Share

Miris

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-24 15:40:42

Siapa yang Menghamili Muridku

 

Bab 2 : Miris

 

Bayangan akan penderitaan Diyya masih saja berkelebat di kepalaku. Entah kenapa, aku terus memikirkannya. Padahal ini bukan kali pertama ada siswa dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan hamil.

 

Kasus Diyya berbeda, dia hamil tanpa diketahui siapa ayahnya. Setahun yang lalu juga ada siswa kelas IX yang ketahuan hamil, tapi langsung dinikahkan sebab dia melakukan perbuatan haram itu bersama pacarnya yang beda sekolah. Lalu ada kasus juga beberapa tahun silam, dia hamil sama suami orang dan dinikahi tapi jadi istri kedua.

 

Lamunanku buyar kala melihat Mas Bilal memasuki kamar. Buru-buru kuhapus air mata yang ternyata sudah menggenang tanpa sadar.

 

"Ada apa, Dek?" tanya Mas Bilal sambil membuka kemejanya.

 

"Gak ada apa-apa. Mas udah makan belum? Biar Adek siapkan makanan," jawabku sambil beranjak dari tempat tidur.

 

"Gak usah, Mas udah makan di luar."

 

"Oh, ya sudah." Aku kembali duduk di tempat tidur.

 

Setelah berganti pakaian, Mas Bilal berbaring di sampingku. Lalu kceritakan masalah Sandiyya kepadanya dan seperti biasa tanggapan pria suka memelihara kumis dan jambang itu selalu datar.

 

"Ya sudah, jangan terlalu dipikirkan. Ayo, tidur!" ucapnya sembari memelukku.

 

***

 

Diantara tidur dan terjaga, terdengar suara ketukan pintu. Kubuka mata dan memindahkan tangan Mas Bilal dengan hati-hati, agar ia tak terbangun. Aku bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.

 

"Bu Endang, hiks .... " Terdengar suara isakan pelan dari depan pintu.

 

Kusibak tirai jendela, tampaklah Sandiyya di luar sana dengan daster selutut. Wajahnya pucat sambil memegangi perut. Segera kubuka pintu.

 

"Sandiyya ... kamu kenapa, Nak?" tanyaku sembari membawanya masuk.

 

"Maaf, Bu, Diyya ganggu malam-malam begini, soalnya gak tahu lagi harus ke mana .... " ujarnya sembari menangis dengan tubuh gemetar.

 

Kulirik jam di dinding yang sudah  menunjukkan pukul 01.17, segera kututup pintu dan mengajaknya duduk di sofa ruang tamu.

 

"Apa yang terjadi?" tanyaku dengan perihatin melihat anak seusia dia berkeliaran malam-malam begini, dengan pakaian tipis dan tanpa alas kaki pula.

 

"Ibuk ngamuk, Bu. Dia ... mau membunuh Diyya .... " jawab anak belia itu di tengah isak tangisnya.

 

"Ya allah .... " Kudekap Sandiyya dengan air mata yang tak tertahan lagi.

 

Kenapa ada orangtua yang seperti itu? Anaknya sudah tertimpa masalah begini, bukannya diberi support tapi malah disiksa dan mau dibunuh. Memangnya masalah akan selesai dengan membunuh gadis kecil ini? Tidak, itu hanya akan menambah permasalahan dengan terjadinya kasus krimimal.

 

"Kenapa Ibumu mau melakukan itu, Diyya?" tanyaku pelan sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.

 

"Diyya gak mau bilang ayah dari anak ini, Bu. Ibuk marah dan hampir saja mau menggorok leher saya." Sandiyya menangis sesegukkan.

 

Kusibak rambut panjang gadis itu, darah segar mengalir dari bagian leher sebelah kiri.

Astaga, aku segera berlari mengambil kotak obat dan langsung mengobati luka goresan senjata tajam itu.

 

"Dek .... " panggil Mas Bilal sembari membuka pintu kamar.

 

Sandiyya langsung ketakutan melihat suamiku yang berjalan mendekat ke arah kami. Mas Bilal memang terlihat menyeramkan bagi orang yang baru pertama kali melihatnya. Tubuhnya tinggi berisi dengan kulit hitam, dan rambut ikal yang dipotong tipis.

 

"Jangan takut, dia suami Ibu," ujarku melihat Sandiyya yang tiba-tiba bersembunyi di belakangku.

 

Sandiyya menutup wajahnya dengan tubuh gemetar, ia duduk meringguk di sofa.

 

"Dia siapa, Dek?" tanya Mas Bilal.

 

Melihat Sandiyya yang ketakutan, segera kuhampiri Mas Bilal dan menariknya masuk ke kamar. Kuceritakan permasalahan mantan anak didikku itu kepadanya dan memohon izin agar anak itu boleh menginap di sini.

 

"Dek, jangan terlalu ikut campur dengan urusan orang lain!" Mas Bilal menatapku tajam.

 

"Kasian, Mas. Sandiyya murid Endang, izinkan dia menginap di sini, ya!" bujukku pada pria bertubuh tegap itu.

 

"Terserah kamu saja! Ingat, jangan terlalu ikut campur! Mas gak mau kamu sampai stres hanya karena memikirkan permasalahan orang lain," jawabnya sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

 

Aku menelan ludah, Mas Bilal memang begitu, jiwa sosialnya memang kurang. Ia terlalu cuek dan tidak perduli dengan urusan orang lain. Ya sudah, yang terpenting dia sudah memberi izin walau terlihat tidak ikhlas.

 

Segera kuhampiri Sandiyya yang masih duduk meringkuk.

 

"Diyya, jangan duduk seperti ini! Kasian bayimu. Malam ini kamu tidur di rumah Bu Endang saja. Ayo, Ibu antar ke kamar." Kupapah tubuhnya masuk ke kamar tamu yang sudah kussiapkan.

 

Setelah menyelimuti gadis malang itu dan menyuruhnya tidur, aku keluar dari kamar dengan hati yang pilu. Hatiku semakin teriris dengan masalah yang dihadapi Sandiyya. Nasibnya semakin miris, ibunya juga tidak mau mengerti dengan keadaan anaknya. Aku harus bagaimana? Semalaman mata ini enggan terpejam, otakku terus berkelana mencari solusi untuk masalah yang dihadapi Diyya.

 

bersambung ....

 

 

Bab terkait

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Menyesal

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 3 : MenyesalSetelah membuatkan sarapan untuk Mas Bilal, kutemani ia duduk di depan meja makan. Lalu menyiapkan bekal untuknya. Tempat kerja yang lumayan jauh, mengharuskan ia berangkat pagi-pagi sekali sebelum jalanan macet. Dia mengelola perusahaan tambang minyak warisan keluarga."Mas berangkat dulu, Dek. Hati-hati di rumah! Ingat, jangan terlalu ikut campur dengan urusan anak muridmu itu. Sebaiknya antar dia pulang pagi ini juga!" ucapnya ketika memasuki mobil.Aku hanya mengangguk, tak kuasa membantah omongan pria brewokan itu walau sebenarnya keinginanku jauh berbeda dengan perintahnya."Mas hati-hati di jalan!" Aku melambaikan tangan padanya lalu masuk ke rumah setelah mobilnya sudah tak kelihatan lagi.Kubawa sepiring nasi goreng dan segelas susu hangat menuju kamar tamu yang ditempati Diyya. Kuketuk pintunya, lalu masuk. Gadis kecil itu buru-buru bangun dari tempat tidur dan tersenyum ke arahku."Selamat pagi, Cantik. Sarapan dulu, yuk!" sap

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Mendatangi Kepsek

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 4 : Mendatangi KepsekSebelum menuju sekolah, kubelokan sepeda motor ke arah rumah Sandiyya. Tak mengapa datang agak siang, lagipula jam mengajarku hari ini cuma ada di jam terakhir saja. Aku harus bisa memberikan pengertian pada wanita khalaf itu, jiwanya tidak beres. Seenaknya saja mau membunuh darah daging sendiri. Dikira binatang apa, masih banyak wanita lain yang tak dikaruniai anak.Kuparkirkan sepeda motor di depan rumah sederhana itu, lalu mengucap salam. Tak ada sahutan dari dalam, pintu rumah juga tertutup rapat."Cari siapa, Mbak?" Dua orang wanita paruh baya menghampiriku."Yang punya rumah ada gak ya, Bu?" tanyaku sedikit bingung menjawab pertanyaannya sebab aku tak tahu nama dari Ibuk Sandiyya."Oh, Suryati jam segini masih kerja, Mbak. Sore atau malam baru ada di rumah," jawab wanita yang berjilbab panjang tapi berdaster cuma di bawah lutut."Iya, dia buruh cuci keliling dari rumah ke rumah gitu," timpal wanita yang tidak berjilbab, de

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Cacian Suryati

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 5 : Cacian SuryatiAku tersenyum mendengar penuturan dari Pak Yoga, kenapa tidak kepikiran begitu olehku. Ah, ini benar-benar angin segar buat Sandiyya. Aku harus terus mensupport anak itu untuk terus melanjutkan pendidikannya. Akan kubuktikan kepada semua orang, anak-anak yang terperosok karena miskinnya moral tetap bisa berjaya asalkan ada kemauan dan usaha. Kekhilafannya harus dibayar dengan kegigihan untuk mau memperbaiki kesalahan."Terima kasih, Pak, saya permisi," ucapku dengan rasa bahagia tak terhingga, kusalami Pak Yoga dan keluar dari ruangannya.Ada sedikit rasa lega di hati ini, aku sudah mendapatkan pencerahan untuk jalan pendidikan Sandiyya. Tak apa hanya pendidikan Paket, yang penting ia bisa dapat ijazah dan melanjutkan ke SMA nanti.Siangnya, setelah keluar dari kelas, aku masih duduk di ruang guru. Kubuka aplikasi Kojek untuk dilevery makanan di restoran padang. Setelah itu kutelepon Sandiyya untuk membukakan pintu jika si abang koj

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Dijemput Paksa

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 6 : Dijemput PaksaTiga hari sudah Sandiyya menginap di rumahku dan selama itu pula Mas Bilal terus mendesak untuk segera mengantarnya pulang."Mas, tolonglah ... biarkan Sandiyya tetap di sini beberapa hari lagi," bujukku sambil mengelus punggung pria berotot itu."Dek, baik sama orang itu boleh saja tapi jangan terlalu memasuki ranah kehidupan pribadi seseorang. Mas gak mau kebaikan kamu malah disalahgunakan dan nanti akan menimbulkan masalah baru.""Maksud Mas gimana?""Intinya Mas sangat tidak mendukung keputusan kamu menampung Sandiyya di sini. Dia masih punya ibu, orang yang lebih berhak atas kehidupannya!" tegasnya lagi."Ibunya itu kejam, Mas. Endang takut Sandiyya makin tertekan kalau diantar pulang. Kasihan bayinya kalau sang ibu terlalu stres," ucapku dengan nada memelas, berharap Mas berkumis itu luluh."Bisa jadi panti sosial rumah ini kalau setiap siswamu yang hamil dibawa pulang," lirihnya sambil berjalan menuju kamar mandi.Ah, Mas Bil

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Ide Gila

    Siapa yang Menghamili Muridku Bab 7 : Ide Gila Mas Bilal kembali dari dapur sambil membawa dua piring makanan, pria brewokan itu hobi memasak pas hari minggu begini. "Mas bikin bakso bakar, Sayang, ayo makan!" ucapnya sambil meletakkan piring berisi bulatan bakso yang sudah ditusuk seperti sate. Baunya enak sekali, Kalau Diyya masih ada di sini, pasti bakalan senang dia. Aku hanya diam. Pikiran masih berkecamuk, melayang ke mana-mana, masih mencari cara untuk menghindari pernikahan paksa itu. "Mas .... " panggilku pada pria berotot itu. "Hemmm .... " Dia menatapku sekilas. "Sandiyya mau dinikahkan ibunya sama pria yang tadi, Mas," lirihku sambil menyeka air mata. "Bagus dong, berarti kamu gak perlu berpikir keras lagi. Masalah sudah beres," jawabnya sambil mengunyah. "Tapi, Mas ... pria itu mesum, tukang kawin ... pokoknya gak benarlah ..... " "Itu sudah keputusan ibunya, dia yang paling berhak menentukan nasib anaknya." "Kasihan Sandiyya, Mas. Dalam

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (1)

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 8 (POV Sandiyya 1)“Awas kamu kalau berani kabur-kabur lagi!” Ibuk mendorongku masuk ke kamar.“Aggh ... sakit, Buk!” rintihku saat terjatuh ke lantai kamar.“Jangan cengeng kamu, gitu aja mau nangis! Jual diri saja kamu happy-happy saja. Dasar anak tidak berguna!” Ibuk mendorong kasar kepalaku hingga membentur dinding.“Udah, Bu, jangan siksa Diyya lagi!” Aku berusaha menghindar dari pukulan bertubi-tubinya.Ibu berhenti memukuliku, napasnya terlihat terengah-engah. Dengan wajah yang merah padam, ia keluar dari kamar dan membanting pintu dengan sangat keras.Dengan sambil menghapus air mata, aku naik ke atas tempat tidur dan duduk selonjoran, sambil memegangi perut yang semakin hari semakin membuncit ini. Walau sedalam apa pun penyesalanku, semuanya takkan kembali seperti dulu. Aku sudah hancur tanpa sisa, bahkan takkan bisa mengumpulkan serpihannya.Kuhapus air mata, sembari mengeluarkan barang paling berharga dalam hidupku sebab mendapatkan perlu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (2)

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 9 : POV Sandiyya (2)“Ponsel baru lagi kamu, Feb?” tanyaku pada Febiola sore itu saat kami bertemu di sebuah kafe.“Ya dong, ini dibelin Om Felix,” jawab Febiola dengan memainkan ponsel mahal yang kalau tak salah harganya dua puluh juta.“Baik banget tuh om-om, sampai mau beliin ponsel mahal begitu.” Aku jadi sedikit iri.“Diyya, lo gak mau nanya tas branded mahal gue ini dikasih ama siapa?” Xenna juga mempamerkan tas mahalnya.Aku hanya melengos, iri sudah pasti sebab aku belum berani jika diajak Om-om pergi berdua saja. Aku beraninya kalau dengan mereka, beramai-ramai.“Diyya, bagus gak kalung gue?” Kini Raisa tak mau ketinggalan untuk pamer denganku.“Iya, kalung mutiaramu itu bagus banget, itu mutiara asli, ya, Raisa?” tanyaku takjub melihat perhiasan putih berkilauan yang melingkat di lehernya.“Ya dong, ini asli soalnya Om yang tadi malam itu ... hmm ... dia pemilik usaha permata. Jadi, gue dikasih kalung mutiara deh,” jawab Raisa lagi.“Kalian

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   POV Sandiyya (3)

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 10 : POV Sandiyya (3)“Soalnya kata Si Om dia mandul, tenang aja! Aku juga udah beberapa kali main sama dia dan aman saja. Kalo lo was-was, bujuk aja Si Om buat pakai pengaman. Nanti sebelum ke hotel, kita ke apotek dulu, buat beli pengaman. Kamu harus santai dan tak boleh memikirkan yang buruk-buruk, yang penting elo bakalan dapatin ponsel kayak gue ini.” Febiola meraih ponselnya dan memainkannya di depanku agar aku semakin tergoda.“Oke deh, Feb, gue akan ikuti semua yang lo bilang. Gue akan santai dan akan memikirkan apa yang akan gue dapat saja jika melayani Si Om seram itu. Tapi lo dah bilang belum, kalau gue mau minta ponsel kayak lo?” Aku kembali bertanya.“Udah sih tadi siang dan Si om juga udah bilang oke soalnya ‘kan dia itu tajirnya nggak ketulungan.” Febiola terlihat mengetik sebuah pesan di ponsel mahalnya itu, mungkinmau nanyain tentang permintaanku.Aku meremas jemari tangan yang terasa dingin, tapi tekad ini sudah bulat. Semua kulakuka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15

Bab terbaru

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Tamat

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 59 : Tamat“Selama, Sandiyya, kamu berhak atas nilai ‘A’ dalam skripsimu ini.” Dosen pembimbing menyalamiku.Ya Allah, air mata kebahagiaanku jatuh tak tertahan, aku tak menyangka kalau akan mendapatkan nilai terbaik. Aku langsung melakukan sujud syukur.“Selamat, ya, Sandiyya. Semoga gelar Sarjana Pendidikan ini bisa kamu manfaatkan sebagai mana mestinya!” Kepala Jurusa Prodi Matematika memasangkan tanda lulus yang bertuliskan “Sandiyya, S,Pd” di bahuku, seperti putri Indonesia tampilanku saat ini, senang tak terkira hatiku.Air mata masih tak dapat kutahan, aku tersenyum senang dan menyalami dua dosen penguji, dosen pembimbing juga Kepala jurusan.“Sayang, selamat, ya.” Om Egi menyalamiku saat ruangan mulai sepi, para dosen sudah keluar dari ruangan sidang.“Makasih, ya, Mas, semua ini tak lepas dari dukungan kamu, Bu Endang, Ibuk juga anak-anak. Aku persembahkan keberhasilan ini kepada kalian,” jawabku sambil menerima uluran tangannya.“Kita pulan

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Lega

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 58 : LegaSaat membuka mata di pagi hari, aku merasa semua drama yang terjadi semalam adalah mimpi. Akan tetapi, pria yang masih terlelap di sampingku ini membuatku yakin kalau hal semalam adalah nyata adanya.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menarik napas lega, hati ini terasa berbunga-bunga saat ini. Nggak nyangka saja, kalau kini aku telah resmi menjadi istri Om Egi. Melani, dia wanita tegar, yang rela mundur dari pernikahannya. Aku berhutang budi kepadanya, kalau bukan karena dia, aku tak yakin bisa menikah Papa dari putraku itu.“Selamat pagi, Sayang.” Sebuah pelukan serta ciuman mendarat di dahiku.Aku menoleh dan menahan senyum, sedikit malu juga sebab pagi status kami tak lagi seperti kemarin lagi.“Saya mau mandi dulu,” ujarnya sambil melepaskan pelukannya dariku lalu turun dari tempat tidur.Aku mengangguk lalu melipat selimut juga merapikan bantal. Jadi kangen dengan anak-anak, sedang apa mereka dan di mana? Kuraih ponsel dan melak

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Trauma

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 57 : Trauma“Terima kasih, ya, Tante Melani. Diyya janji akan selalu mengingat pesan ini, terima kasih juga atas—“ Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ini, hanya air mata yang kembali menjawab semua ini.“Iya, sama-sama, saya mengerti, semoga kalian selalu bahagia.” Melani melepaskan pelukannya.Bu Endang menghampiri Melani dan memeluknya, mereka sedikit menjauh dan terlihat berbicara. Om Egi dan aku mendekat kepada Ibuk lalu salim kepadanya.“Jaga putri Ibuk yang masih kekanak-kanakan ini ya, Egi, cinta dan sayangi dia. Tuntun dan bimbinglah dia menjadi istri yang sholeha dan berbakti kepada suami. Ibuk sangat senang kalian bisa berjodoh,” ujar Ibuk dengan sambil menepuk pundak Om Egi.“Insyallah, Buk,” jawab Om Egi.Aku langsung memeluk Ibuk dan menangis di pundaknya, dan Ibuk mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya untuk kami.“Bu Melani, terima kasih, telah menikahkan putri saya dengan pria yang ia sayangi tapi tak berani ia ungkapan karena masa lalu

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Pergantian Mempelai

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 56 : Pergantian Mempelai“Maafkan aku, Melani!” Om Egi menundukkan kepalanya.“Semua ini tak cukup hanya dengan meminta maaf saja, Egi! Kamu kenapa sih? Kalau memang tak mau nikah denganku, kenapa nggak bicara terus terang saja!” Melani menatap tajam Om Egi dan mengangkat wajah pria bertubuh tinggi itu hingga mereka bertatapan.“Semua terjadi tanpa kuasaku, bukan mauku seperti ini, Melani!” jawab Om Egi dengan suara parau, wajahnya terlihat kacau saat ini.“Jadi maumu apa?!” Melani berteriak marah yang membuat aku memegangi dada karenanya. “Apa maumu menikah dengan gadis muda ini? Bilang dong sama dia, jangan menjadikanku korban begini!”Om Egi terdiam.“Lalu kamu ... Sandiyya ‘kan namamu? Kenapa kamu menolak Egi kalau kamu tak ikhlas melihat dia menikah denganku?!” Melani kini menatapku tajam.“I—iya ... nggak gi—gitu, Tante ... Diyya i—ikhlas kok kalian me—menikah .... “ jawabku dengan terbata-bata, mati kutu rasanya dimarahkan calon istrinya Om

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Menghitung Hari

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 55 : Menghitung HariSejak malam itu, aku mulai menghitung hari. Om Egi juga tak pernah datang atau juga mengirimkan chat. Aku juga enggan menangis sebab air mata suka jatuh dengan sendirinya walaupun aku tak mau menangis.Bu Endang, dia sangat senang mengetahui Om Egi akan menikah walau ada hati yang terluka atas hal itu. Guru tersayangku itu tak tahu kalau ada sesuatu diantara kami yang memang tak diketahui oleh siapa pun, kecuali hati kami berdua.Bu Endang itu sudah sibuk mengurusi anak kembarnya yang sedang aktif-aktifnya, jadi wajar saja kalau dia takkan sempat memantau hubunganku dengan Om Egi. Kalau dia tahu ada apa-apa diantara kami, dia pasti takkan membiarkan Abangnya mau menikahi wanita lain. Ah, sudahlah, ini sudah keputusanku dan mungkin saja sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.Hari ini, tanggal di kalender yang kulingkari sudah berjumlah 6, dan itu tandanya kalau besok adalah yang paling menyedihkan akan tiba. Aku harus kuat, kebaya unt

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Mencoba Ikhlas

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 54 : Mencoba IkhlasHari ini kondisiku sudah semakin membaik, mungkin karena bubur dan obat yang diberikan langsung oleh orang yang kusayangi tapi takkan lama lagi dia tidak akan bisa seperhatian ini lagi jika sudah menikahi Melani nanti. Melani akan menjadi wanita paling beruntung karena memiliki pria sebaik dan perhatian seperti Om Egi, hanya aku yang akan menangis sepanjang jalan atas isi hati yang tak bisa tersampaikan kepadanya.[Bagaimana keadaan Mamanya Dio? Apa perlu saya bawa ke dokter hari ini?]Itu chat dari Om Egi yang membuat suasana hati semakin membaik, apalagi saat membayangkan senyum juga tatapannya, aku jadi tersenyum sendiri.[Udah sembuh, Om, terima kasih, ya.]Kubalas chat dan berharap ia tak kembali membalasnya, sebab aku harus bisa membiasakan diri tanpa perhatiannya walau sebenarnya aku senang akan semua sikap manisnya selama ini. Om Egi, aku sayang sama Om tapi maaf ... aku belum bisa menjadi pendamping terbaik untukmu. Aku a

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Sama-sama Perih

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 53 : Sama-sama PerihPukul 17.00, aku sudah tiba di rumah. Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu setelah menyimpan motorku ke garasi. Badanku semakin lemas saat ini, tadi aja hampir diserempet orang di jalan dan untung aja nggak jatuh.“Yeeeeyy ... Mama udah pulang!” sambut Nandio dan Sindy sambil memelukku.“Iya, Sayang, Mama udah pulang cuma Mama lagi nggak enak badan ini. Kalian main sama Nenek dan Bi Asih dulu, ya.” Kudaratkan ciuman ke pipi dua anak-anakku itu, lalu menyusuri dinding untuk menuju kamar.Langkah ini semakin berat, apalagi dengan pandangan yang berputar-putar begini. Hingga akhirnya semuanya menjadi gelap dan aku tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.***“Diyya, kamu nggak apa-apa ‘kan, Nak?” sayup-sayup terdengar suara Ibuk di dekatku.Kepala ini masih terasa sangat sakit saat kubuka mata perlahan, terlihatlah Ibuk yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan sambil memijat dahiku, senyum langsung terukir di

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Kangen

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 52 : KangenSetelah kepergian Om Egi, aku segera masuk dan mengunci pintu. Dengan cepat, aku langsung berlari masuk ke dalam ruangan belajar untuk menangis sepuasnya. Hanya di sini tempat yang aman, sebab Ibuk dan Nandio takkan berani menggangguku jika sedang di ruangan ini sebab mereka akan mengira aku sedang belajar.‘Om Egi ... maafkan Diyya.’ Dada ini terasa sangat sesak, apalagi saat teringat wajahnya tadi. Saat dia menyatakan perasaannya dan menunggu jawaban dari bibir ini. Aku sayang sama Om, tapi ... aku belum berani mengambil keputusan untuk menikah denganmu. Aku tahu, kamu takkan senang dengan hubungan tanpa status seperti sekarang untuk lebih lama lagi, sebab seorang pria sejatinya memang tak bisa hidup tanpa kehangatan seorang wanita.Tapi ... tak rela rasanya jika melihatnya bersama wanita lain walau dia sudah berjanji untuk tak lepas dari tanggung jawabnya kepada Nandio juga pendidikanku. Air mata terus saja membanjiri wajah, dengan kep

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Galau

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 51 : Galau“Febiola? Dia bilang apa?!” Om Egi menatapku serius.“Bilang ... kalau Om dan dia itu ... masih sering ketemuan di hotel. Dia juga nunjukin foto kalian bersama,” ujarku dengan jantung yang berpacu sangat cepat, jemari tanganku juga mendadak dingin.Om Egi mengusap wajah, ekspresinya terlihat sangat kesal. Mungkin dia kesal karena Febiola telah membongkar kedok bertobatnya, namun nyatanya ia masih doyan jajan. Aku menarik napas panjang dan menatapnya, ingin melihat reaksinya.“Kamu percaya?!” Om Egi membalas tatapanku.“Iya, soalnya Febiola nunjukin foto juga,” jawabku.“Kamu yakin ngelihat foto itu? Emang fotonya lagi di mana?” Om Egi menautkan alisnya.Aku menggaruk dahi dengan ekspresi bingung tentunya, jadi menyesal aku nggak lihat foto itu.“Lagi di tempat tidurlah, rebahan sambil manja-manjaan gitu .... “ jawabku asal dengan meremas jemari tangan yang dingin.Tiba-tiba terdengar tawa dari pria di sampingku. Kok bisa-bisanya dia tertaw

DMCA.com Protection Status