Si Buta dari Sungai Ular tersenyum getir. Entah kenapa Manggala merasa bersalah melihat kemurungan wajah Arum Sari.
"Kasihan sekali kau, Arum. Demi Tuhan aku tak bermaksud mempermainkan hatimu. Ini semua gara-gara ucapan guru...," desah Si Buta dari Sungai Ular dalam hati.
Arum Sari melirik ke arah Si Buta dari Sungai Ular sejenak. Dilihatnya murid Raja Siluman Ular Putih tengah menatap kosong ke depan. Tapi si gadis membiarkannya. Saat tiba di simpang jalan di pinggiran hutan kecil. Arum Sari mendadak menghentikan langkahnya. Sepasang matanya yang tajam menekuri rumput-rumput kering di bawah dengan seksama.
"Manggala, lihat! Tampaknya ada bekas beberapa telapak kaki kuda yang baru saja melewati tempat ini," tunjuk tanpa menoleh ke arah Si Buta dari Sungai Ular sedikit pun.
Manggala sendiri saat itu tengah berjongkok mengamati bekas-bekas tapak kaki kuda di atas rumput kering sambil sesekali menggumam. Lalu pandang matanya segera dialihkan ke
Lalu disertai geraman kemarahan, tiba-tiba ujung jubahnya dikebutkan dengan kedua telapak tangan disentakkan ke depan!Wesss! Wesss!Yang melesat pertama kali dari serangan balasan Pembunuh Iblis adalah gelombang angin dahsyat yang mampu mengeluarkan suara menggidikkan. Di saat berikutnya, menyusul asap putih yang langsung melesat turun naik diiringi hawa panas bukan kepalang!Blarr...!Gelombang angin pukulan Pembunuh Iblis kontan menyambut pukulan Setan Haus Darah, menimbulkan satu ledakan hebat!Tempat pertarungan kontan terguncang hebat laksana terjadi gempa! Tanah langsungberhamburan tinggi ke udara, meninggalkan lubang-lubang yang menganga lebar!Pagar-pagar rumah penduduk bermentalan sebelum akhirnya hancur berkeping-keping di udara! Sementara beberapa orang anak buah Pasukan Laskar Hijau terlebih du-lu membuang tubuh ke samping hingga luput dari sambaran angin akibat bentrokan pukulan tadi!Tubuh Pembunuh Iblis sendiri kontan
"Baik! Kalau kau keberatan menyebutkan gelarmu tak jadi soal. Asal jangan menyesal kalau nyawamu minggat dari raga!""Aku tak mungkin menyesal. Malah aku senang dapat berjumpa golongan perampok macam kalian. Tapi sayang, aku tak punya barang yang cukup berharga untuk dirampok. Padahal, aku ingin sekali merasakan seperti apa sih enaknya dirampok?""Setan alas! Makin diumbar malah makin kelewatan! Kau akan menyesal telah bertemu denganku, Bocah! Sekarang rasakanlah akibatnya!" geram Setan Haus Darah.Saat itu juga, Setan Haus Darah segera menarik mundur kedua telapak tangannya ke belakang. Lalu dengan kekuatan tenaga dalam penuh ti-ba-tiba kedua telapak tangannya segera disentakkan ke depan.Wesss! Wesss!Seketika meluruk dua gulungan bola api dari kedua telunjuk tangan Setan Haus Darah, siap melabrak tubuh Si Buta dari Sungai Ular. Bahkan sebelum serangan-serangan itu sempat mengenai sasaran, terlebih dahulu telah berkesiur hawa panas bukan kepalang
"Aahh...!"Mendadak terdengar teriakan kesakitan dari samping. Selang beberapa saat, tampak tubuh Arum Sari terhuyung-huyung mendekati Setan Haus Darah, akibat pukulan salah seorang pengeroyoknya.Pimpinan Laskar Hijau yang memang berwatak licik, diam-diam tersenyum gembira. Saat itu pula kedua telapak tangannya yang telah berubah jadi merah menyala hingga pangkal siku dihantamkan ke arah"Tahan!" teriak Si Buta dari Sungai Ular kalap bukan main. Namun sayang, teriakan Si Buta dari Sungai Ular terlambat. Karena....Desss...!"Aaakh...!"Begitu terkena pukulan Setan Haus Darah, seketika tubuh gadis cantik itu terlempar jauh ke samping disertai teriakan kesakitan. Tampak tubuh rampingnya berputar-putar sebentar di udara, sebelum akhirnya terbanting keras.Bukkk!Tampak punggung Arum Sari menghantam keras ke tanah. Tubuhnya menggeliat-geliat sebentar, dan kembali luruh ke tanah."Bajingan! Licik! Kubunuh kau...!
DALAM terpaan angin siang, seorang kakek renta berpakaian serba biru tengah terkantuk-kantuk di bawah rindangnya sebuah pohon. Usianya kira-kira tujuh puluh tahun. Rambutnya awut-awutan tak terawat. Saking kurusnya, membuat sepasang matanya mencekung ke dalam.Kakek renta ini terus bertelekan pada tongkatnya. Kepalanya tertunduk, sehingga wajahnya yang kasar tertutup rambut putih. Dengkurnya pun mulai terdengar, pertanda mulai terlelap. Di saat kakek renta yang tengah menikmati semilirnya angin siang, mendadak....Krakkk!Terdengar suara ranting kering terinjak, membuat si kakek terkejut. Saat itu pula hidungnya yang tajam menangkap bau harum. Seketika rasa kantuknya terbunuh oleh perasaan ingin tahunya."Eh...! Bau apa ini?"Kakek berpakaian biru itu mengenduskan hidungnya ke sana kemari. Bersamaan dengan gerakan hidung, kepalanya pun bergerak perlahan ke samping. Dan seketika matanya terbentur pada seorang gadis cantik yang tengah berkelebat cepa
Wesss! Wesss! Blammm! Blammm!Hebat sekali bentrokan dua tenaga dalam tingkat tinggi yang barusan terjadi. Seketika terdengar ledakan dahsyat yang bagai menggetarkan alam sekitarnya. Bahkan ranting-ranting pohon pun kontan hangus terbakar terkena sambaran angin bentrokan itu! Sementara, Peramal Maut tampak terhuyunghuyung beberapa langkah ke belakang. Kedua telapak tangannya saat ini terasa panas bukan main. Sedang Ratu Adil sendiri terpental jauh ke belakang.Tadi, tenaga dalam yang dikerahkan hanya sebagian saja. Maka tak heran kalau gadis ini menerima akibat yang cukup lumayan. Darah segar kontan membasahi sudut-sudut bibir, pertanda gadis murid Ratu Alit dari Nusa Kambangan ini telah menderita luka dalam cukup lumayan."Sungguh aku tak mengerti. Hanya karena aku tak mempercayai ramalanmu kau tega hendak membunuhku, Peramal Maut?" desis Ratu Adil seraya menggeleng-geleng."Siapa pun juga yang tak mengakui kebenaran ramalanku berarti mati!" dengus Peram
"Hea!"Tiba-tiba Peramal Maut menghentakkan kedua telapak tangannya ke depan, membuat tubuh Ratu Adil jadi berguncang hebat. Darah segar mulai mengalir dari sudut-sudut bibirnya. Andai saja gadis ini tak menderita luka dalam akibat kelicikan Peramal Maut tadi, belum tentu ini mengalami guncangan yang demikian hebat.Meski keadaannya amat mengkhawatirkan, namun bukan berarti Ratu Adil harus menyerah begitu saja. Apa pun yang akan terjadi, tekadnya siap menghadapi pertarungan, walau selembar nyawa taruhannya.Melihat tubuh Ratu Adil makin berguncang hebat, diam-diam Peramal Maut tersenyum penuh kemenangan. Lelaki tua ini pun bertambah semangat untuk merobohkan lawannya. Maka dengan sekali menghentakkan kembali kedua telapak tangannya ke depan...."Aughhh...!"Terdengar satu jeritan amat menyayat yang diiringi terpentalnya tubuh Ratu Adil jauh ke belakang. Tampak tubuh murid Ratu Alit itu berputarputar sebentar di udara, lalu terbanting keras di tanah
Seperti pemimpinnya, ia juga memangku seorang gadis yang tampak ketakutan. Wajahnya yang cantik berbentuk lonjong pucat pasi. Matanya jelalatan ke sana kemari memperhatikan laki-laki berperangai kasar yang terus mendekapnya erat-erat. Namun dalam keadaan tertotok begitu tak mungkin si gadis bisa memberontak."Bagaimana, Ketua? Apa usulku tadi dapat diterima?" ulang lelaki bertampang bengis di samping Setan Haus Darah."Hhh...!" Setan Haus Darah mendesah, tak langsung menjawab. Rahangnya tampak mengembung dengan kedua pelipis bergerak-gerak."Tentu saja aku tak dapat melupakan penghinaan ini, Surono! Si Buta dari Sungai Ular harus mampus di tanganku. Tapi, aku juga sadar. Pemuda keparat itu bukanlah pendekar sembarangan. Meski usianya masih muda, tapi ilmunya tinggi sekali. Buktinya aku sendiri tak mampu menghentikan sepak terjangnya.""Mungkin kita harus meminta bantuan Ki Banaspati, Ketua," usul salah seorang anggota Pasukan Laskar Hijau dari belakang, s
"Syukur kalau kau masih ingat, Biang Rampok. Tapi, patut dicatat. Meski kalian mengenaliku, tetap saja aku akan membuat perhitungan dengan bajingan-bajingan kecil macam kalian. Baik ada silang sengketa secara langsung atau tidak. Kalian paham. Untuk itulah aku menghadang kalian!" sahut Pendidik Ulung, lugas."Setan alas! Kenapa jantungku jadi dagdig-dug begini? Padahal di belakang masih ada anak buahku. Hm...! Aku tak boleh gegabah. Meski ia seorang diri, aku harus tetap hati-hati...," rutuk Setan Haus Darah dalam hati."Ketua! Bagaimana ini? Apakah kita harus cepat bertindak?" bisik Surono."Hm...! Lihat saja perkembangannya nanti! Aku memang malas berbentrokkan dengan tua bangka satu ini. Tapi, kalau terpaksa, apa boleh buat," kilah Setan Haus Darah, berbisik."Hey...! Kenapa kalian malah kasak kusuk? Pasti kalian sedang menjelekkan aku. Ya! Sekarang kuminta, cepat lepaskan gadis-gadis itu! Juga, harta benda yang kalian sikat!" perintah Pendidik Ulung b
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana