Home / Romansa / Si Gendut Penakluk Bos / Kekecewaan Falisha

Share

Kekecewaan Falisha

Author: XianLie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu ... kenapa tega melakukan semua ini, Mas?"

Pertanyaan ini memang pertanyaan bodoh, tapi Falisha tetap mengutarakannya demi mendapatkan kepastian langsung dari pria yang telah menikahinya bertahun-tahun ini. Bukti pengkhianatan pria ini, aksi yang tidak diliputi oleh perasaan bersalah sedikitpun. Wanita itu baru menyadari,  semua yang terjadi hari ini adalah pertanda bahwa sejatinya, bahteranya bersama Bramantyo sudah kandas … bahkan jauh sebelum hari ini.

Hera yang masih berada di dalam dekapan berpeluh Bramantyo jelas satu frekuensi dengan pria itu. Ia tidak menutupi tawa geli yang meluncur bebas dari bibirnya karena baru saja mendengar lelucon bodoh dari Falisha.

“Kamu serius nanya begitu, Lisha?” Bramantyo berujar dengan nada mencela, “Kamu nggak ngaca lihat dirimu sendiri seperti apa?”

Pandangan mata jijik Bramantyo terang-terangan ia tujukan sepenuhnya untuk Falisha, “Gemuknya kebangetan, kucel, kusam, bau juga!” sambungnya melemparkan hinaan pada Falisha.

“Sudah kayak babi dipakein baju!” ucap Hera menambahkan, diikuti dengan kekehan ringan dan sorot mata mengejek.

Parahnya, seorang Bramantyo Satya sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Hera. Padahal, sangat jelas sekali hinaan dengan perumpamaan binatang Hera berikan untuk wanita yang masih menyandang status sebagai istri sahnya. Pria itu justru mengangguk setuju.

Kadung kepergok, membuat Bramantyo merasa tidak lagi perlu repot-repot menyembunyikan isi hati yang sesungguhnya sekarang. Dia merasa sudah lebih dari cukup berkorban perasaan dan materi kepada Falisha.

Bramantyo menegakkan diri tanpa melepas tubuh polos Hera yang masih bergelayut manja, “Kamu menjijikkan dengan tubuh besar begitu! Lemak di mana-mana, nggak bisa ngurus diri!” katanya sungguh-sungguh.

Seolah belum puas, pria yang masih menyandang status suami dari Falisha itu kembali melanjutkan, “Tahunya minta uang terus buat ini … itu. Belum lagi anakmu yang tuli itu! Nyusahin! Ibu sama anak, sama aja! Dua-duanya bikin jijik!” 

Falisha semakin bergeming tidak mampu bicara karena kata-kata yang diucapkan dengan gamblangnya oleh Bramantyo. Rasanya begitu menyakitkan hingga membuat hati Falisha tidak hanya patah tapi hancur berkeping-keping saat pria itu menghina putri kandungnya sendiri.

“Mas!” banyak kata yang ingin dikeluarkan Falisha tapi hanya panggilan itu yang terlontar sebagai bentuk protesnya.

Siapapun boleh menghinanya. Namun, tidak dengan penghinaan yang diarahkan untuk putri semata wayangnya. Jika orang lain yang melakukan, Falisha mungkin bisa memaklumi, tapi tidak dengan kalimat kasar Bramantyo yang notaben ayah dari anaknya sendiri.

Bramantyo tak mengindahkan protes yang dilakukan sang istri.

“Lihat dong, Hera! Cantik, tinggi, langsing! Bukan raksasa gemuk kayak Kamu!” ujar Bramantyo membandingkan Hera denga Falisha. Wanita yang ada di sisinya itu sontak tersenyum jumawa, merasa menang karena terus dibela. “Aku juga yakin Hera bisa memberikanku keturunan yang lebih baik daripada kamu. Anakku dan Hera nggak akan tuli kayak Ameera!”

“Cukup, Mas!”

Penghinaan demi penghinaan yang diterima olehnya dan Ameera dari orang terdekat mereka sukses membuat pertahanan diri Falisha runtuh. Kekecewaan dan amarah berkumpul di dadanya, lantas bermanifes menjadi tetesan bening yang tumpah bahkan sebelum Falisha sempat mengedipkan mata.

Falisha benar-benar tidak menyangka jika suaminya ini akan berpikiran seperti itu terhadap putri mereka. Padahal pria itu tahu dengan sangat jelas apa yang sebenarnya terjadi pada Ameera. Untuk itu, Falisha tidak lagi mampu membendung air matanya.

“Untuk apa menangis! Kamu mau menyalahkanku?” sergah Bramantyo dengan nada meninggi, tidak senang dia melihat air mata itu, yang ia nilai menyudutkannya, “Salahkan dirimu sendiri! Kamulah sumber penyebab semua ini!” sambungnya dengan tangan terangkat. Jemarinya menuding langsung dan dia bertameng dalam kalimat mengkambinghitamkan Falisha.

“Pasangan hina!” Bergetar Falisha dengan segala rasa yang bercampur aduk atas apa yang dituduhkan padanya.

“Pergi! Pergi kalian berdua dari rumah anakku!” ucap Falisha serak sambil menghapus jejak basah di wajahnya asal-asalan. Setengah mati ia memaksa dirinya untuk menggerakkan kaki agar tidak lagi melihat wajah-wajah yang telah menyakiti hatinya. Falisha berlalu, kekecewaannya kelewat besar dibanding amarah karena penghianatan di depan mata, juga tuduhan tidak berdasar Bramantyo.

Sedetik penuh Bramantyo bungkam atas kalimat pengusiran yang baru digaungkan, tapi detik berikutnya, wajahnya memerah menahan gejolak amarah akibat sikap lancang Falisha.

“Berani kamu, Falisha!!”

Gelegar suara Bramantyo sontak langsung memenuhi ruangan. Bramantyo mengurai dekapannya dengan Hera cepat-cepat, tanpa malu tubuh polosnya terekspos, ia langsung menyambar celana dan menyusul Falisha yang telah berlalu.

Hera sendiri tampak santai dengan apa yang tengah berlangsung karena ia tahu jika Bramantyo akan membelanya. Untuk itu, dengan gontainya ia melangkah ke arah kamar mandi yang berada di sudut ruangan guna membersihkan tubuhnya.

“FALISHA!! BERHENTI!” teriak Bramantyo dengan suara besar begitu keluar dari kamar. Tidak sulit baginya untuk menemukan sosok tambun Falisha yang kini sedang menangis tergugu di ruang tamu rumah mereka.

“BERANI KAMU YA!!” Bukannya iba, bukannya malu atas perbuatannya, Bramantyo justru semakin menjadi-jadi.

“Tidak usah memilih lagi!” sambung pria berkumis tipis itu tegas, “Mulai hari ini, aku ceraikan kamu, dan kamu yang harus pergi dari rumah ini!!”

Tidak hanya sekali tapi total telah tiga kali Bramantyo mengucapkan kata cerai dalam beberapa menit terakhir ini. Kalimat itu berhasil mencabik-cabik rumah tangga yang telah dibina sekian lama dengan begitu mudahnya.

Tanpa repot menyeka jejak basah di wajahnya, Falisha melayangkan pandangan mata tidak percaya pada Bramantyo yang hanya berbalut celana pendek dan sambil berkacak pinggang itu.

“Apa, Mas?”

Seakan tidak puas, Bramantyo langsung buka suara begitu tatapannya bersirobok dengan Falisha.

“Kamu aku ceraikan, Falisha Tahira Tirta. Pergi kamu, dan bawa anak tulimu itu untuk angkat kaki dari rumah ini!” lantang ia mengulang kalimat sakral dari mulutnya.

Kata perkata diucapkan Bramantyo lambat-lambat dan penuh penegasan. Pria tidak peduli pada wanita bertubuh tambun yang tengah bersimbah air mata itu. Selama beberapa detik penuh, dengan bibir yang terkunci rapat, Falisha tidak memutuskan kontak matanya dengan Bramantyo hingga tercipta keheningan yang terasa berat dan mencekam.

Dalam diam, Falisha mencari setitik saja penyesalan juga dusta yang mungkin ada pada Bramantyo. Di sudut hatinya dia masih menaruh harapan tapi harapan nyatanya sia-sia dan semu belaka.

Sudah sampai sejauh itu bahtera rumah tangganya rusak, perceraian telah menjadi hasil akhirnya. Kepalang basah, dengan semua yang telah porak-poranda juga karam, semakin bulat tekad Falisha untuk mempertahankan hak-hak Ameera termasuk diantaranya materi yang berupa hunian ini. 

“Kamu yang seharusnya pergi, Mas! Rumah ini atas nama Ameera, dan kamu tidak berhak atas rumah ini!” tandas Falisha dengan suara seraknya. Ia tidak lagi gentar dan selalu patuh pada Bramantyo seperti yang selama ini selalu dilakoninya.

Bramantyo terang-terangan mendengus dingin atas apa yang baru saja Falisha katakan. “Sudah tidak lagi! Rumah ini sudah atas namaku!” jawab Bramantyo arogan, membongkar satu fakta yang tidak diketahui Falisha.

“Apa maksudmu, Mas?!”

####

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Illa Darrel
nyesek bener ya ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Si Gendut Penakluk Bos    Fakta Yang Terungkap

    "Apa maksudmu, Mas?!"Mendengus Bramantyo mendengar pertanyaan itu, “Mobil, tanah, termasuk rumah ini … semua atas namaku!” sanggah Bramantyo. “Kamu atau anak tulimu itu tidak berhak sepeser pun atas hasil kerja kerasku!” sambungnya ketus tanpa menurunkan tangannya yang masih berada di pinggang.Membesar mata Falisha akan apa yang baru saja dilontarkan oleh Bramantyo.'Segala sesuatunya pasti telah disusun oleh pria itu matang-matang,' pikir Falisha. Falisha menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir.“Tega kamu, Mas, mengambil hak anakmu sendiri?” sindir Falisha dengan wajah pias dan basahnya.Sayang, pria yang masih menghadapnya dengan arogan itu tak peduli. Atas hasutan Hera, dengan dalih peduli padanya, Bramantyo mulai berlaku menyimpang dari segala kesepakatan pra nikah yang pernah ia sepakati bersama Falisha, termasuk dalam urusan harta.“Kamu boleh tidak menafkahiku setelah ini, Mas! Aku tidak akan mempermasalahkannya!”“Tentu tidak! Untuk apa Aku melakukannya!” sela Bramantyo

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Perjumpaan Kembali

    “Argh!”Falisha mengerang perlahan, ketika merasakan kepalanya berdenyut nyeri saat ia membuka matanya.“Kamu sudah sadar?”Pertanyaan dasar ini meluncur dari bibir pria yang pertama dilihat Falisha dan ia yakin pria itu bukanlah dokter ditilik dari jas hitam tidak terkancing yang membalut tubuhnya.Falisha tidak menjawab, pening yang mendera kian kuat membuatnya spontan mengangkat tangan untuk memijat pangkal matanya.“Falisha? Kamu baik-baik saja? Ada yang sakit atau gimana?” tanya pria itu lagi dengan langkah kaki yang kontan dipercepat karena reaksi yang ditunjukkan Falisha, “Rio panggil dokter!” titahnya kemudian sambil menekan tombol yang berada di samping brankar.Pijatan sederhana dengan jemari gempal Falisha sebenarnya tidak terlalu banyak membantu tapi pening itu sudah tidak lagi ia pedulikan sebab pria yang kini beridir tepat di samping brangkar telah mengalihkan perhatian sepenuhnya.Falisha menurunkan tangannya, detik itu juga ia mendapati ada sepasang netra biru yang men

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Kondisi Ameera

    Matteo tidak sempat menjawab atau tidak ingin menjawab, Falisha sendiri tidak jelas sebab ketika pria itu akan buka mulut pintu kamar rawat inap ini membuka setelah sebelumnya terdengar ketukan ringan.Baik Falisha ataupun juga Matteo, perhatian keduanya sama-sama teralihkan bersamaan akan kedatangan seorang pria berjas putih.Pria bertubuh kurus yang di awal sempat Falisha lihat mengikuti Matteo kini mengekor di belakang dokter itu. Falisha yakin dia tidak salah lihat meski hanya sesaat tadi.“Halo, Ibu!” sapa sang Dokter dengan ramah tanpa menjeda langkahnya, “Saya Randy, dokter visit Ibu hari ini. Ada keluhan yang dirasa mengganggu, Bu?” tanyanya ketika sudah berada di samping brankar Falisha, netranya tanpa sungkan berkeliaran memerhatikan kondisi fisik wanita itu.Senyum kecil diulas Falisha atas perhatian yang diberikan oleh dokter jaga itu, “Saya merasa baik-baik saja, Dok … masih sedikit pusing, juga rasanya sakit di sana sini, tapi masih bisa Saya tahan,” sahut Falisha jujur,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Nestapa Falisha

    Termangu Falisha dengan mulut membisu saat ini, dia duduk di kursi besi dengan mata yang menatap kosong pintu ganda berwarna putih di hadapannya.Kepala disandarkan Falisha pada tembok tanpa peduli akan penampilannya, pusat perhatian wanita ini hanya pada anaknya yang tengah menjalani operasi.Tidak ada sepatah katapun yang terlontar dari bibir Falisha sejak kedatangannya yang ditemani Matteo kemari, ia seolah bisu karena dirundung perasaan bersalah.Ya, jelas Falisha menyalahkan dirinya sendiri dalam hal ini. Falisha merasa sumber permasalahan yang sebenarnya adalah berasal dari dirinya.Dalam keterdiamannya, Falisha memutar ulang untuk kesekian kali di kepalanya apa yang Bramantyo lakukan juga ucapkan kepadanya. Pengulangan yang bukan disengaja itu kini seolah berputar dan menjadi pembenaran semu.“Sha …,” tegur Matteo pelan, dia tidak tahan lagi dengan keterdiaman Falisha yang seperti orang kehilangan jiwanya itu.Memang, di dalam peristiwa kecelakaan ini Matteo juga memiliki kesal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Separuh Hidup

    "Lisha!!"Merasa dipanggil namanya membuat Falisha menoleh ke arah sumber suara, demikian pula dengan Matteo yang penasaran juga ikut memalingkan wajah dan mengabaikan dering ponselnya sebentar untuk memenuhi keingintahuan.Adalah seorang wanita muda berambut diikat kuncir kuda dan sedang berlari kecil menghampiri posisi Falisha.Falisha mengembuskan napas panjang tapi tetap mengulas senyum di wajahnya untuk wanita itu dan tentu saja ia mengenalinya sebab yang datang ini merupakan salah satu dari seorang sahabat dekatnya, Lina Fayyola Wijaya.Wanita yang bersahabat dengan Falisha sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas itu terlihat sekali penuh dengan urgensi, ia bahkan melewati Matteo begitu saja tanpa meliriknya sedikitpun.Belum sempat ada sepatah kat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Tegar Tapi Rapuh

    “Siapa kerabat pasien?”Tidak perlu ditanya dua kali dan tanpa mengindahkan rasa sakit yang mencuat di sekujur tubuhnya Falisha langsung beranjak dari posisinya detik itu juga.Apa yang dilakukan oleh Falisha kontan ditiru oleh Lina dan juga Matteo, keduanya tanpa kata bergerak mendekat mengikuti wanita bertubuh tambun itu dari belakang.“Bagaimana keadaan anak Saya, Dok?” tanya Falisha to the points pada seorang pria paruh baya bersneli putih, kecemasan tampak nyata karena tidak lagi mampu tertutupi.Sang Dokter menerbitkan senyum tipis untuk Falisha, “Operasinya berjalan dengan baik dan lancar, tidak ada masalah lagi pada patahan tulang anak Ibu,” ucapnya penuh keyakinan, “anak Ibu sekarang masih belum sadar karena pengaruh biu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Ide Gila Matteo

    “Lisha!”Panggilan ini membuat Falisha menoleh untuk kesekian kalinya dan kontan tersenyum karena sosok wanita yang merupakan sahabat dekatnya.“Ririn!” ucap Falisha sumringah, senang dengan kehadiran wanita yang bernama lengkap Riana Cantika Guzalim, yang biasa ia panggil dengan nama Ririn.Riana melebarkan langkah, dia menyongsong Falisha dengan kedua tangannya yang merentang lalu memeluk hangat sang Sahabat.“Sorry, Aku telat. Si Kulkas itu baru ngebolehin Aku pergi keluar setelah kerjaan selesai semua, makanya nggak bisa datang cepet begitu terima kabar dari Lina,” kata Riana dengan rasa bersalahnya yang cukup besar, “gimana Ameera, Sha?” tanyanya kemudian saat pelukan mereka terurai.Falisha menerbitkan senyum untuk dua orang wanita terdekatnya itu, dia merasa senang karena di saat seperti ini kawan-kawannya selalu ada menemani.“Patah tulang … operasinya berhasil kok. Ini masih dalam pengaruh bius, Meera akan sadar dalam beberapa jam lagi,” balas Falisha sendu, bening berkumpul

    Last Updated : 2024-10-29
  • Si Gendut Penakluk Bos    Desakan Kakek Kaisar

    Matteo melajukan mobilnya keluar dari Rumah Sakit Glory, dia menyetir seorang diri sebab Satrio atau yang kerap ia panggil dengan nama Rio, yang juga merupakan sekretaris sekaligus asisten pribadinya itu sudah pulang terlebih dahulu atas perintahnya guna mengurus beberapa pekerjaan.Matteo sendiri tidak kembali ke kantor karena panggilan telepon yang ia terima saat berada di rumah sakit tadi. Panggilan telepon itu jelas lebih mendesak, lebih diprioritaskan daripada sekedar meneruskan pekerjaan mencari pundi-pundi rupiah.Pria berdarah campuran Inggris-Indonesia itu menyusuri jalan raya padat merayap ibukota menuju sebuah kediaman mewah yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.Pintu gerbang langsung dibukakan oleh sang Penjaga Gerbang yang telah mengenali mobil hitam Matteo hingga kendaraan itu melenggang masuk dengan mudahnya menembus keamanan yang cukup ketat tersebut.Matteo memarkirkan mobilnya di sembarang tempat pada halaman rumah yang luas ini, kunc

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Si Gendut Penakluk Bos    Akad Nikah

    “Bagaimana para saksi? Sah?”Pertanyaan sederhana tapi sarat makna ini terdengar sedikit keras dari seorang pria berkacamata di ruangan yang terisikan kurang lebih sekitar dua puluhan orang tersebut.Gema kata sah yang mengiyakan balik pertanyaan itu pun segera menggaung memenuhi ruangan berdekorasi putih, semua orang yang ada di sana sepakat seiya sekata dengan si Pria berkacamata yang berprofesi sebagai seorang penghulu ini dan puji-pujian terhadap Tuhan yang Maha Esa pun terlantun kemudian.Benar, apa yang tengah berlangsung adalah pernikahan antara Falisha dan Matteo. Disaksikan langsung oleh keluarga inti masing-masing dan kerabat dekat saja, akad nikah keduanya berlangsung lancar tanpa kendala apapun.Oleh Falisha, ada selaput bening yang menyelimuti netranya. Yang mana, setengah mati Falisha tahan agar tidak jatuh bersama gelombang gejolak rasa. Falisha sama sekali tidak pernah menyangka jika ia akan menikah sampai dua kali bahkan suaminya seorang Matteo Saguna Taslim, teman ma

  • Si Gendut Penakluk Bos    Matteo dan Teddy (2)

    Sungguh, sekian tahun malang melintang di dunia bisnis, Matteo hampir tidak pernah kehilangan ketenangannya seperti sekarang ini.Bukannya sombong, akan tetapi di bawah tempaan langsung sang Kakek yang merupakan raja bisnis, Matteo memang sepiawai itu. Matteo sedari kecil selalu bisa mengendalikan diri, terutama emosi dan raut wajah hingga tidak bisa terbaca lawan bicaranya.Namun, sekarang semua jerih payahnya menmbentangkan pengendalian terasa sia-sia sebab segalanya dengan mudah digoyahkan oleh Teddy.Memang, keterkejutan yang dialami Matteo hanya sepersekian detik sebelum kemudian pria itu mampu mengontrol kembali emosinya tapi tetap saja dia merasa kecolongan.Kembali, Matteo menelan lagi salivanya demi mengusir gersang yang melanda tenggorokannya walau tak seberapa berguna dan dengan satu tarikan napas panjang tidak kentara diiringi dengan turunnya tangan Teddy yang menunjuknya ia pun berkata.“Apapun yang Saya rencanakan dengan Sasha, kesepakatan apapun yang terjadi antara kami

  • Si Gendut Penakluk Bos    Matteo dan Teddy

    “Jadi … apa yang ingin Kamu bicarakan? Sampai-sampai mengganggu waktu istirahat Saya seperti ini!”Kalimat langsung yang begitu to the point dan tanpa basa-basi sedikitpun dari Teddy itu membuat Matteo merasa punggungnya kian berkeringat meski berada di ruangan berpendingin ini. Setelah kedatangannya diterima keduanya bertemu dan duduk bersama berhadapan, tapi di lima menit pertama mereka hanya duduk diam saling memandang satu dengan yang lainnya.Keterdiaman yang ada nyata sangat bisa menyebabkan suasana menjadi tegang hingga Matteo tidak berani buka suara terlebih dahulu untuk memulai percakapan.Tersentak Matteo tidak kentara ditegur demikian oleh Teddy, dia sangat jelas jika ayah dari Falisha itu pasti memiliki penilaian tertentu mengenai kehadirannya.“Begini Om …,” ujar Matteo menjawab pelan setelah sebelumnya terlebih dahulu menelan Saliva guna menentramkan ketegangan diri. Sungguh, Matteo rasanya membutuhkan sedikit ruang untuk meredam rasa dan terbersit setitik penyesalan men

  • Si Gendut Penakluk Bos    Jalur Keinginan Matteo

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 116 Jalur Keinginan Matteo“Kamu tahu, Mat … sudah Aku putuskan, percepat saja pernikahan kita. Biar semuanya jadi lebih terkendali aja. Aku nggak apa kok, nggak perlu resepsi atau akad atau apapun yang mewah-mewah, tinggal tanda tangan tanpa apapun juga Aku bersedia. Beneran, Aku bersedia dan Papa juga telah merestui ini!”Tidak bisa Matteo tidak tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar, terutama kalimat terakhir yang terlontar dari bibir wanita yang ia pilih sebagai istri itu nantinya.Memang, pernikahan yang ingin dilakukan itu hanyalah pernikahan sebatas di atas kertas pun berjangka waktu tertentu meski belum ada pembicaraan mendetail dengan Falisha mengenai hal ini. Akan tetapi, bukan berarti Matteo ingin melangsungkannya dengan cara yang salah sebab dasar untuk menikah itu sendiri saja sudah tidak benar.Matteo ingin melalui jalur yang baik meski melewatkan momen lamaran dan sekelumit cinta yang seharusnya ada. Walau, ada banyak faktor yang harus

  • Si Gendut Penakluk Bos    Percepatan

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 115 Percepatan“Kamu nangis? Matamu bengkak gini! Katakan, siapa yang bikin Kamu nangis?”Sungguh, beberapa tahun terakhir ini Falisha jarang sekali menerima perhatian dari orang yang ada disekelilingnya termasuk dari suaminya sekalipun. Koreksi, mantan suami si Bramantyo Satya. Selalunya, Falisha yang menjadi pemberi bukan penerima. Kasus ini tentu dikecualikan untuk putri semata wayangnya Ameera.Kalau pun mendapatkan perhatian kecil, selalu ada embel-embel entah apapun itu juga penghinaan yang mengikuti di belakang. Contoh kecil, saat itu Falisha dalam keadaan sakit. Falisha dikira sengaja berpura-pura sakit karena malas atau manja serta tidak ingin membereskan pekerjaan rumah, tuduhan ini selalu disematkan kepada setiap kali wanita itu menderita flu atau demam. Ujung-ujungnya Falisha tidak dibawa ke dokter dan cuma diberikan obat murah yang beredar di pasaran.Oleh karena itu, apa yang baru saja dilakukan Matteo pada Falisha tak pelak membuat hati wani

  • Si Gendut Penakluk Bos    Restu Orang Tua (2)

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 114 Restu Orang Tua (2)Teddy membalas pelukan Falisha erat, hatinya jelas menghangat atas perlakuan buah hatinya saat ini. Sungguh, Teddy merindukan saat-saat seperti sekarang, saat Falisha bermanja pada dirinya.“Sudah jadi seorang Ibu dan akan menjadi seorang istri lagi … Sasha harus lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab lagi ya.”Kalimat yang baru saja digaungkan Teddy disertai dengan usapan lembut di bagian punggung sukses membuat mata Falisha kian memanas.Falisha tidak mampu menjawab Teddy, sebagai gantinya ia menganggukkan kepala dan bening pun tumpah tanpa bisa dicegah.“Papa nggak tahu ada apa sebenarnya antara Kamu dan Matteo, Nak … tapi, Papa sangat berharap jika pernikahan ini akan menjadi pernikahan terakhir untukmu …,” ujar Teddy lagi tanpa menjeda usapannya dan kembali pria paruh baya itu menghela napas berat.Kalimat yang terlontar dari mulut Teddy

  • Si Gendut Penakluk Bos    Restu Orang Tua

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 113 Restu Orang TuaDalam diamnya Falisha menilai ekspresi kedua orang tuanya. Mudah saja membaca raut wajah Miranda karena keterkejutan nyata tergurat serta tidak ada kemarahan atau keengganan sedikitpun di sana. Akan tetapi, tidak sedemikian mudah menilai ekspresi Teddy.Berbekal pengalaman Teddy di dunia bisnis selama puluhan tahun, pria paruh baya itu mampu mengontrol garis wajahnya sedatar mungkin, dia juga bisa mengendalikan emosi di balik topeng tanpa ekspresinya.Tidak ada yang bisa Falisha nilai pada Teddy kecuali wajah kaku seperti papan dan aura dingin kentara yang kian menciutkan nyalinya.Hanya Teddy sendiri dan Tuhan saja yang tahu keputusan apa yang telah diambil oleh Ayah kandung Falisha itu.Sampai pada akhirnya, Falisha tidak tahan lagi dan memecah kesunyian dengan berkata “Papa … Mama … maukah merestui pernikahan Sasha dengan Mamat?”Sungguh, menunggu jawaban seperti s

  • Si Gendut Penakluk Bos    Meminta Restu

    Si Gendut Penakluk Bos - Bab 112 Meminta RestuBerbeda dari rasa yang dialami di awal memasuki ruangan ini, Falisha sedikit menemukan keyakinan di dalam nada bicaranya meski tetap diselimuti oleh keragu-raguan.Kalimat telah terlanjur menggaung, keinginan Falisha juga semakin meneguh sehingga ia memantapkan hati untuk tetap memberitahukan keputusannya kepada Miranda dan Teddy.Dengan mata memerah dan wajah yang masih dirubung haru, Teddy memandang Falisha penuh arti. Begitu pula dengan Miranda yang langsung memberikan perhatiannya untuk Falisha. Pasangan suami istri ini mengkode jika mereka siap mendengarkan sang Anak.Falisha menelan salivanya kasar, berusaha dia sekuat tenaga menekan kegugupan yang melanda lalu angkat bicara di detik berikutnya.“Sasha ingin minta restu Papa dan Mama untuk menikah dengan Mamat.”Lancar jaya sebaris kalimat itu meluncur dari bibir Falisha, seakan apa yang baru saja ia sampaikan adalah hal yang remeh.Terdiam Teddy tanpa ada sepatah katapun yang teruc

  • Si Gendut Penakluk Bos    Permintaan Maaf (2)

    Si Gendut - Bab 111 Permintaan Maaf (2)Tertegun Teddy dan Miranda saat mendengarkan apa yang baru saja diucapkan oleh putri kesayangan mereka.Sungguh, tidak terlintas di kepala mereka jika Falisha akan melayangkan permintaan maaf juga sedikit menyinggung masa lalu di situasi seperti sekarang ini.Bukan pasangan paruh baya ini tidak mengerti dengan maksud Falisha, tapi bukankah jika mereka telah bertemu kembali setelah sekian lama itu artinya semua sudah dianggap berlalu.Oleh Falisha, wanita yang telah berstatus janda dengan satu anak itu hanya mampu menundukkan kepala dengan air mata yang terus menitik jatuh. Tidak berani sedikit pun ia mengangkat wajah karena dirundung penyesalan dan rasa bersalah yang begitu kental sebab karena kesalahan yang diperbuatnya berujung pada rentetan masalah berbuntut panjang yang hampir saja mengoyak segala kerja keras orang tuanya.“Sasha … minta maaf … Ma, Pa ….”Bergetar bahu Falisha saat mengucapkan kembali sebaris kalimat tersebut. Ketakutan mulai

DMCA.com Protection Status