Share

808. Part 14

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-30 01:04:54

"Aku tidak mau apa-apa. Tapi kalau kau ingin lihat apa yang akan kulakukan, baiklah! Sekarang, minggirlah sebentar! Atau kalau kau tidak ada kerjaan, boleh menghajar Raja Racun dan Raja Golok yang pongah itu. Terus terang, aku ada sedikit urusan dengan manusia gembur ini!" tuding Manggala yang dikenal sebagai Si Buta dari Sungai Ular pada Raja Maling.

Begitu habis kata-katanya, Si Buta dari Sungai Ular segera berjalan mendekati Raja Maling. Tanpa sadar, lelaki gembur itu menyurutkan langkah setindak ke belakang. "Hayo, Penguasa Tanpa Tanding! Cepat hajar dua bangkotan tua itu! Biar aku mengurus manusia gembur ini!" kata Manggala, seraya menatap Penguasa Tanpa Tanding.

"Jangan banyak bacot, Bocah! Kau pun tak akan lepas dari tangan mautku!" hardik Penguasa Tanpa Tanding.

Namun, akhirnya ia mau juga menuruti kata-kata Si Buta dari Sungai Ular.

"Iya, iya! Masalah urusanmu denganku gampang. Asal, urus dulu dua bangkotan tua itu. Biar aku yang mengurus manusia

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   809. Part 15

    Si Buta dari Sungai Ular menatapi Lukisan Darah Perawan di tangannya penuh kagum. Lalu tubuhnya berkelebat cepat. Begitu sampai di tempat yang aman, disembunyikannya Lukisan Darah Perawan di sebuah semak-semak tebal. Sehingga tak seorang pun yang akan menyangka kalau di tempat itu terdapat benda berharga.Selesai dengan pekerjaannya, Si Buta dari Sungai Ular kembali berkelebat ke tempat semula. Dan baru saja kakinya berhenti melangkah...."Bedebah! Kau telah membunuh Raja Maling, Bocah!" bentak Raja Racun yang sempat melihat perbuatan Manggala tadi.Entah kenapa Si Buta dari Sungai Ular malah menggaruk-garuk kepala. Senyum nakalnya pun tak tersungging di bibir. "Siapa yang membunuh? Aku tidak membunuh. Aku hanya sebal melihat Raja Maling ngorok di sini. Lalu kutendang saja dia," kilah Si Buta dari Sungai Ular pu-ra-pura bersikap bodoh.Raja Racun mengeretakkan geraham penuh kemarahan. "Jahanam...! Kau harus bertanggung jawab atas tewasnya Raja Maling, Boc

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Si Buta Dari Sungai Ular   810. Part 16

    "Bukan. Tepatnya, bukan aku. Aku hanya ingin mengembalikan harta karun itu pada Kanjeng Adipati Pleret.""Bagus! Kalau begitu majulah! Aku tak sabar lagi untuk segera meremukkan batok kepalamu, Bocah!" dengus Penguasa Tanpa Tanding sengit.Lelaki bertubuh raksasa ini segera memutar-mutar gada besi kuning di tangan kanannya, menciptakan angin kencang yang menyambar-nyambar kulit tubuh Si Buta dari Sungai Ular.Manggala makin meningkatkan kewaspadaan. Ia tahu, Penguasa Tanpa Tanding amat sakti. Untuk itu segera dikeluarkannya jurus andalan 'Terjangan Maut Ular Putih' begitu serangan Penguasa Tanpa Tanding meluncur datang."Hea...!"Dikawal bentakan nyaring, Penguasa Tanpa Tanding mengayunkan gada di tangan kanannya dari samping kanan. Sementara, kaki kanannya pun siap pula mengancam iga Si Buta dari Sungai Ular."Hup...!"Si Buta dari Sungai Ular sedikit merundukkan kepala. Kemudian dengan gerakan cepat sekali dihindarinya tendangan kak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   811. Part 17

    "Aaakh...!"Si Buta dari Sungai Ular memekik menyayat. Tubuhnya kontan terpental ke belakang akibat bentrokan tadi. Seketika parasnya berubah seperti kapas pertanda mengalami luka dalam.Sementara, melihat lesatan Tulang Ekor Naga Emas yang mendahului serangan Si Buta dari Sungai Ular tadi, Penguasa Tanpa Tanding hanya tertawa bergelak. Apalagi, ketika melihat hasil serangannya barusan. Dan dengan sedikit menggerakkan gada di tangan kanan, Tulang Ekor Naga Emas Si Buta dari Sungai Ular pun melenceng ke samping."Bocah bau kencur! Terimalah kematianmu hari ini!" Sambil tertawa bergelak, Penguasa Tanpa Tanding siap meremukkan batok kepala Si Buta dari Sungai Ular dengan gada di tangan. Sedikit pun tidak dipedulikannya keadaan sekitar. Padahal, saat itu Tulang Ekor Naga Emas yang tadi melenceng kini telah memutar balik. Bahkan kembali menyerang tubuh Penguasa Tanpa Tanding dengan kecepatan luar biasa!Di tempatnya, Si Buta dari Sungai Ular sudah terlihat par

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   812. Part 18

    Sosok tua berpakaian kain putih yang dipanggil Eyang Bromo hanya mengangguk-angguk, lalu menggeleng-gelengkan kepala. Kedua bibirnya berkemik-kemik seolah-olah tidak mempedulikan Penguasa Tanpa Tanding.“Apalah artinya sebuah nama, kalau kita tak dapat menjaga harkat dan martabat. Sebagaimana semestinya gunung dan lautan yang selalu tegak pasrah menerima kodrat.. Lalu kenapa anak manusia mesti berlaku pongah!”Bukan main murkanya Penguasa Tanpa Tanding mendengar sindiran lelaki tua yang merupakan tokoh nomor satu di dunia persilatan yang jarang sekali menampakkan diri. Dan konon bila Eyang Bromo telah menampakkan diri di dunia persilatan bakal gempar! Semua orang dunia persilatan percaya ini. Termasuk juga Penguasa Tanpa Tanding."Eyang Bromo...! Di antara kita tidak ada silang sengketa! Kenapa hari ini kau mencampuri urusanku, he!" bentak Penguasa Tanpa Tanding berusaha menutupi kegentarannya.Eyang Bromo hanya tersenyum arif. Sedikit pun tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   813. Part 19

    "Jangan khawatir, Cucuku! Eyang sempat membawa lukisan itu kemari. Itu!" tukas Eyang Bromo lalu menunjuk Lukisan Darah Perawan yang disandarkan di sebuah batang pohon. "Sebenarnya, secara kebetulan aku melihatmu saat menyembunyikan Lukisan Darah Perawan. Dan setelah lukisan itu kuambil kembali aku mengikutimu, sampai akhirnya aku menolongmu.""Terima kasih, Eyang. Ternyata kau pun sudi bersusah payah membawa lukisan itu kemari," ucap Manggala lega. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa Penguasa Tanpa Tanding mengakui kalau dirinyalah yang berhak atas harta karun itu?""Harta karun itu memang sebenarnya milik Penguasa Tanpa Tanding."Manggala melengak kaget, mendengar penjelasan Eyang Bromo. "Lho? Kok bisa begitu, Eyang? Apa bukan milik kadipaten?" tanya Manggala heran."Sabar, Cucuku! Nanti juga sampai ke sana. Sekarang, apa kau tidak ingin tahu siapa Penguasa Tanpa Tanding?""Tentu, Eyang.""Dia adalah murid sobatku yang berjuluk Pelukis Sinting Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Si Buta Dari Sungai Ular   814. Perebutan Tahta Berdarah

    MATAHARI PAGI bersinar cerah. Awan putih menghampar di angkasa biru. Angin seolah malas berhembus, membuat suasana mayapada terasa lengang. Hanya kicauan beberapa burung jalak yang beterbangan dari sebuah ranting ke ranting pohon satunya sesekali memecahkan kelengangan.Di puncak Gunung Kelud embun pagi baru saja tersibak pergi. Namun, masih menebar ke segenap penjuru. Di sebuah padang yang cukup luas beberapa orang berpakaian rimba persilatan tampak duduk melingkari sebuah perapian yang telah padam. Melihat pakaian mereka, jelas kalau orang-orang itu adalah para pendekar yang akan mengadakan pertemuan di puncak gunung ini. Wajah-wajah mereka menyiratkan perasaan ingin tahu apa yang akan dibicarakan.Seorang lelaki tua tak henti-hentinya selalu tersenyum menyambut kedatangan para pendekar yang baru datang. Usia lelaki itu kira-kira enam puluh tahun. Meski usianya sudah tergolong senja, namun tubuhnya yang tinggi besar masih tampak segar dan kekar. Itu dapat dilihat dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   815. Part 2

    "Dengan senang hati aku menerima tugas itu, Ki. Kebetulan sekali aku pun mempunyai murid yang masih terhitung adik tiri Kanjeng Adipati," sahut Pendekar Bintang Emas."Maaf, saudara-saudara sekalian! Aku datang terlambat. Aku adalah utusan Kanjeng Adipati!"Ki Rombeng dan semua yang ada di puncak Gunung Kelud buru-buru memalingkan kepala ke arah datangnya suara. Dari arah barat puncak Gunung Kelud tampak seorang gadis cantik tengah berkelebat cepat menuju tempat pertemuan. Sebentar saja, tak jauh dari mereka telah berdiri seorang gadis cantik berusia tujuh belas tahun. Wajahnya bulat telur dengan rambut digelung ke atas. Tubuhnya yang tinggi ramping dibalut pakaian ketat warna kuning. Di punggungnya tampak menyembul gagang pedang."Sekartaji...! Apa yang kau lakukan di tempat ini?" tegur Pendekar Bintang Emas begitu mengenali gadis cantik itu."Maaf, Guru! Juga saudara-saudara sekalian!" ucap gadis yang ternyata Putri Sekartaji seraya menjura hormat pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Si Buta Dari Sungai Ular   816. Part 3

    Setelah semuanya beres, rombongan pendekar yang dipimpin Manik Biru pun segera meninggalkan puncak Gunung Kelud."Kukira, aku pun harus segera menemui Kanjeng Adipati, Ki Rombeng," cetus Pendekar Bintang Emas sepeninggal Manik Biru dan kawan-kawan."Itu juga baik, Sobat. Jangan lupa, sampaikan salamku pada Kanjeng Adipati!" ujar Ki Rombeng."Tentu," sahut Pendekar Bintang Emas, lalu segera berbalik. "Sekartaji! Kau ikut aku!" lanjutnya."Tapi, Guru. Aku.... Aku...," Putri Sekartaji tergagap. Karena, ia memang lebih senang menunggu kedatangan Si Buta dari Sungai Ular daripada mengikuti kepergian gurunya ke Kadipaten Pleret."Ayo!"Pendekar Bintang Emas segera menyambar lengan muridnya. Segera dipaksanya gadis itu meninggalkan puncak Gunung Kelud.Sepeninggal guru dan murid itu, Ki Rombeng pun segera membubarkan jalannya pertemuan para pendekar.-o0o-"Bodoh! Benar-benar bodoh! Menghadapi Penguasa Tanpa Tanding seorang saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status