Share

POV Sandiyya (6)

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-23 16:53:59

Siapa yang Menghamili Muridku?

Bab 41 : POV Sandiyya (6)

“Waalaikumsalam, masuk, Om!” ujarku pada pria dengan setelan kemeja biru laut yang ia gulung sampai ke siku itu.

“Buruan siap-siap, bilangin Ibuk juga, saya mau ngajakin kalian ke suatu tempat!” ujarnya dengan sambil menggendong Nandio, yang kini sudah berusia dua tahun. Dia semakin lincah saja dan sudah pandai bicara walau belum terlalu lancar. Setiap hari yang ditanyain hanya Papanya saja.

“Emang mau ke mana?” tanyaku.

“Nanti juga bakalan tahu kok, buruan siap-siap!” perintahnya lagi dengan senyumnya yang selalu mengembang itu.

“Ya deh,” jawabku sambil masuk dan mencari Ibuk di dapur.

“Buk, buruan siap-siap, Om Egi mau ngajakin kita pergi ke suatu tempat katanya,” ujarku pada Ibuk yang ternyata sedang memasak nasi di dapur.

“Mau ke mana?” tanya Ibuk dengan dahinya yang berkerut.

“Nggak tahu, Buk. Ayo deh kita siap-siap!” Aku melangkah menuju kamar dan segera berganti pakaian.

Setengah jam kemudian, kami sudah berada di dalam m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
apakah om jhon berjodoh ma diyya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Bertemu Mantan Geng

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 42 : Bertemu Mantang Geng“Diyya, Ibuk merasa semua ini bagai mimpi .... “ Ibuk kembali mengusap mata yang kembali berembun.“Iya, Buk, Diyya juga nggak pernah menyangka kalau kita bisa tinggal di rumah sebagus ini. Om Egi memang baik banget, sama kayak Bu Endang,” jawabku sambil tersenyum.“Ibuk sangat bahagia, Diyya, semoga tak ada kesedihan lagi setelah ini. Kamu jangan kecewakan Bu Endang dan Pak Egi, belajar yang benar supaya cita-citamu cepat tercapai. Ibuk akan selalu doakan yang terbaik untuk kalian semua,” ujar Ibuk dengan sambil menggenggam tanganku.Aku tersenyum dengan sambil menganggukkan kepala. Malam ini kami akan tidur di rumah baru, rumah impian, yang untuk bisa memilikinya kami tak berani bermimpi.“Ayo, kita tidur, Nak!” Ibu bangkit dari sofa ruang tengah lalu menggendengku menuju kamar.Malam ini kami akan tidur berempat di satu kamar, besok baru misah. Ibu tidur dengan Nandio seperti biasanya, sedangkan aku dengan Sindy.Hari ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Trauma

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 43 : Trauma“Hmm ... bukan pelakor, kelles, gue istri siri yang mendapatkan segala fasilitas melebihi istri sah. Enaklah loh, apa pun yang gue mau ... dikasih, dan gue nggak akan melewatkan segala kesempatan untuk menumpuk seluruh harta demi kenyamanan di masa datang.” Febiola menjawab dengan senyum angkuh dan gaya khasnya.Aku kembali menghela napas mendengar penuturan Febiola, dia semakin menjadi saja dan aku takkan berani berkomentar apa pun. Ini sudah jalan yang ia pilih dan aku takkan ikut campur.“Feb, cabut yuk ah, Om Niko udah chat ini, dia ngajakin kita nyantai di apartementnya,” ujar Xenna yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.“Oke deh. Diy, lo nggak mau ikut? Siapa tahu aja ... Om Niko mau jadiin elo istri sirinya, soalnya ‘kan elo janda sekarang .... “ Febiola beranjak dari sofa ruang tamu.“Nggak deh, aku mau fokus sama sekolah dan anak-anak. Kalian hati-hati saja dan semoga ... kalian tak menemui kepahitan seperti yang sudah kualami,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Masuk Universitas

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 44 : Masuk UniversitasTaklama setelah itu, Om Egi langsung pamit pergi dan izin mengajak Nandio jalan-jalan. Semoga saja dia tak tersinggung atas kata-kataku tadi. Aku sedikit was-was dan tak enak hati. Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya.Hari terus berlalu, aku sudah lulus dari ujian Paket C dengan nilai terbaik dari semua Sekolah Paket C di kotaku. Nilaiku juga lebih tinggi siswa di sekolah formal, begitu kata ketua PKBM tempatku bersekolah.“Bu Endang sudah daftarkan kamu ke Universitas xxx dengan Prodi Matematika. Kamu dapat faslitas tanpa tes dan langsung diterima karena nilai ijazahmu yang bagus Diyya.” Bu Endang memelukku.Aku sangat terharu mendengarnya, akhirnya aku bisa kuliah juga walau di Kampus Swasta sebab dengan keadaanku yang memang sudah beranak dua. Kuliahnya juga hanya setiap hari sabtu dan minggu saja, jadi tak terlalu pada seperti mahasiswa umum lainnya.“Terima kasih, ya, Bu Endang. Diyya nggak nyangka, akhirnya bisa k

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Siapa Wanita itu?

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 45 : Siapa Wanita itu?“Om Egi!” Aku kaget saat membuka pintu rumah pagi ini.Pria jangkung--ayah biologis dari putraku itu sudah berdiri di depan rumah.“Selamat pagi.” Dia tersenyum, yang menurutku lumayan manis walau rasa ini langsung kutepis jauh-jauh.“Pagi amat Om?” Aku jadi grogi karena tatapannya.“Saya mau ikut antar Nandio ke sekolah, bukannya hari ini hari pertama dia masuk sekolah TK?” tanyanya.“Hmm ... Iya, Om, cuma sekarang baru pukul 06.00, Nandio juga masih tidur.” Aku meringis dan memalingkan pandangan darinya.“Buruan bangunkan dia, bilang Papanya sudah datang!” ujarnya lagi. “Dia pasti senang, di hari pertamanya masuk sekolah diantar oleh kedua orangtuanya.”“Iya, Om, silakan masuk dulu! Diyya mau bangunin Dio,” jawabku kikuk dan melangkah masuk.Om Egi terlihat mengekor di belakangku lalu menuju dapur. Sepertinya hari ini kami akan sarapan bersama, seperti keluarga bahagia lainnya, sesuai keinginan Nandio, yang selalu menanyakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Cemburu?

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 46 : Cemburu?[Gimana mobilnya, apa udah diambil tukang deret?]Chat dari Om Egi masuk ke ponselku sore ini. Entah kenapa juga, ada rasa kesal di hatiku dengannya. Walau aku tak mau saat diminta menikah dengannya, tapi aku tak rela melihatnya dekat dengan wanita lain. Entah perasaan macam apakah ini? Umurku yang sekarang sudah tak lagi labil sebenarnya saat ini, sudah 20 tahun dan punya dua anak pula, tapi aku masih belum bisa berpikir dengan jernih dan dewasa.[Udah.]Hanya satu kata itu saja balasanku untuk chat dari Om Egi.[Sedang apa?]Eh, dia chat lagi. Nggak tahu apa, kalau aku sedang kesal dengannya.[Hey, kok nggak dibalas? Lagi sibuk, ya. Anak-anak lagi ngapain? Coba tanyain, mereka mau dibawain makanan apa?]Aku menggigit bibir, ternyata dia chat cuma mau nanyain anak-anak saja. Hati ini semakin kesal saja. Aku harus bersikap wajar dan tak menampakkan kalau aku cemburu saat melihatnya dengan wanita lain. Apa, cemburu? Ah, mungkin saja.[Te

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Pengakuan Febiola

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 47 : Pengakuan Febiola“Eh, nggak kok,” jawabku cepat dengan memalingkan pandangan darinya.“Wanita yang tadi siang itu cuma teman lama, kami udah lama nggak ketemu. Teman jaman SMA dulu, eh kemarin ketemu nggak sengaja pas rapat tapi nggak sempat ngobrol. Jadi, tukaran nomor ponsel saja, dan tadi udah ngobrol puas.” Om Egi bercerita dengan tanpa kuminta.Aku hanya diam sambil meremas jemari tangan yang mendadak terasa dingin, sedangkan tubuh malah terasa gerah. Taklama kemudian, terlihat sebuah mobil warna kuning yang berhenti di depan pagar, Om Egi langsung berdiri dan melambaikan tangan kepada sang pengandara yang terlihat menatap kami dari kaca mobilnya yang terbuka.“Saya pamit dulu, masuklah! Sebelum tidur jangan lupa cuci kaki dan tangan dulu!” Om Egi mengusap kepalaku dengan sambil tersenyum.Aku hanya menatapnya dengan berdebar-debar dan berusaha tak baper akan tingkahnya yang seperti menganggapku sama seperti Nandio dan Sindy, seperti anak

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Dia Zaen

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 48 : Dia Zaen“Diyya, benaran elo nggak mau ikutan kita-kita jalan?” tanya Raisa sekali lagi ketika aku mengantar mereka ke depan pintu.“Nggak deh, kalian saja.” Aku menggeleng dengan berusaha tersenyum, walau air mata sudah tak sabar ingin menerobos untuk segera berjatuhan.“Ya udah, kami cabut deh. Byeee ... Diyya .... “ Febiola melambaikan tangan saat sudah masuk ke dalam mobil berwarna pink miliknya itu.“Byeee .... “ Aku masih berusaha tersenyum, walau hati terasa teriris.Mobil Febiola mulai melaju, air mata yang kutahan sejak tadi langsung terjun bebas. Di sebelah rumah, terlihat Om Bilal yang mungkin baru pulang dari kantor, aku segera menyapu cepat mata ini lalu berlari masuk ke dalam.Anak-anak terlihat sedang berada di ruang tengan, menonton acara kartun bersama Ibu juga Bik Asih, aku segera masuk ke dalam ruangan belajar dan mengunci pintunya. Air mata ini semakin mengucur deras dengan dada yang terasa sesak. Setelah puas menangis, aku b

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Papanya Dio

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 49 : Papanya DioAku mengerutkan dahi, kok perasaan jadi tak enak, ya? Mau ngapain dia pakai minta nomor ponselku sekarang? Masa iya dia masih memendam cinta monyetnya dahulu itu? kutatap dia dari ujung rambut sampai ujung sandalnya, dia tampan sekarang. penampilannya ala anak kuliah, ngapain juga dia masih ngober janda kayak aku?“Hey, kok Cuma bengong? Cepat tuliskan nomor ponselmu, Diy! Aku harus cepat pergi ini, teman-temanku menunggu di parkiran.” Zaen menjentikkan jarinya di depan wajahku.“Hmm ... dibuat macam-macam, ya, nomor ponselku ini!” Kuhela napas panjang dan menuliskan nomor ponselku.“Oke, terima kasih,” jawabnya dengan sambil tersenyum lalu pamit.Sepertinya nggak apa kali, ya, kuberikan nomor ponselku kepadanya. Nggak mungkin juga dia mau godain janda, soalnya masih banyal wanita cantik dan single di luaran sana.***Hari terus berlalu, anak-anak mulai menanyakan Om Egi yang sudah dua minggu tak datang ke sini. Nandio yang memang su

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27

Bab terbaru

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Tamat

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 59 : Tamat“Selama, Sandiyya, kamu berhak atas nilai ‘A’ dalam skripsimu ini.” Dosen pembimbing menyalamiku.Ya Allah, air mata kebahagiaanku jatuh tak tertahan, aku tak menyangka kalau akan mendapatkan nilai terbaik. Aku langsung melakukan sujud syukur.“Selamat, ya, Sandiyya. Semoga gelar Sarjana Pendidikan ini bisa kamu manfaatkan sebagai mana mestinya!” Kepala Jurusa Prodi Matematika memasangkan tanda lulus yang bertuliskan “Sandiyya, S,Pd” di bahuku, seperti putri Indonesia tampilanku saat ini, senang tak terkira hatiku.Air mata masih tak dapat kutahan, aku tersenyum senang dan menyalami dua dosen penguji, dosen pembimbing juga Kepala jurusan.“Sayang, selamat, ya.” Om Egi menyalamiku saat ruangan mulai sepi, para dosen sudah keluar dari ruangan sidang.“Makasih, ya, Mas, semua ini tak lepas dari dukungan kamu, Bu Endang, Ibuk juga anak-anak. Aku persembahkan keberhasilan ini kepada kalian,” jawabku sambil menerima uluran tangannya.“Kita pulan

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Lega

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 58 : LegaSaat membuka mata di pagi hari, aku merasa semua drama yang terjadi semalam adalah mimpi. Akan tetapi, pria yang masih terlelap di sampingku ini membuatku yakin kalau hal semalam adalah nyata adanya.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menarik napas lega, hati ini terasa berbunga-bunga saat ini. Nggak nyangka saja, kalau kini aku telah resmi menjadi istri Om Egi. Melani, dia wanita tegar, yang rela mundur dari pernikahannya. Aku berhutang budi kepadanya, kalau bukan karena dia, aku tak yakin bisa menikah Papa dari putraku itu.“Selamat pagi, Sayang.” Sebuah pelukan serta ciuman mendarat di dahiku.Aku menoleh dan menahan senyum, sedikit malu juga sebab pagi status kami tak lagi seperti kemarin lagi.“Saya mau mandi dulu,” ujarnya sambil melepaskan pelukannya dariku lalu turun dari tempat tidur.Aku mengangguk lalu melipat selimut juga merapikan bantal. Jadi kangen dengan anak-anak, sedang apa mereka dan di mana? Kuraih ponsel dan melak

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Trauma

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 57 : Trauma“Terima kasih, ya, Tante Melani. Diyya janji akan selalu mengingat pesan ini, terima kasih juga atas—“ Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ini, hanya air mata yang kembali menjawab semua ini.“Iya, sama-sama, saya mengerti, semoga kalian selalu bahagia.” Melani melepaskan pelukannya.Bu Endang menghampiri Melani dan memeluknya, mereka sedikit menjauh dan terlihat berbicara. Om Egi dan aku mendekat kepada Ibuk lalu salim kepadanya.“Jaga putri Ibuk yang masih kekanak-kanakan ini ya, Egi, cinta dan sayangi dia. Tuntun dan bimbinglah dia menjadi istri yang sholeha dan berbakti kepada suami. Ibuk sangat senang kalian bisa berjodoh,” ujar Ibuk dengan sambil menepuk pundak Om Egi.“Insyallah, Buk,” jawab Om Egi.Aku langsung memeluk Ibuk dan menangis di pundaknya, dan Ibuk mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya untuk kami.“Bu Melani, terima kasih, telah menikahkan putri saya dengan pria yang ia sayangi tapi tak berani ia ungkapan karena masa lalu

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Pergantian Mempelai

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 56 : Pergantian Mempelai“Maafkan aku, Melani!” Om Egi menundukkan kepalanya.“Semua ini tak cukup hanya dengan meminta maaf saja, Egi! Kamu kenapa sih? Kalau memang tak mau nikah denganku, kenapa nggak bicara terus terang saja!” Melani menatap tajam Om Egi dan mengangkat wajah pria bertubuh tinggi itu hingga mereka bertatapan.“Semua terjadi tanpa kuasaku, bukan mauku seperti ini, Melani!” jawab Om Egi dengan suara parau, wajahnya terlihat kacau saat ini.“Jadi maumu apa?!” Melani berteriak marah yang membuat aku memegangi dada karenanya. “Apa maumu menikah dengan gadis muda ini? Bilang dong sama dia, jangan menjadikanku korban begini!”Om Egi terdiam.“Lalu kamu ... Sandiyya ‘kan namamu? Kenapa kamu menolak Egi kalau kamu tak ikhlas melihat dia menikah denganku?!” Melani kini menatapku tajam.“I—iya ... nggak gi—gitu, Tante ... Diyya i—ikhlas kok kalian me—menikah .... “ jawabku dengan terbata-bata, mati kutu rasanya dimarahkan calon istrinya Om

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Menghitung Hari

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 55 : Menghitung HariSejak malam itu, aku mulai menghitung hari. Om Egi juga tak pernah datang atau juga mengirimkan chat. Aku juga enggan menangis sebab air mata suka jatuh dengan sendirinya walaupun aku tak mau menangis.Bu Endang, dia sangat senang mengetahui Om Egi akan menikah walau ada hati yang terluka atas hal itu. Guru tersayangku itu tak tahu kalau ada sesuatu diantara kami yang memang tak diketahui oleh siapa pun, kecuali hati kami berdua.Bu Endang itu sudah sibuk mengurusi anak kembarnya yang sedang aktif-aktifnya, jadi wajar saja kalau dia takkan sempat memantau hubunganku dengan Om Egi. Kalau dia tahu ada apa-apa diantara kami, dia pasti takkan membiarkan Abangnya mau menikahi wanita lain. Ah, sudahlah, ini sudah keputusanku dan mungkin saja sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.Hari ini, tanggal di kalender yang kulingkari sudah berjumlah 6, dan itu tandanya kalau besok adalah yang paling menyedihkan akan tiba. Aku harus kuat, kebaya unt

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Mencoba Ikhlas

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 54 : Mencoba IkhlasHari ini kondisiku sudah semakin membaik, mungkin karena bubur dan obat yang diberikan langsung oleh orang yang kusayangi tapi takkan lama lagi dia tidak akan bisa seperhatian ini lagi jika sudah menikahi Melani nanti. Melani akan menjadi wanita paling beruntung karena memiliki pria sebaik dan perhatian seperti Om Egi, hanya aku yang akan menangis sepanjang jalan atas isi hati yang tak bisa tersampaikan kepadanya.[Bagaimana keadaan Mamanya Dio? Apa perlu saya bawa ke dokter hari ini?]Itu chat dari Om Egi yang membuat suasana hati semakin membaik, apalagi saat membayangkan senyum juga tatapannya, aku jadi tersenyum sendiri.[Udah sembuh, Om, terima kasih, ya.]Kubalas chat dan berharap ia tak kembali membalasnya, sebab aku harus bisa membiasakan diri tanpa perhatiannya walau sebenarnya aku senang akan semua sikap manisnya selama ini. Om Egi, aku sayang sama Om tapi maaf ... aku belum bisa menjadi pendamping terbaik untukmu. Aku a

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Sama-sama Perih

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 53 : Sama-sama PerihPukul 17.00, aku sudah tiba di rumah. Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu setelah menyimpan motorku ke garasi. Badanku semakin lemas saat ini, tadi aja hampir diserempet orang di jalan dan untung aja nggak jatuh.“Yeeeeyy ... Mama udah pulang!” sambut Nandio dan Sindy sambil memelukku.“Iya, Sayang, Mama udah pulang cuma Mama lagi nggak enak badan ini. Kalian main sama Nenek dan Bi Asih dulu, ya.” Kudaratkan ciuman ke pipi dua anak-anakku itu, lalu menyusuri dinding untuk menuju kamar.Langkah ini semakin berat, apalagi dengan pandangan yang berputar-putar begini. Hingga akhirnya semuanya menjadi gelap dan aku tak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.***“Diyya, kamu nggak apa-apa ‘kan, Nak?” sayup-sayup terdengar suara Ibuk di dekatku.Kepala ini masih terasa sangat sakit saat kubuka mata perlahan, terlihatlah Ibuk yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan sambil memijat dahiku, senyum langsung terukir di

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Kangen

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 52 : KangenSetelah kepergian Om Egi, aku segera masuk dan mengunci pintu. Dengan cepat, aku langsung berlari masuk ke dalam ruangan belajar untuk menangis sepuasnya. Hanya di sini tempat yang aman, sebab Ibuk dan Nandio takkan berani menggangguku jika sedang di ruangan ini sebab mereka akan mengira aku sedang belajar.‘Om Egi ... maafkan Diyya.’ Dada ini terasa sangat sesak, apalagi saat teringat wajahnya tadi. Saat dia menyatakan perasaannya dan menunggu jawaban dari bibir ini. Aku sayang sama Om, tapi ... aku belum berani mengambil keputusan untuk menikah denganmu. Aku tahu, kamu takkan senang dengan hubungan tanpa status seperti sekarang untuk lebih lama lagi, sebab seorang pria sejatinya memang tak bisa hidup tanpa kehangatan seorang wanita.Tapi ... tak rela rasanya jika melihatnya bersama wanita lain walau dia sudah berjanji untuk tak lepas dari tanggung jawabnya kepada Nandio juga pendidikanku. Air mata terus saja membanjiri wajah, dengan kep

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Galau

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 51 : Galau“Febiola? Dia bilang apa?!” Om Egi menatapku serius.“Bilang ... kalau Om dan dia itu ... masih sering ketemuan di hotel. Dia juga nunjukin foto kalian bersama,” ujarku dengan jantung yang berpacu sangat cepat, jemari tanganku juga mendadak dingin.Om Egi mengusap wajah, ekspresinya terlihat sangat kesal. Mungkin dia kesal karena Febiola telah membongkar kedok bertobatnya, namun nyatanya ia masih doyan jajan. Aku menarik napas panjang dan menatapnya, ingin melihat reaksinya.“Kamu percaya?!” Om Egi membalas tatapanku.“Iya, soalnya Febiola nunjukin foto juga,” jawabku.“Kamu yakin ngelihat foto itu? Emang fotonya lagi di mana?” Om Egi menautkan alisnya.Aku menggaruk dahi dengan ekspresi bingung tentunya, jadi menyesal aku nggak lihat foto itu.“Lagi di tempat tidurlah, rebahan sambil manja-manjaan gitu .... “ jawabku asal dengan meremas jemari tangan yang dingin.Tiba-tiba terdengar tawa dari pria di sampingku. Kok bisa-bisanya dia tertaw

DMCA.com Protection Status