Beranda / Fiksi Remaja / Si Lesung Pipi / Tamatlah Riwayatku

Share

Tamatlah Riwayatku

Penulis: May H
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-02 08:34:43

"Terimakasih saya ucapkan pada anak-anak kami yang sudah berlatih keras untuk acara ini. Saya mengucapkan terimakasih juga untuk pembimbing-pembimbing dan segenap orang yang membantu acara ini berhasil nantinya. Saya sangat senang karna kemajuan dari tiap-tiap bagian mengalami kenaikan yang signifikan seperti tabel permintaan terhadap buku tulis di tahun ajaran baru hahaha...." lelucon pak Arga tidak ditanggapi baik oleh sebagian kami yang hadir disitu. Ketegangan saat gladi resik yang baru saja dilakukan tadi masih tersisa banyak di benak kami masing-masing terutama padaku yang sempat melakukan kesalahan beberapa kali. Aku sama sekali tidak dapat menerka bagian mana yang lucu dari lelucon pak Arga itu. Pikiranku sudah jauh menerawang berharap waktu di putar kembali ke saat adengan dimana aku menjadi bahan bisik-bisikan dari siswa-siswa lain tadi. Ingin rasanya menarik diriku dari sana, membuang jauh keujung dunia dan tidak kembali lagi. Baru kali ini aku merasakan tremor

May H

Ingin rasanya aku menoleh kebarisan dibelakangku untuk menemukan posisinya duduk, tapi terlalu malu melakukan itu. Kepalaku hanya bisa menunduk sedari tadi.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Lesung Pipi   Titan

    "Emang harus seperti apa lagi, sih, biar kelihatan bagus?” ucapku pada pensil kuning yang kutemukan di aula tadi. “Kalau memang kemampuanku cuma segitu kenapa harus dipaksa? Benar-benar menyebalkan!” Disaat semua orang sudah pulang, aku tertahan lebih lama karena harus mendengarkan nasihat-nasihat dari ibu Gempal. Kesalahan fatal diatas panggung tadi menjadi garis merah evaluasi kali ini. Aku melakukan latihan ekstra dan special dengan ibu Gempal. Hanya berdua dengannya. Sungguh romantis sekali. Tatapannya di setiap gerakan dan dialog menjadi bumbu-bumbu romantis lainnya. Cut!...Cut!...Cut!...tidak terhitung jumlah kata-kata romantis Cut! yang diucapkannya. Panggian sayangnya sudah berubah dari "nak" menjadi "boru hasianku...."tak lupa dengan nada emosi tertahannya. Kami sudah memiliki pembicaraan intens romantis selama latihanprivat tadi. Hingga akhirnya dia lelah sendiri begitu juga denganku. Sensasi memalukan di atas panggung

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Membakar Warung Bakso Mang Inyung

    Entah apa yang terjadi. Entahlah bagaimana aku memaknai semua ini. Si Lesung Pipi tidak berhenti saat kami sudah berada dekat rumahku. Rio memandang aneh padaku dari warung kopi di dekat rumahku tempat dia dan teman-temannya biasa nongkrong saat dia, si Lesung Pipi, malah memacu pedal gasnya, memutar arah membawaku ke sini. Di sini. Ketempat kami sedang duduk berdua ini. Kikuk, canggung, tidak tahu harus berbuat apa. Di warung bakso yang penuh legenda. Warung bakso mang Inyung. Saat Plang nama "Bakso isi Cinta" yang tertempel di atas gapura pagar warung bakso itu menyambutku, aku sudah tenggelam seutuhnya dalam lautan kekalutan. Lautan itu muncul lagi entah dari mana. Kegelisahan itu muncul lagi memaksaku terdiam, memaksaku untuk berubah kebingungan. Walau pun aku sudah berusaha sekuat mungkin untuk tenang, tapi dibawah meja, kakiku sedikit gemetar. Tidak menyangka dia akan memberhentikan motornya tepat di parkiran waru

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Curhatan#8

    Kau bagai siluet di depan sinar senja. Siluet yang menjauh dan berubah menjadi titik hitam kecil hingga menyatu dengan sinar senja itu. Air mata ini ketika melihatmu menjauh tetap tidak bisa hilang bekasnya, aku rasa, sampai kapan pun. Menjauhlah, menjauh dan menjauh. Biarkan aku yang bodoh ini menangis lagi, lagi dan lagi hingga aku menemukanmu kembali nanti. Saat ini kau masih ada dalam ingatanku. Saat ini jalan itu masih membekas di memoriku. Saat ini aku sudah tidak bisa menghapusnya lagi. Kepada atmosfir itu yang merasuk benar-benar ke dalam jiwa, tidakkah dia sudah terlalu lama di sana? Tidak ada lagi yang bisa dia lekatkan. Semua sudah ada dalam balurannya. Aku sudah terlalu lemah menjadi inangnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Mengungkapkan....

    Aku...sungguh-sungguh tidak menyangka akan mendengar tepuk tangan semeriah ini. Aku tidak menyangka ayahku yang duduk di deretan tengah bersama bunda dan adikku mengacungkan kedua jempolnya. Ibuku bertepuk tangan gembira dan bangga membisikkan sesuatu ke orang lain disamping dan belakangnya. Rio menerbangkan kecupan perfecto padaku. Mereka menorehkan senyum termanisnya untukku. Yang paling tidak kusangka, ibu Gempal tersenyum haru sambil berdiri bertepuk tangan meriah untuk kami yang sedang berdiri diatas pentas sambil bergenggaman tangan dengan mata yang hampir meneteskan air mata melihat sambutan itu. Tidak sadar aku melepaskan genggaman tanganku dan melambai kepada ayah, bunda dan Rio, dibalas dengan lambaian bangga mereka. Pemain yang lain pun mengikuti aksiku dan melambai pada keluarga mereka masing-masing. Aku melihat si Lesung Pipi melambai pada seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi dibarisan kedua. Wanita yang terlihat sangat bijaksana itu me

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Penyesalan itu Perlahan Menjadi nyata

    Di hari Kamis ini, hari dimana semua terasa berbeda. Angin yang biasanya berlalu begitu saja, kini kulitku bisa merasakan mereka perlahan-lahan menyesap ke dalam pori-pori. Rasa deg-degan itu masih terasa. Pemandangan ramai di depanku sudah tidak nyata lagi. Hari ini juga, dimana pembelajaran ditiadakan satu hari full untuk menggelar acara pembubaran panitia perayaan Agustusan. Target sumbangan dari orang tua mencapai puluhan juta. Menutupi semua biaya-biaya anggaran perayaan. Kelebihan sumbangan dialokasikan untuk membiayai acara pembubaran itu. Kak Adam secara detil menjelaskannya padaku. Dia masih terkantuk-kantuk karna mempersiapkan acara itu dadakan setelah acara kemarin selesai. Tulisan ketua osis seketika muncul diatas kedua bahunya memancarkan cahaya berpendar. Dia memang jagoan. Aku sendiri sebenarnya juga sedikit mengantuk karna tadi malam berulang kali niat ingin mengungkapakan perasaan itu muncul, reda, muncul lagi begitu seterusnya. Kepalaku pusing dan terlelap

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Curhatan #9

    Bila nanti aku bertemu dengannyaaku tidak akan memaksa dia untuk menjawab sesuai keinginanku. Dia mau menerima atau tidak menerima, tidak menjadi masalah. Tujuan utamaku bukan lagi jawabannya, tapi adalah demi melepaskan perasaan ini dan berharap setelah itu aku bisa menjalani sesuatu yang baru tanpa beban penyesalan dengannya atau tanpanya. Bila nanti pun aku tidak bertemu dengannya lagi, setidaknya aku harus mencari tahu dimana dia berada. Agar setidaknya aku bisa mengirimkan kisah cinta ini malu-malu lewat surat. Mungkin surat kaleng saja. Agar tidak mengganggu kehidupannya. Akan kusamarkan tempat dan peristiwa di dalamnya dalam balutan cerita dongeng atau apa pun itu. Setidaknya perasaanku terungkapkan. Andai saja....

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Aku Pernah Melakukan Satu Kesalahan Besar

    Aku pernah melakukan satu kesalahan besar. Satu kesalahan yang terlalu besar yang sebelumnya kukira hanya akan berdampak sementara saja akan tetapi ternyata memakan hampir seluruh kehidupanku. Terutama kehidupan percintaanku. Umurku masih terlalu muda saat itu. 16 tahun. Apa pun yang terjadi saat itu tidak akan seluruhnya mempengaruhiku. Hanya sedikit yang akan kubawa sampai aku dewasa. Tapi...ada satu bagian cerita yang tidak kusangka membuatku kewalahan. Sebuah arti dari kehidupan sebenarnya hanyalah berasal dari hal-hal kecil. Bagiku, hal kecil itu hanyalah beberapa kata saja. Jika hal-hal kecil itu tidak disadari atau dilewatkan, maka hal kecil itu akan berubah menjadi hal yang besar tapi dengan makna yang tidak positif lagi. Aku melewatkannya.... Dengan harapan masih ada hari esok, hal-hal kecil itu tiba-tiba saja berubah menajdi monster menyergap ke dalam relung jiwaku. Inilah aku sekarang, dengan ki

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Si Lesung Pipi   Gaun Pernikahan

    “Ini sudah 6 tahun 28 hari sejak hari itu, Lesung Pipi” ucapku pada jam tangan pemberiannya dulu. Jam tangan itu sudah rusak, jarumnya sudah tidak bergerak lagi. Aku tidak berniat membuangnya. Terlalu berharga. Tidak pula berniat memperbaikinya. Biar saja. Biar saja dia hanya sebagi penghuni kotak kado itu di dalam laci mejaku. Itu pantas dan belum cukup untuk seseorang yang membuatmu jatuh cinta tapi pergi meninggalkanmu. Aku meletakkan jam tangan itu ketempatnya semula dan memindahkan kalender meja yang baru saja kuberi tanda silang ke atas tumpukan majalah di dekat tas biru diatas meja kerjaku. Setiap hari selama 6 tahun ini aku membuat tanda silang di kotak tanggal kalender itu menghitung hari-hari yang telah aku lewatkan menunggu si Lesung Pipi. Kebiasaan aneh itu tidak pernah absen walau sesibuk apa pun aku. Kebiasaan aneh itu bahkan membuat Shaniar berkali-kali menasehatiku untuk pergi ke psikolog dan aku menolak. Kebiasaan itu juga menyadarkanku bahwa betapa menyedih

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02

Bab terbaru

  • Si Lesung Pipi   The End

    Menangis itu perlu entah kau perempuan atau laki-laki, karena luka bisa saja menghampiri setiap orang, tidak mengenal apa gender, status dan keadaan. Karena di dalam air mata dan usaha mengeluarkan air mata itu ada beban yang keluar secara tidak langsung. Ketakutan menjadi hilang, keraguan menjadi hilang, sesak hati sirna. Cinta harus diungkapkan, baik engkau perempuan maupun laki-laki. Baik ketika masih kecil maupun sudah dewasa. Karena cinta menghampiri setiap orang. Sekali lagi, tanpa mengenal siapapun itu dia. Karena saat cinta diucapkan, bukan hanya untuk menunjukkan hatimu, tapi untuk mengambil bagian hati yang mencinta, agar tidak menimbulkan sesuatu yang tidak kita duga. Sekalipun kau di tolak, sekalipun hati dipatahkan, setidaknya tidak ada luka yang terpendam. Kau bisa mengambil langkah selanjutnya. Kau bisa bangkit lagi. Berjalan lagi tanpa apaun yang mengendap dalam hatimu. Terluka dengan lega, terluka dengan ringan ,terluka dengan pasti. Kita

  • Si Lesung Pipi   Menangis

    Nafasnya memburu. Naik turun tanpa jeda tanpa irama. Kerah kemeja dia longgarkan. Keluar dari apartemen Drewi, Dani tidak sabar ingin sampai ke kafe milik Sano. Di sana ada seseorang yang sangat ingin sekali dia minta konfirmasi. Git. Adam sudah di sana?Send Kirimnya pada Agitha sebelum memasuki lift. Sudah kak. Semuanya sudah ada disini.Tinggal Dancer sama dekorasi yang belum siap.Drewi tahan sebentar ya di sana.Read Di dalam mobil, Pesan balasan masuk. Begitu mesin meyala, Dani tanpa membalas pesan, menginjakkan kaki sekuat tenaga di pedal Gas, menimbulkan suara cericit memekakkan telinga di basement apartemen. Darahnya sudah naik keubun-ubun. “Sialan!!! Sialan!!” bentaknya pada setir. Dipukulnya sekuat tenaga untuk meredam emosi. 30 menit berlalu setelah meelwewati kemacetan dibeberapa jalan besar kota, akhirnya kafe milik Issano telrihat di uj

  • Si Lesung Pipi   Detik Penentu

    Sesaat hati bisa merasa yakin, sangat yakin ketika berada pada “Detik Penentu” lalu bisa juga sesaat kemudian keyakinan itu berubah bagai langit sore yang menjadi hitam saat matahri sudah kembali pulang ke ujung samudera. Banyak “seandainya-seandainya tercipta ketika detik-detik penentu sudah terlewat, ada banyak harapan-harapan lama muncul ketika detik-detik penentu teringat kembali. Mengingat kembali kenangan-kenangan, mengingat kembali moment-moment kadang terpikir unutk memutar semuanya itu. Walau, pada akhirnya, tidak akan kembali lagi detik itu, tidka akan muncul lagi atau tidak akan sama lagi semua yang ada di dalam moment-moment itu. Akan tetapi, ada satu keputusan hebat tercipta saat sudah sampai di detik-detik penentu itu. Apapun hasil dari keputusan itu, pada akhirnya, hanya orang-orang hebat yang berhasil mengambil keputusan di saat genting seperti itu dan orang-orang bermental kuat yang bisa berhasil menajalani kehidupan setelahnya. Berjalan, bertahan sam

  • Si Lesung Pipi   Granula-Granula yang Beterbangan

    “Kak aku bisa temenin kakak tidur, ga?” David kaget saat hendak masuk ke dalam selimut tiba-tiba Agitha sudah ada di pintu kamarnya. “Bukannya dari tadi kamu sudah pulang?” “Udah, tapi dateng lagi. Tadi nganterin tante dulu sekalian makan malam. Tadi laparr banget” “Dasar” “Hehe...” “Ya udah boleh. Tapi jangan macam-macam, ya?” “Iiihh harusnya aku kali yang ngomong gitu” Agitha mengambil selimut dari lemari David dan tidur di sebelah David. David terkekeh di seberang bantal guling. “Bantal gulingnya ga usahlah ya...” David mengangkat bantal guling bersiap membuang ke bawah. “Kakaaak...” teriak Agitha merebut bantal guling . David tertawa lagi lebih kencang. Agitha meletakkan lagi bantal guling dan menepuk-nepuk menandakan area itu adalah area terlarang. David usil menyentuh dan dibayar dnegan tamparan keras mendarat ditangan membuatnya mengaduh. Beberapa saat setelah mereka nyaman di posisi tidur mereka

  • Si Lesung Pipi   Klarifikesyen guyss....

    Mungkin ini nggak penting-penting amat tapi mungkin juga nggak penting sama sekali (Hapaseehhh....) Jadi, sebenarnya selama 2 bulan lebih ini saya sedang menenangkan badai-badai yang silih datang berganti eh silih berganti datang....ihh....yang mana sih yang bener? Tau ah... jadi begitulah. Badai-badai itu datang menenggelamkan jiwaku dan akhirnya menyeret ke palung gelap bernama "Aku Sedang Tidak Baik-baik Saja". Akhirnya hanya bisa rebahan....rebahan...dan rebahan dengan tatapan kosong, jiwa yang kosong juga. Pas buka Goodnovel lagi tadi, ada banyak yang jadi pelanggan. Angka yang membaca juga bertambah dan yang bikin seneng lagi sudah ada yang ngasih kontribusi dan voted. I'm just like...Woooooow. Semangatnya bertambah lagi. Thank you untuk kalian semuanya.:* :* :* . Tuh...triple kiss buat kalian semua. Cukup kan? Cukup? Cukup? Ya cukuplah ye kaaan. Tungguin update-an selanjutnya yaaaa.... See you next bab. Bab yah saudara-saudara. Bab novel yah. Bukan Bab yang itu. Dahlah. U

  • Si Lesung Pipi   Tembok Untuk Menyembunyikan Luka

    .........From : Epilogue (Gadis Bermata Coklat) Bagian 3 " "Kak Adam, bantuin Drewi dong. Dia sampai ga semangat gitu, coba. Mata Bu Gempal tadi benar-benar kaya elang buas tahu nggak sih, kak. Ya, namanya gladi resik ya tempatnya yang salah-salah di perbaiki. Aku kalau jadi Andrewi udah pasti nangis tuh digituin" "Iya, aku juga liat kok, Shan. Tadi juga dia udah hampir nangis" "Makanya, mumpung dia masih latihan sama Bu Gempal, ayo kita Bujuk kak David, ya, kak. Kasih tahu kalau itu bukan salah dia. Kasih tahu kalau Andrewi butuh di semangatin" "Udah, Shan. Masalahnya, dia ngeliat langsung Dani di bentak-bentak waktu itu" "Ya, namanya juga orang tua, kak. Ayolaah...kasihan Andrewi" "Ya, kita coba bujuk lagi aja deh" "Halo, Dave dimana?" "Kesini sebentar. Di depan Aula. Ada Shaniar mau ngomong sesuatu" "Iya, mau ngomong penting"

  • Si Lesung Pipi   Gladi Resik

    Beberapa jam sebelum Gladi Resik....Pagi yang cerah, pikir Dani melihat langit pagi menjelang siang. Dia baru saja keluar dari ruang kepala sekolah setelah diberitahu bahwa dia satu-satunya siswa yang akan diajukan menerima beasiswa ke salah satu universitas di Inggris. Berkat koneksi ayahnya, dia mendapatkan tempat di daftar beasiswa itu. Kebetulan jurusan yang dia inginkan termasuk salah satu jurusan yang di perbolehkan dalam beasiswa, jadi dia merasa tidak keberatan. Selain itu, selebihnya, dia tidak berbuat curang karena dia juga tetap ikut tes, wawancara dan lain-lain nantinya.Jam pelajaran ke 3 akan segera berakhir, itu artinnya bel isttirahat pertama akan berbunyi. Dani melipir ke kantin menghabiskan waktu sekalian mengambil tempat duduk untuk teman-temannya.Di kantin, Dani membatalkan rencana, membanting setir berpura-pura membeli pulpen saat seorang guru masuk tepat ketika dia hendak duduk. Dani keluar tergesa-gesa setelah pulpen dibayar agar guru tersebut tidak curiga.

  • Si Lesung Pipi   Janji?

    “Dave, jangan lama-lama ngasih tahu Andrewi kalau kau mau pindah. Habis UN dia sudah harus tahu” Adam dan David berjalan agak jauh dibelakang teman-tamannya. Jam istirahat sudah selesai, mereka sudah harus kembali ke kelas masing-masing. Adam sengaja memberi kode kepada David saat mereka keluar dari Kantin. “David mendengus geli dan remeh “ Sok tahu!' Adam menarik tangan David agar berjalan lebih lamamembiarkan Bownie dan yang lainnya berjalan duluan. “kita jangan berdebat disini, Dave” “Enggak usah urusi urusanku, Dam. Urus aja hubungan kalian itu. Apalagi kemarin kalian kayanya sudah makin akrab” penuh penekanan David menyindir Adam. “Indeed” “Baguslah” “Kalau sampai UN selesai dan Drewi belum tahu. Jangan salahkan aku, kalau aku yang ngasih tahu langsung” Adam berjalan mendahului David, bergabung bersama teman-temannya yang lain. David menghela nafas berat lagi, masih tidak mengerti mengapa semua

  • Si Lesung Pipi   Ketulusan dan Akting yang Sesungguhnya

    Di balik panasnya pertengkaran David dan Adam, Dani di rumah Andrewi di temani oleh orang tuanya datang meminta maaf. Bownie yang mengantarkan Dani pulang menceritakan semuanya. Tanpa basa basi ayah Dani memaksa untuk ke rumah Andrewi, meminta maaf, setelah sebelumnya menasihati Dani. Dia tidak ingin anak-anaknya terlibat masalah. Secepatnya harus di selesaikan. Ibu Dani setuju dan membelikan beberapa makanan sebagai buah tangan. Di pintu pagar rumah Andrewi, ayah Andrewi menyambut dengan wajah sedikit masam. Walau pun sudah di jelaskan bahwa Andrewi pergi beramai-ramai dengan yang lainnya ke TWI, dia tetap belum terima bahwa ada yang berani mengajak Putrinya pergi tanpa izinnya. Meski begitu mereka tetap di sambut masuk. Sore itu di depan keluarga Andrewi dan keluarganya sendiri, Dani meminta maaf lalu di beri wejangan-wejangan oleh orang tuan Andrewi dan orang tuanya sendiri. Dani hanya bisa menunduk dan mengangguk-angguk pasrah. Walau ini bukan murn

DMCA.com Protection Status