Saat itu juga Dewa Bogel segera menjejakkan kakinya ke tanah. Seketika tubuhnya melenting tinggi ke udara, lalu berkelebat cepat menyusul Lamdaur. Sekejap saja sosoknya yang bundar menghilang di kegelapan malam.
Si Buta dari Sungai Ular menggerutu tak karuan. Bukan saja kesal mendapat tamparan Dewa Bogel, melainkan juga kesal mendapati tubuhnya terbanting di kubangan Lumpur
"Sial benar nasibku hari ini! Sudah tertotok, masih pula kecebur dalam kubangan lumpur lagi! Ugh...!" semprot Manggala.
Tak henti-hentinya. Si Buta dari Sungai Ular mengomel. Dalam hatinya, ia berjanji akan membalas perlakuan Dewa Bogel tadi.
-o0o-
Kalau orang sudah terbakar api dendam, sudah pasti akan menuntut balas. Apa pun yang akan terjadi, walau nyawa taruhannya. Namun ini bukan berarti tanpa perhitungan. Dengan berbagai macam upaya niatnya akan dilampiaskan. Kalau perlu dengan kelicikan sekalipun.
Seperti juga yang dialami Maling Tanpa Bayangan. Walau telah d
Saat ini Lamdaur dan Dewa Bogel telah melewati pohon tempat Maling Tanpa Bayangan bersembunyi. Dengan demikian, lelaki yang pandai mencuri itu harus memutari pohon agar tidak terlihat. Tentu saja dengan pengerahan tenaga dalam tinggi, agar tak diketahui Lamdaur dan Dewa Bogel. Sementara itu bibir Dewa Bogel tambah lancip saja saat memberengut begitu. Namun manakala tangan Lamdaur menyeretnya, Dewa Bogel menurut saja. Dan menyadari dua orang yang tengah mencari dirinya memutar balik, diam-diam. Maling Tanpa Bayangan menggerutu kesal. Jelas tindakan mereka itu menghambat Maling Tanpa Bayangan untuk keluar dari tempat persembunyian. Padahal mereka tadi sudah cukup jauh dari tempat Maling Tanpa Bayangan bersembunyi. Saat kedua kakek itu mulai melewati tempat persembunyiannya, Maling Tanpa Bayangan bergerak memutar balik agar keberadaannya tak diketahui. Dan saat mereka telah cukup jauh melewati pohon, buru-buru Maling Tanpa Bayangan keluar dari tempat persembunyiannya. S
Dibentak seperti itu, Bayi Kawak bukannya sadar. Malah hatinya jadi tambah sewot. Bagaimanapun juga ia kecewa, karena temannya membatalkan niatnya berkunjung ke puncak Gunung Merapi. Juga, kecewa karena menganggap temannya tak tahu diri."Dasar orang sinting, tetap saja sinting. Untung saja aku tidak ketularan sinting," gerutu Bayi Kawak, tak mau mengakui kekalahannya. "Eh...! Dengar, Orang Sinting! Bagaimana mungkin kau membunuh Penguasa Demit, kalau tempo hari saja kau dapat dikalahkan? Jangan mimpi, Orang Sinting! Kau tak mungkin dapat mengalahkan Penguasa Demit.""Kali ini aku yakin sekali dapat mengalahkannya. Asal, kau mau membantuku," tegas Pelukis Sinting Tanpa Tanding."Yah...! Buntut-buntutnya juga minta tolong. Baiklah kalau begitu. Tapi, bagaimana caranya? Apakah kau sudah punya akal?" meski bersungut, toh akhirnya Bayi Kawak meluluskan juga permintaan temannya."Belum. Justru aku sedang mencari-cari kelemahannya. Tapi, kau mau kan membantuku?
Dalam hati. Manggala menyesal telah begitu keterlaluan mempermainkan gadis manja itu."Ah...! Aku harus segera mencarinya. Aku ingin sekali bersahabat dengannya. Tapi..., tapi apakah ia mau memaafkanku?" gumam hati pemuda dari sungai ular ragu. “Inilah yang merepotkanku. Tapi aku tidak akan menyerah. Kalau perlu, aku akan merayunya habis-habisan!”Entah kenapa menyeringai, membuat wajahnya jadi tampak jelek sekali. Apalagi pakai ditambah dengan garuk-garuk kepala. Makin jelek saja pendekar satu itu!Di saat Manggala tengah sibuk memikirkan Putri Manja, mendadak pendengarannya yang tajam menangkap suara-suara aneh yang ditingkahi jerit-jerit kesakitan. Lalu, disusul pula suara tawa yang bergelak. Si Buta dari Sungai Ular yakin, tak jauh dari tempat itu pasti tengah terjadi pertarungan.Apa pun yang akan terjadi, sebagai seorang pendekar. Manggala tak dapat menahan gejolak hatinya. Ia harus cepat melihat, apa yang tengah terjadi. Siapa tahu ada
"Kalian ini ngomong apa lagi, he? Tadi bertengkar. Sekarang baik-baikan. Sudah! Cepat kau ikut aku, Bayi Kawak!" terabas Pelukis Sinting Tanpa Tanding."Ke mana?" tanya Bayi Kawak."Ke mana-ke mana! Ya ikut aku. Mencari Penguasa Demit. Ayo pergi!""Ba..., baik. Aku pergi dulu. Gel," pamit Bayi Kawak, merasa risau akan nasib muridnya."Sampai ketemu!" sahut Dewa Bogel."Kau juga harus ikut aku. Gel! Urusan kita masih belum selesai. Ayo, cepat tinggalkan tempat ini!" ajak Lamdaur."Baik, Kang."Dewa Bogel menurut. Segera diikutinya langkah Lamdaur. Kini dalam sekejap saja sosok-sosok mereka telah menghilang di balik kegelapan malam.Dewa Bogel dan Lamdaur terus meneruskan perjalanan ke barat, sedang Bayi Kawak dan Pelukis Sinting Tanpa Tanding terus melangkah ke selatan.-o0o-Puncak Gunung Sindoro tersaput awan. Kerlip berjuta bintang di angkasa seolah malas membanggakan warna keperakannya. Malam ini tak tampak keg
"Keak! Keaaakkk!"Lengkap sudah keheranan Maling Tanpa Bayangan. Ternyata, Telapak Gajah hanya mampu mengeluarkan serak bagai burung gagak. Kini hatinya makin yakin bahwa telah terjadi sesuatu atas diri Telapak Gajah. Sayang sekali, lelaki yang lihai mencuri itu tidak tahu petaka apa yang telah menimpa Ketua Perguruan Telapak Gajah. Yang diyakininya, semua itu pasti perbuatan Penguasa Demit."Keak! Keaaakkk!"Telapak Gajah mengibas-ngibaskan tangannya, mengisyaratkan agar Maling Tanpa Bayangan segera meninggalkan puncak Gunung Sindoro."Hm...! Kau mengusirku, Telapak Gajah? Sayang sekali, aku keberatan. Aku tak akan meninggalkan puncak Gunung Sindoro kalau belum membawa pulang Kitab Paguyuban Setan. Kau paham, Telapak Gajah?" sahut Maling Tanpa Bayangan, mantap."Keak! Keaaakkk!"Hanya itu yang keluar dari mulut Telapak Gajah. Selanjutnya, tokoh sakti dari Hutan Krajan itu telah menerjang garang Maling Tanpa Bayangan. Tidak tanggung-tanggung
Baginya, tak ada harapan lagi yang tersisa. Semua hampa. Semua hanya khayalan semata. Putri Manja terus melangkah, terseok di antara rumput-rumput dan semak belukar.Pada saat Putri Manja kian dicekam perasaan nelangsa, mendadak telinganya mendengar suara-suara aneh mirip suara dengungan ribuan Demit yang datangnya entah dari mana. Makin lama, suara-suara aneh itu makin jelas terdengar, membuat matanya beredar ke sekitarnya.Namun anehnya, ia tidak menemukan apa-apa. Sementara suara-suara aneh itu terus mendekat. Kening Putri Manja jadi berkerut. Lebih lagi ketika bulu kuduknya terasa meremang. Gadis ini jadi bergidik ngeri. Memang belum jelas, bahaya apa yang tengah mengancam keselamatannya.Namun nalurinya mengatakan kalau tak jauh dari tempat itu ada bahaya maut tengah mengancam dirinya! Putri Manja diam di tempat. Matanya bergerak-gerak liar ke kanan kiri. Tanpa sadar, gunting besar senjata andalannya yang terselip di punggung dicengkeramnya kuat-kuat, perta
Nihil! Ternyata Putri Manja tetap tak dapat mengerahkan tenaga dalamnya! Malah makin lama tenaga dalamnya terasa amblas entah ke mana. Putri Manja terheran-heran. Keningnya terus berkerut. "Celaka! Ini pasti ada yang tak beres. Bisa jadi mereka mengerahkan ilmu sihir atau semacam ilmu hitam lainnya. Aku harus cepat bertindak, mumpung tenaga dalamku belum habis tersedot!" gumam Putri Manja.Saat itu pula si gadis mengerahkan kekuatan batinnya yang pernah diajarkan Bayi Kawak. Namun apa yang terjadi? Tetap saja serangan itu tak dapat ditahan. Malah makin lama matanya mulai kabur. Sosok-sosok hitam di hadapannya terlihat mulai berubah jadi makhluk-makhluk hitam mengerikan.Putri Manja sadar. Tak mungkin gelombang serangan-serangan gaib itu dilawan....Keadaan Putri Manja benar-benar amat mengkhawatirkan. Namun gadis ini tak putus asa. Apa pun yang akan terjadi, ia terus berusaha mengatasi serangan-serangan mengandung tenaga gaib yang sulit dimengerti.Di pin
"Memang asyik mempermainkan seorang gadis cantik! Apalagi tanpa senjata. Tapi, kenapa kau harus dengan keroyokan begini! Huh...! Memalukan! Dasar manusia-manusia bejat tak tahu aturan!" Mendadak terdengar gerutuan seseorang yang disusuli dengan luncuran serangkum angin dingin laksana topan prahara ke arah anggota-anggota Pasukan Demit Neraka.Brasss...!Pekik-pekik kesakitan para anggota Pasukan Demit Neraka terdengar di sana sini. Tanpa ampun tubuh mereka berhamburan ke kanan kiri bak layangan putus begitu terkena sambaran angin dahsyat barusan."Ha ha ha...! Tikus-tikus kecil macam kalian, mana pantas menginginkan gadis cantik itu. Hayo, lekas tinggalkan tempat ini!"Penguasa Demit terkesiap bukan kepalang. Seketika tawanya tersumbat. Kilatan sepasang matanya yang berwarna merah menyala makin mencorong beringas. Napasnya memburu. Sungguh ia tak terima ada orang yang mengganggu kesenangannya. Siapa pun juga yang mengganggu kesenangannya berarti mati.
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana