sepanjang waktu. Maklum, dari senin sampai sabtu, aku hanya bisa bertemu dengannya pas malam hari saja.

 

Kuraih ponselku dan mengirim pesan W******p padanya.

 

[Mas, Endang minta maaf. Pulang, Sayang, kangen kumismu.]

 

Kukirim pesan itu padanya, namun hanya dibaca dan tak dibalas. Biasanya ia akan langsung menelepon kalau kukirim pesan seperti itu. Air mataku luruh lagi. Ke mana perginya pria brewok kesayanganku itu? Tadi waktu kutelepon ke rumah ibu mertua, Mas Bilal tidak ada di sana katanya.

 

Sudah kutelepon berkali-kali tapi tidak  diangkat. Kuketik kembali pesan padanya.

 

[Mas, balas dong! Endang minta maaf, pulang ya!]

 

[Tapi cabut dulu permintaan gilamu itu!] Akhirnya dibalas juga.

 

Kugigit bibir sambil memutar bola mata. Baiklah, Mas, kuakui ide menyuruhmu menikahi Sandiyya memang gila. Baiklah, aku tak akan melibatkanmu lagi dengan urusan muridku itu. Akan kucari jalan keluar yang lain.

 

[Iya, Mas. Sekali lagi maafkan istrimu ini.]

 

[Syukurlah kalau begitu. Jangan meminta hal diluar batas kemampuan suamimu ini lagi ya! Bagiku, menikah cukup sekali seumur hidup dan istri cukup satu saja sebab hati ini hanya milikmu, Dek. Aku tak mengapa hidup tanpa anak juga, sebab bersamamu saja aku sudah bahagia. Kalau kamu ingin anak, kita bisa adopsi dari panti asuhan.]

 

Aku menarik napas panjang setelah membaca pesan mengharukan dari suamiku yang menyeramkan itu, dari wajah hingga kemarahannya.

 

[I love you, Mas.]

 

[Sudah, jangan dibalas lagi! Mas udah di depan rumah.]

 

Aku tersenyum senang dan langsung berlari menuju pintu, membukakan pintu untuknya.

 

********

 

Beberapa hari kemudian, aku sudah kembali rukun dengan Mas Bilal. Dia memintaku untuk melupakan masalah Sandiyya dan tak membahasnya lagi. Kuiyakan perintahnya, namun tak bisa kupungkiri, saat sendiri ... bayangan penderitaannya selalu saja berputar di otakku.

 

Siang itu, setelah pulang dari sekolah, sengaja kubelokan sepeda motor ke arah rumah Sandiyya. Karena tak kuasa melihat kemarahan ibunya kalau melihat kedatanganku, aku sengaja duduk-duduk saja sambil membeli es tebu di warung depan rumahnya. Ada beberapa ibu-ibu yang sedang mengobrol sambil makan gorengan di sini.

 

"Eh, menurut lo kenapa ya Juragan Yahya mau menikahi bocah yang sudah tekdung gede gitu?" tanya seorang ibu-ibu sambil mencomot bakwan dari tangannya.

 

"Lah ... dia, kan, emang tukang kawin. Yang pasti langsung maulah pas dimintai tolong ama Suryati. Kucing garong mana yang bisa nolak ketika dikasih ikan di depan mulutnya .... " jawab ibu-ibu yang sambil gendong anaknya.

 

"Iya juga sih. Habislah Sandiyya ... mana lagi bunting lagi," jawab ibu-ibu yang rambutnya disanggul sambil menyedot teh es.

 

"Eh, betewe ... dua hari lagi, kan acaranya?"

 

"Iya, kita sekampung diundang kok. Tenang saja, Juragan Yahya, kan, rada pongah .... "

 

Begitulah obrolan ibu-ibu rempong di warung, topik omongannya hanya sekitar Sandiyya. Telinga ini panas juga mendengarnya. Setelah membayar es dan gorengan yang kumakan, segera kupacu kembali motor menuju pulang.

 

"Aku harus menyelamatkan Sanddiya," batinku penuh tekad.

 

Bersambung ....

 

Related chapters

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (1)

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 8 (POV Sandiyya 1)“Awas kamu kalau berani kabur-kabur lagi!” Ibuk mendorongku masuk ke kamar.“Aggh ... sakit, Buk!” rintihku saat terjatuh ke lantai kamar.“Jangan cengeng kamu, gitu aja mau nangis! Jual diri saja kamu happy-happy saja. Dasar anak tidak berguna!” Ibuk mendorong kasar kepalaku hingga membentur dinding.“Udah, Bu, jangan siksa Diyya lagi!” Aku berusaha menghindar dari pukulan bertubi-tubinya.Ibu berhenti memukuliku, napasnya terlihat terengah-engah. Dengan wajah yang merah padam, ia keluar dari kamar dan membanting pintu dengan sangat keras.Dengan sambil menghapus air mata, aku naik ke atas tempat tidur dan duduk selonjoran, sambil memegangi perut yang semakin hari semakin membuncit ini. Walau sedalam apa pun penyesalanku, semuanya takkan kembali seperti dulu. Aku sudah hancur tanpa sisa, bahkan takkan bisa mengumpulkan serpihannya.Kuhapus air mata, sembari mengeluarkan barang paling berharga dalam hidupku sebab mendapatkan perlu

    Last Updated : 2022-12-15
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (2)

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 9 : POV Sandiyya (2)“Ponsel baru lagi kamu, Feb?” tanyaku pada Febiola sore itu saat kami bertemu di sebuah kafe.“Ya dong, ini dibelin Om Felix,” jawab Febiola dengan memainkan ponsel mahal yang kalau tak salah harganya dua puluh juta.“Baik banget tuh om-om, sampai mau beliin ponsel mahal begitu.” Aku jadi sedikit iri.“Diyya, lo gak mau nanya tas branded mahal gue ini dikasih ama siapa?” Xenna juga mempamerkan tas mahalnya.Aku hanya melengos, iri sudah pasti sebab aku belum berani jika diajak Om-om pergi berdua saja. Aku beraninya kalau dengan mereka, beramai-ramai.“Diyya, bagus gak kalung gue?” Kini Raisa tak mau ketinggalan untuk pamer denganku.“Iya, kalung mutiaramu itu bagus banget, itu mutiara asli, ya, Raisa?” tanyaku takjub melihat perhiasan putih berkilauan yang melingkat di lehernya.“Ya dong, ini asli soalnya Om yang tadi malam itu ... hmm ... dia pemilik usaha permata. Jadi, gue dikasih kalung mutiara deh,” jawab Raisa lagi.“Kalian

    Last Updated : 2022-12-15
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (3)

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 10 : POV Sandiyya (3)“Soalnya kata Si Om dia mandul, tenang aja! Aku juga udah beberapa kali main sama dia dan aman saja. Kalo lo was-was, bujuk aja Si Om buat pakai pengaman. Nanti sebelum ke hotel, kita ke apotek dulu, buat beli pengaman. Kamu harus santai dan tak boleh memikirkan yang buruk-buruk, yang penting elo bakalan dapatin ponsel kayak gue ini.” Febiola meraih ponselnya dan memainkannya di depanku agar aku semakin tergoda.“Oke deh, Feb, gue akan ikuti semua yang lo bilang. Gue akan santai dan akan memikirkan apa yang akan gue dapat saja jika melayani Si Om seram itu. Tapi lo dah bilang belum, kalau gue mau minta ponsel kayak lo?” Aku kembali bertanya.“Udah sih tadi siang dan Si om juga udah bilang oke soalnya ‘kan dia itu tajirnya nggak ketulungan.” Febiola terlihat mengetik sebuah pesan di ponsel mahalnya itu, mungkinmau nanyain tentang permintaanku.Aku meremas jemari tangan yang terasa dingin, tapi tekad ini sudah bulat. Semua kulakuka

    Last Updated : 2022-12-15
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Suryati

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 11 (POV Suryati)Hati Ibu mana yang tak terluka mendapati putri satu-satunya, harapan masa tua dan alasan berjuang seorang diri selama ini dengan bekerja siang-malam, dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan hamil. Hancur, perasaanku sangat hancur. Kejadian yang pernah menimpaku dahulu kini dialami Diyya, tapi bedanya aku memang sudah tak bersekolah dulu dan tak semuda Diyya juga.Bayangan masa lalu mulai berputar di kepala ini, saat aku yang polos dan begitu mudah diperdaya pria berkedok pacar hingga akhirnya aku hamil tapi dia malah kabur setelah mengetahui hal itu. Iya, aku hamil di luar nikah dan menanggung semuanya sendiri hingga aku membenci semua laki-laki dan menutup diri. Kukira duka masa lalu takkan pernah muncul ke permukaan lagi, tapi kini aku kembali merasakan hal itu.Diyya, sungguh tega kamu melakukan ini, Nak. Ibu berharap kamu bisa menjadi anak kebanggaan, dan bisa mengeluarkan Ibu dari kelamnya dosa masa lalu tapi nyatanya kamu sama

    Last Updated : 2022-12-15
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (4)

    Siapa yang Menghamili Muridku? Bab 12 : POV Sandiyya (4) “Assalammualaikum. Apa Sandiyyanya ada?” “Waalaikumsalam. Ada apa mencari Diyya? Kamu ini siapa?” “Saya Zaen, teman satu kelasnya Diyya. Apa boleh saya bertemu dengannya?” “Diyya udah nggak sekolah lagi, pulang kamu sana!” “Iya, saya sudah mendengar beritanya. Apa boleh saya bertemu dia?” “Nggak boleh, Diyya udah mau nikah hari minggu lusa. Pergi kamu dari sini!” Aku yang mendengar sekilas obrolan itu segera melangkah menuju pintu depan, untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengan Ibu di teras. “Siapa, Bu?” tanyaku dengan sambil mengintip ke luar. “Diyya!” “Zaen!” Aku mengerutkan dahi saat mendapati cowok satu kelas yang dulu pernah nembak tapi kutolak waktu itu. “Siapa dia, Diyya? Apa dia yang membuatmu hami?” Ibuk langsung menatap tajam ke arahku lalu beralih kepada Zaen. Aku langsung menarik Ibuk untuk masuk sebab tak enak hati akan tuduhannya kepada Zaen yang tak tahu apa-apa. “Buk, jangan asal tuduh! Yang

    Last Updated : 2022-12-16
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Pernikahan Diyya

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 13 : Pernikahan DiyyaMalamnya, sambil menunggu kepulangan Mas Bilal, kucari kontak Sandiyya. Aku penasaran sekali dengan keadaan gadis malang itu.[Assalammualaikum, Sandiyya. Gimana kabarnya?] Kukirim pesan itu pada muridku itu, beberapa hari tak tahu kabarnya bikin hati gelisah.[Waalaikumsalam. Baik, Bu.] Aku sedikit lega, pesanku langsung dibalasnya dengan cepat.[Ibukmu gak marah-marah sama mukul lagi, kan?][Nggak, Bu.][Kamu mau nikah sama Juragan Yahya?]Satu menit, dua menit hingga sepuluh menit, tak ada balasan dari Sandiyya.[Sandiyya .... ] Kukirim pesan lagi untuknya.[Iya, Bu.][Kok pertanyaan Bu Endang gak dijawab?][Eh, maaf, Bu, ketiduran. Mau, Bu. Sandiyya mau nurut apa kata Ibuk saja.][Jadi, kamu ridho jadi istri keempat Juragan Yahya?][Insyallah, Bu. Doakan saja semoga semuanya berjalan lancar. Ibu datang ya! Akad nikahnya hari minggu lusa.][Insyallah. Kalau ada apa-apa, segera kabari Bu Endang ya. Jangan disimpan sendiri saja

    Last Updated : 2022-12-16
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Juragan Yahya (1)

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 14 : POV Juragan Yahya (2)Aku sudah tak sabar menunggu para tamu pulang, agar bisa segera melangsungkan malam pertama dengan istriku yang mungil dan menggemaskan itu. Ah, para tamu ini terlalu banyak berbasa-basi, dengan kata-kata selamatlah, inilah, itulah. Nggak tahu apa, Si Jambul sudah tak sabar menemui sarang barunya. Gadis hamil ini terlihat begitu menggoda, otakku sudah traveling sejak tadi, air liur ini seakan sudah hampir menetes. Tak masalah dia sudah tak perawan pun, yang penting daun muda yang masih seger.Akhirnya kesampaian juga, niatku ingin punya istri belia. Untung saja Suryati begitu bodoh untuk diperdaya, jadi aku bisa memperistri Diyya dengan sangat mudah. Rasanya sangat bangga bisa menikahi gadis usia 14 tahun ini, aku serasa muda kembali.Jamilah, Sukma, dan Nila, tiga istiku itu bakalan nganggur tiap malam karena aku pastinya akan lebih menghabiskan waktu dengan istri bocahku, Sandiyya. Aku sudah bosan dengan mereka dan sudah s

    Last Updated : 2022-12-17
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Juragan Yahya (2)

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 15 : POV Juragan Yahya (2)“Diyya, kamu sudah tidur, Sayang,” bisikku di telinganya dengan tangan yang sudah jalan-jalan ke mana-mana.“Eh!” Diyya langsung bangun dan menatapku takut.Aku pasang senyum manis, rasanya sudah tak Sabar untuk segera menggarapnya.“Ju—juragan ... ma—mau ... a—apa?” tanyanya tergagap.“Ah, jangan pura-pura tak tahu, Sayang! Ini malam pengantin kita, apa kamu lupa?!” Aku menyunggingkan senyum.Dia memundurkan tubuhnya tapi aku segera meraih tangannya dengan cepat.“Ja-jangan ... Juragan!” Wajahnya memucat.“Ayolah? Aku sudah tak sabar!” ujarku dengan tak dapat menahan gejolak yang sudah naik ke ubun-ubun.“Jangan sekarang, Juragan, saya sedang hami!” bantahnya dengan wajah memohon, pucat pasi.“Kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi? Kalau nungguin kamu sampai habis lahiran, itu sih kelamaan, aku nggak akan kuat!” ujarku dengan mencium tangannya.“Ta—tapi – “ Belum selesai ucapannya, gadis kecil dengan perut membuncit itu su

    Last Updated : 2022-12-17

Latest chapter

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Tamat

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 59 : Tamat“Selama, Sandiyya, kamu berhak atas nilai ‘A’ dalam skripsimu ini.” Dosen pembimbing menyalamiku.Ya Allah, air mata kebahagiaanku jatuh tak tertahan, aku tak menyangka kalau akan mendapatkan nilai terbaik. Aku langsung melakukan sujud syukur.“Selamat, ya, Sandiyya. Semoga gelar Sarjana Pendidikan ini bisa kamu manfaatkan sebagai mana mestinya!” Kepala Jurusa Prodi Matematika memasangkan tanda lulus yang bertuliskan “Sandiyya, S,Pd” di bahuku, seperti putri Indonesia tampilanku saat ini, senang tak terkira hatiku.Air mata masih tak dapat kutahan, aku tersenyum senang dan menyalami dua dosen penguji, dosen pembimbing juga Kepala jurusan.“Sayang, selamat, ya.” Om Egi menyalamiku saat ruangan mulai sepi, para dosen sudah keluar dari ruangan sidang.“Makasih, ya, Mas, semua ini tak lepas dari dukungan kamu, Bu Endang, Ibuk juga anak-anak. Aku persembahkan keberhasilan ini kepada kalian,” jawabku sambil menerima uluran tangannya.“Kita pulan

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Lega

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 58 : LegaSaat membuka mata di pagi hari, aku merasa semua drama yang terjadi semalam adalah mimpi. Akan tetapi, pria yang masih terlelap di sampingku ini membuatku yakin kalau hal semalam adalah nyata adanya.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menarik napas lega, hati ini terasa berbunga-bunga saat ini. Nggak nyangka saja, kalau kini aku telah resmi menjadi istri Om Egi. Melani, dia wanita tegar, yang rela mundur dari pernikahannya. Aku berhutang budi kepadanya, kalau bukan karena dia, aku tak yakin bisa menikah Papa dari putraku itu.“Selamat pagi, Sayang.” Sebuah pelukan serta ciuman mendarat di dahiku.Aku menoleh dan menahan senyum, sedikit malu juga sebab pagi status kami tak lagi seperti kemarin lagi.“Saya mau mandi dulu,” ujarnya sambil melepaskan pelukannya dariku lalu turun dari tempat tidur.Aku mengangguk lalu melipat selimut juga merapikan bantal. Jadi kangen dengan anak-anak, sedang apa mereka dan di mana? Kuraih ponsel dan melak

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Trauma

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 57 : Trauma“Terima kasih, ya, Tante Melani. Diyya janji akan selalu mengingat pesan ini, terima kasih juga atas—“ Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ini, hanya air mata yang kembali menjawab semua ini.“Iya, sama-sama, saya mengerti, semoga kalian selalu bahagia.” Melani melepaskan pelukannya.Bu Endang menghampiri Melani dan memeluknya, mereka sedikit menjauh dan terlihat berbicara. Om Egi dan aku mendekat kepada Ibuk lalu salim kepadanya.“Jaga putri Ibuk yang masih kekanak-kanakan ini ya, Egi, cinta dan sayangi dia. Tuntun dan bimbinglah dia menjadi istri yang sholeha dan berbakti kepada suami. Ibuk sangat senang kalian bisa berjodoh,” ujar Ibuk dengan sambil menepuk pundak Om Egi.“Insyallah, Buk,” jawab Om Egi.Aku langsung memeluk Ibuk dan menangis di pundaknya, dan Ibuk mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya untuk kami.“Bu Melani, terima kasih, telah menikahkan putri saya dengan pria yang ia sayangi tapi tak berani ia ungkapan karena masa lalu

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Pergantian Mempelai

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 56 : Pergantian Mempelai“Maafkan aku, Melani!” Om Egi menundukkan kepalanya.“Semua ini tak cukup hanya dengan meminta maaf saja, Egi! Kamu kenapa sih? Kalau memang tak mau nikah denganku, kenapa nggak bicara terus terang saja!” Melani menatap tajam Om Egi dan mengangkat wajah pria bertubuh tinggi itu hingga mereka bertatapan.“Semua terjadi tanpa kuasaku, bukan mauku seperti ini, Melani!” jawab Om Egi dengan suara parau, wajahnya terlihat kacau saat ini.“Jadi maumu apa?!” Melani berteriak marah yang membuat aku memegangi dada karenanya. “Apa maumu menikah dengan gadis muda ini? Bilang dong sama dia, jangan menjadikanku korban begini!”Om Egi terdiam.“Lalu kamu ... Sandiyya ‘kan namamu? Kenapa kamu menolak Egi kalau kamu tak ikhlas melihat dia menikah denganku?!” Melani kini menatapku tajam.“I—iya ... nggak gi—gitu, Tante ... Diyya i—ikhlas kok kalian me—menikah .... “ jawabku dengan terbata-bata, mati kutu rasanya dimarahkan calon istrinya Om

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Menghitung Hari

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 55 : Menghitung HariSejak malam itu, aku mulai menghitung hari. Om Egi juga tak pernah datang atau juga mengirimkan chat. Aku juga enggan menangis sebab air mata suka jatuh dengan sendirinya walaupun aku tak mau menangis.Bu Endang, dia sangat senang mengetahui Om Egi akan menikah walau ada hati yang terluka atas hal itu. Guru tersayangku itu tak tahu kalau ada sesuatu diantara kami yang memang tak diketahui oleh siapa pun, kecuali hati kami berdua.Bu Endang itu sudah sibuk mengurusi anak kembarnya yang sedang aktif-aktifnya, jadi wajar saja kalau dia takkan sempat memantau hubunganku dengan Om Egi. Kalau dia tahu ada apa-apa diantara kami, dia pasti takkan membiarkan Abangnya mau menikahi wanita lain. Ah, sudahlah, ini sudah keputusanku dan mungkin saja sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.Hari ini, tanggal di kalender yang kulingkari sudah berjumlah 6, dan itu tandanya kalau besok adalah yang paling menyedihkan akan tiba. Aku harus kuat, kebaya unt

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Mencoba Ikhlas

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 54 : Mencoba IkhlasHari ini kondisiku sudah semakin membaik, mungkin karena bubur dan obat yang diberikan langsung oleh orang yang kusayangi tapi takkan lama lagi dia tidak akan bisa seperhatian ini lagi jika sudah menikahi Melani nanti. Melani akan menjadi wanita paling beruntung karena memiliki pria sebaik dan perhatian seperti Om Egi, hanya aku yang akan menangis sepanjang jalan atas isi hati yang tak bisa tersampaikan kepadanya.[Bagaimana keadaan Mamanya Dio? Apa perlu saya bawa ke dokter hari ini?]Itu chat dari Om Egi yang membuat suasana hati semakin membaik, apalagi saat membayangkan senyum juga tatapannya, aku jadi tersenyum sendiri.[Udah sembuh, Om, terima kasih, ya.]Kubalas chat dan berharap ia tak kembali membalasnya, sebab aku harus bisa membiasakan diri tanpa perhatiannya walau sebenarnya aku senang akan semua sikap manisnya selama ini. Om Egi, aku sayang sama Om tapi maaf ... aku belum bisa menjadi pendamping terbaik untukmu. Aku a

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Sama-sama Perih

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 53 : Sama-sama PerihPukul 17.00, aku sudah tiba di rumah. Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu setelah menyimpan motorku ke garasi. Badanku semakin lemas saat ini, tadi aja hampir diserempet orang di jalan dan untung aja nggak jatuh.“Yeeeeyy ... Mama udah pulang!” sambut Nandio dan Sindy sambil memelukku.“Iya, Sayang, Mama udah pulang cuma Mama lagi nggak enak badan ini. Kalian main sama Nenek dan Bi Asih dulu, ya.” Kudaratkan ciuman ke pipi dua anak-anakku itu, lalu menyusuri dinding untuk menuju kamar.Langkah ini semakin berat, apalagi dengan pandangan yang berputar-putar begini. Hingga akhirnya semuanya menjadi gelap dan aku tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.***“Diyya, kamu nggak apa-apa ‘kan, Nak?” sayup-sayup terdengar suara Ibuk di dekatku.Kepala ini masih terasa sangat sakit saat kubuka mata perlahan, terlihatlah Ibuk yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan sambil memijat dahiku, senyum langsung terukir di

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Kangen

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 52 : KangenSetelah kepergian Om Egi, aku segera masuk dan mengunci pintu. Dengan cepat, aku langsung berlari masuk ke dalam ruangan belajar untuk menangis sepuasnya. Hanya di sini tempat yang aman, sebab Ibuk dan Nandio takkan berani menggangguku jika sedang di ruangan ini sebab mereka akan mengira aku sedang belajar.‘Om Egi ... maafkan Diyya.’ Dada ini terasa sangat sesak, apalagi saat teringat wajahnya tadi. Saat dia menyatakan perasaannya dan menunggu jawaban dari bibir ini. Aku sayang sama Om, tapi ... aku belum berani mengambil keputusan untuk menikah denganmu. Aku tahu, kamu takkan senang dengan hubungan tanpa status seperti sekarang untuk lebih lama lagi, sebab seorang pria sejatinya memang tak bisa hidup tanpa kehangatan seorang wanita.Tapi ... tak rela rasanya jika melihatnya bersama wanita lain walau dia sudah berjanji untuk tak lepas dari tanggung jawabnya kepada Nandio juga pendidikanku. Air mata terus saja membanjiri wajah, dengan kep

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Galau

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 51 : Galau“Febiola? Dia bilang apa?!” Om Egi menatapku serius.“Bilang ... kalau Om dan dia itu ... masih sering ketemuan di hotel. Dia juga nunjukin foto kalian bersama,” ujarku dengan jantung yang berpacu sangat cepat, jemari tanganku juga mendadak dingin.Om Egi mengusap wajah, ekspresinya terlihat sangat kesal. Mungkin dia kesal karena Febiola telah membongkar kedok bertobatnya, namun nyatanya ia masih doyan jajan. Aku menarik napas panjang dan menatapnya, ingin melihat reaksinya.“Kamu percaya?!” Om Egi membalas tatapanku.“Iya, soalnya Febiola nunjukin foto juga,” jawabku.“Kamu yakin ngelihat foto itu? Emang fotonya lagi di mana?” Om Egi menautkan alisnya.Aku menggaruk dahi dengan ekspresi bingung tentunya, jadi menyesal aku nggak lihat foto itu.“Lagi di tempat tidurlah, rebahan sambil manja-manjaan gitu .... “ jawabku asal dengan meremas jemari tangan yang dingin.Tiba-tiba terdengar tawa dari pria di sampingku. Kok bisa-bisanya dia tertaw

DMCA.com Protection Status