Familiar dan mengandung kerinduan, inilah kesan pertama yang merasuk di hati Falisha saat netranya bertemu dengan biru teduh milik Gisella. Biru yang sama menenangkannya seperti ketika Falisha menatap Matteo juga ia peroleh saat matanya saling mengunci dengan Gisella.Bertahun-tahun tidak berjumpa tidak menghilangkan kesan itu di hati Falisha. Tapi, kedalaman hati manusia siapa yang tahu? Bahkan waktu mampu membolak balikkan sikap dan karakter seorang manusia.Falisha sangat menyadari hal itu sehingga ia tidak ingin menggantungkan harapan yang tinggi mengenai keberhasilan pertemuan malam ini.Dingin menggerogoti Falisha lebih kuat lagi sekarang tapi tetap dipasangnya ekspresi sedatar mungkin agar tidak memprovokasi orang tua Matteo dengan kegugupannya.Keterkejutan tampak nyata pada raut wajah Matthew dan Gisella saat menyadari Matteo datang dengan dua orang yang tidak biasa. Dalam diam netra keduanya telah menangkap sosok besar Falisha dan si Kecil Ameera yang berada di tengah-tengah
“Teddy ….!” seru seorang pria paruh baya menyambut kawan lamanya begitu ia menangkap sosoknya.Tidak hanya itu saja, dia juga segera berdiri dari duduknya dan menyongsong pria seumuran dengannya itu sambil merentangkan tangan guna memberikan pelukan.Senyum lebar diulas oleh pria yang dipanggil dengan nama Teddy itu, lantas membalas pelukan sang Sahabat dengan hangatnya.“Lama nggak jumpa, Vin!” ucap Teddy tanpa menghilangkan senyum di wajahnya, “sendiri aja Kamu? Vero mana?” lanjutnya bertanya sambil menempatkan diri untuk duduk di kursi yang ada di seberang kawannya, Alvin Sanjaya.Alvin Sanjaya dan Teddy Purnama Tirta merupakan kawan lama, mereka sudah berteman sejak masih di bangku kuliah dan sekarang menjalin kerja sama diberbagai bidang untuk memperbesar perusahaan masing-masing. Satu merupakan pemilik dari PT. Gema Sentosa dan yang lainnya merupakan Presdir dari Tirta Corp.“Ngapain di bawa? Kan biar kelihatan bujang!” jawab Alvin berkelakar, yang mana langsung disambut dengan
Seperti yang telah dibayangkan di dalam benaknya sejak awal pertemuan makan malam ini dicetuskan, Falisha tahu jika ia akan disambut dengan kepalsuan berbalut kemewahan.Falisha sungguh mampu merasakan itu sebab memang hal itulah yang tersaji di hadaannya.Interior bagian dalam rumah sangat mewah hingga menyilaukan seakan menunjukkan besar dan berkuasanya generasi ketiga keluarga Taslim. Tapi falisha yang juga besar dengan sendok perak di mulutnya sampai insiden terusirnya dia dari rumah ama sekali tidak terpengaruh akan kilaunya harta tersebut.Falisha tidak tertarik, dia lebih condong ke kesan yang diberikan oleh orang tua Matteo tempo itu.Kini, Falisha bersama Ameera dan tentu Matteo sudah kembali ke unit apartemen mereka di Alton Tower. Jamuan makan malam penuh kepalsuan telah berakhir dan yang tersisa hati penuh tekanan.Tidak ada kata yang terlontar sejak kepulangan mereka dari rumah mewah Matthew dan Gisella Taslim, keduanya hanya membisu dengan kecanggungan berat yang menyeli
“Apa ini bukan rumah kedua orang tuaku? Sejak kapan kapan Aku tidak boleh datang kemari?" ucap Matteo malah bertanya balik dengan tajam dan menusuk tepat sasaran.Tercekat suara Matthew tidak mampu membalas kalimat putranya sendiri. Bagi Matthew, berhadapan dengan Matteo jauh lebih sulit daripada berhadapan dengan para musuh bisnisnya untuk memperebutkan tender besar.Ketidakdekatan dengan putra kandungnya sendiri adalah dasar utama penyebab hal tersebut.Jika di saat kecilnya Matteo masih bisa menuruti apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, tapi hal berbeda mereka dapatkan di saat sang Anak telah dewasa. Matteo semakin sulit dikendalikan oleh mereka."Kamu tahu bukan itu maksud Papamu, Teo!" ucap Gisella menyela dan menempatkan dirinya untuk mewakili sang Suami berbicara."Dan Kalian juga tentu tahu maksud dari kedatangan mereka ke rumah ini!" sambar Matteo langsung to the points dan membalikkan kata-kata Gisella, "tapi kenapa kalian memperlakukan mereka seperti itu?!"Terdiam
"Bu … ada tamu …," tegur Bik Jum menyela kegiatan yang tengah Falisha lakukan.Falisha yang tengah berlatih aerobik mengikuti tayangan televisi kontan menolehkan wajahnya yang berbalur keringat ke arah Bik Jum sekilas sebelum kemudian tetap melanjutkan gerakan yang sempat terjeda."Siapa, Bik?" tanya Falisha tanpa mengalihkan perhatiannya lagi, dengan lincah dirinya yang mengenakan kaos longgar itu berliuk-liuk menyamakan ritme.Falisha selama ini memang selalu berlatih sendiri saat Ameera tengah belajar di sekolah barunya, motivasinya untuk menjadi lebih kurus tidak berubah meski Matteo memanjakannya dengan segudang fasilitas.Sederhana saja pertanyaan Falisha tapi jelas mengundang tanya di kepalanya karena memang tadi dia sempat mendengar bunyi bel tapi tidak ia tanggapi sebab sudah pasti Bik Jum akan bergerak melakukan tugasnya.Jika Matteo yang datang mencarinya, Bik Jum tentu tidak akan repot-repot mengetuk pintu kamar ini hanya untuk memberitahukan kepadanya sebab Matteo biasany
"Mantan suami Anda terus menerus menghubungi Saya … dia berkata ingin berbicara secara pribadi dengan Anda tapi tidak tanpa kehadiran Ameera. Katanya dia berkali-kali mencoba menghubungi Anda tapi tidak bisa sehingga dia mencari Saya," beber Pak Ali berterus terang dengan begitu gamblangnya.Dingin sontak menjalar di kaki dan tangan Falisha ketika mendengarkan kalimat-kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Pak Ali. Alis Falisha juga kontan berkerut sedikit karena tidak menyangka jika mantan suaminya itu mencarinya sedemikian rupa.Bukankah beberapa waktu lalu dirinya sengaja dibuang bahkan dicurangi karena tidak lagi diinginkan? Tapi mengapa sekarang Bramantyo mati-matian mencari cara untuk mengontaknya? Pertanyaan ini tidak bisa tidak timbul di pikiran Falisha.Falisha terdiam hampir sepuluh detik penuh dan tenggelam dalam pikirannya sendiri sampai dehemam dari Pak Ali menariknya kembali ke dunia nyata."Ehm … Bu Falisha … jika tidak berkenan bertemu, Saya bisa menjembatani untu
"Ku dengar pria itu ingin mencari mu?"Kalimat yang baru saja Matteo katakan ini sukses membuat Falisha berhenti mengunyah dan langsung mengarahkan pandangan matanya pada pria yang tengah menyuapi putri kecilnya itu.Satu yang kontan timbul di kepala Falisha adalah Pak Ali melaporkan segalanya pada Matteo dan kini calon suaminya itu tengah meminta konfirmasi atas informasi tersebut.Falisha juga yakin sekali jika jawaban yang ia berikan pada Pak Ali telah sampai ke telinga Matteo, benar-benar tidak ada kerahasiaan sama sekali."Itu benar … Pak Ali yang memberitahuku kalau Dia mencariku … Aku nggak peduli, Aku juga nggak mau ketemu Dia!" jawab Falisha sepenuhnya jujur, lebih baik seperti itu daripada berkelit yang hanya akan menimbulkan konflik.Bagi Falisha, membina hubungan meskipun hanya simbiosis mutualisme tetap saja membutuhkan kenyamanan. Falisha tidak ingin menyinggung Matteo dari segi apapun hanya akan membuat canggung hubungan mereka.Keterbukaan jelas jauh lebih baik ketimba
"Anu, Bu … itu …," Bik Jum tampak kesulitan menemukan kalimat yang tepat atas kedatangan tamu yang tidak terduga ini.Sekali lagi, gerakan Matteo yang tengah menyuapi Ameera terhenti karena sikap Bik Jum yang di luar kebiasaan.Baik Falisha dan Matteo sendiri sama-sama tahu persis kalau asisten rumah tangga yang usianya sudah cukup tinggi itu bukan tipe penghianat. Matteo sudah membuktikan hal ini karena Bik Jum telah bekerja untuknya selama bertahun-tahun.Adapun Ameera, gadis kecil ini tidak lagi memaksa Matteo untuk memberinya makan. Kepekaan Ameera terhadap lingkungannya cukup tinggi, terlebih saat ia menangkap ekspresi ganjil yang timbul di wajah sang Ibunda. Ameera tahu, ada sesuatu yang terjadi saat ini."Kenapa, Bik? Siapa yang datang? Kok mukanya nggak enak gitu?" desak Matteo ikut bertanya dengan sengaja karena melihat Bik Jum kian susah mengungkapkannya, sementara di luar sana tamu yang entah siapa sudah dibiarkan masuk.Di detik berikutnya sesudah Matteo bertanya, derap la