"Keparat! Rupanya dia benar-benar bosan hidup! Baiklah, urusan itu bisa kutunda sekarang. Tetapi bila dia tak mau memberitahukan di mana Anting Mustika Ratu yang dimilikinya, kucabut nyawanya sekarang juga!" Habis memaki dalam hati seperti itu, lelaki tua berkulit hitam legam berkata dingin, "Selentingan kabar tertangkap di kedua telingaku tentang Anting Mustika Ratu. Dan kabar itu mengatakan kalau kau sebagai pemiliknya tak pernah tahu apa kesaktian anting itu. Tetapi mendapati Anting Mustika Ratu sudah tidak di tempatnya, apakah kau masih mau mungkir bila kukatakan kau sebenarnya tahu tentang khasiat Anting Mustika Ratu dan kau telah menyembunyikannya?"
"Sampai juga kebenaran dugaanku kalau lelaki hitam keparat ini menanyakan tentang Anting Mustika Ratu. Huh! Kendati anting itu sudah direbut oleh Datuk Bayangan, tak peduli aku mengatakannya! Kedua tanganku sudah gatal melihat sikap keparatnya!" batin si Nenek bertelinga sebelah ini. Lalu katanya keras, "Kalau kau sudah mend
Resi Hitam yang bertambah gusar dan diam-diam merasa sukar untuk mengalahkan Iblis Cadas Siluman berpikir, "Keparat! Bisa-bisa nyawaku yang putus bila meneruskan pertarungan ini! Jahanam betul! Aku tak mau kehilangan kesempatan untuk meniduri Dewi Segala Impian! Sejak dia menjalin kasih dengan Mata Dewa, setiap kali pula aku selalu membayangkannya. Bahkan bila kutiduri perempuan-perempuan di tempat pelacuran atau yang kupaksa, selalu saja kubayangi perempuan jelita penuh pesona itu. Aku tak mau gagal! Aku bertekad dalam hidupku untuk menidurinya! Peduli setan dengan Anting Mustika Ratu sekarang ketimbang nyawaku putus!"Berpikir demikian, Resi Hitam dengan susah payah keluarkan suara, "Untuk saat ini kuanggap urusan kita impas dan kita seri satu sama lain! Tetapi bila ada kesempatan, jangan harap kau bisa lepas dari tanganku!""Mengapa berlaku seperti tikus semacam itu, hah!" dengus Nyi Randa Barong dengan mulut menebar ejekan. "Bila memang ternyata masih sayang nyawa,
Sejenak Dewa Pemarah menghentikan langkahnya. Sepasang mata kelabunya yang selalu melotot terbeliak lebar. Kejap lain dia kembali melangkah sambil bersungut-sungut, "Urusan tak karuan atau karuan urusan belakangan! Randa Barong, apakah kau sudah enakan, sekarang!""Dan kau pikir kalau aku sudah enakan aku harus ucapkan terima kasih?" hardik Iblis Cadas Siluman sambil berdiri."Sontoloyo!" Dewa Pemarah menghentikan gerakannya. Sambil melotot dia berkata keras, "Ada urusan apa lelaki hitam sialan itu denganmu, hah? Seingatku, dia tak pernah muncul lagi di rimba persilatan ini!""Aku tak tahu apa yang diinginkan orang itu sebenarnya. Tetapi dia menanyakan tentang Dewi Segala Impian!""Urusan apa dia menanyakan perempuan yang telah bikin hati Mata Dewa jatuh bangun?""Sinting! Apakah tadi kau tak dengar kata-kataku, hah? Biar apa pun yang ditanyakannya, aku tetap yakin itu hanya untuk menutupi yang sebenarnya! Dan aku yakin yang dituju tetap Anting Mus
"Keterlaluan! Tak bisa lihat orang senang! Tapi... he he he... boleh juga!""Bagus! Majulah kalian bersama-sama biar aku cepat menyelesaikannya!" sambar Datuk Bayangan sambil menggebrak dahsyat.Memang sungguh beruntung lelaki berjubah putih itu setelah meminum air rendaman Anting Mustika Ratu. Tak satu pun pukulan sakti dari Raja Arak dan Naga Selatan kendati telak menghantamnya membuatnya mundur atau pingsan atau mampus saat itu juga.Pertarungan yang sebenarnya hanya berjalan singkat bila Datuk Bayangan belum memiliki ilmu kebal khasiat dari Anting Mustika Ratu, nampaknya akan membawa petaka bagi kedua tokoh persilatan itu.Dalam dua puluh kali tarikan napas, tubuh Raja Arak terlempar ke belakang setelah dadanya telak menerima tendangan keras Datuk Bayangan.Bum!Ambruknya tubuh gemuk itu ternyata menimbulkan suara lebih keras dari tumbangnya sebuah pohon Tanah di mana sosok Raja Arak jatuh amblas. Sedangkan nasib Naga Selatan yang setiap
"Kalau kau tahu begitu, ayo bantu aku memulihkan tenaga dalamku!" bentak Raja Arak keras."Bicaramu semakin ngaco saja! Apakah kau tak tahu apa akibatnya bila ada orang yang nekat membantumu memulihkan tenaga dalammu?"Selagi Raja Arak mendengus, Si Buta dari Sungai Ular yang sejenak mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Naga Selatan berkata, "Bukan maksudku untuk bersikap lancang. Biar aku coba untuk memulihkan tenaga kalian!"“Tadi sok tahu sekarang bersikap sombong! Apakah kau benar-benar mampu atau sekadar ingin pamer hah!" sambar Raja Arak keras. "Dengan meminum arak-arakku ini aku bisa mengatasinya! Tetapi... hei, polong" Bagaimana dengan kau? Apakah kau juga hendak meminum arak-arakku ini biar kau merasa segar?" Kendati Raja Arak bersikap seperti itu, tetapi mendadak saja dia muntah darah dan limbung. Bila saja Si Buta dari Sungai Ular tak bertindak sigap menahan, sudah bisa dipastikan tubuh lelaki gemuk itu akan ambruk kembali."Busyet!
Naga Selatan langsung bersemadi. Hampir setengah peminuman teh dia membuka kedua matanya."Anak muda... apakah kau masih rela mengalirkan sedikit hawa panasmu ke tubuhku?"Manggala yang juga baru selesai bersemadi guna memulihkan tenaganya menganggukkan kepalanya sementara Raja Arak seperti tanpa beban dan tak tahu kalau tadi Si Buta dari Sungai Ular sekuat tenaga mengalirkan hawa panas ke tubuhnya, dengan nikmat menenggak araknya. Setelah beberapa saat berlalu, Si Buta dari Sungai Ular pun selesai mengalirkan hawa panas ke tubuh perempuan lanjut usia berkain kebaya ungu.Sunyi merejam. Matahari sudah sepenggalah, sinarnya cukup menyengat, namun karena terhalang beberapa buah batu karang besar, sinarnya tak terlalu mengena pada orang-orang itu.Dari kejauhan, terlihat tiga sosok tubuh berlari mendekat. Dan belum apa-apa salah seorang dari ketiga sosok tubuh itu sudah bersuara, "Nenek! Bagaimana keadaanmu?"Naga Selatan terkikik dan menerima rangkul
Manggala segera menceritakan apa yang diketahuinya. "Dan selesai aku mengobatinya, aku tak tahu lagi bagaimana keadaannya karena aku langsung memburu orang itu. Di tengah jalan aku berjumpa dengan Dewi Bulan yang ternyata baru saja bertarung dengan orang itu yang akhirnya kuketahui berjuluk Datuk Bayangan."Angin Racun Barat yang mendengarkan diam-diam menghela napas lega.Si Buta dari Sungai Ular berkata lagi, "Kalau memang kita tidak tahu bagaimana cara mengatasi ilmu kebal yang dimiliki oleh Datuk Bayangan berkat Anting Mustika Ratu, kita akan jadi bulan-bulanannya saja. Tetapi ini tak boleh dibiarkan. Nek, apakah kau tahu di mana Ratu Iblis berada?""Hik... hik... hik... sudah tentu aku tidak tahu di mana dia berada. Tetapi... barangkali saja Randa Barong tahu di mana Gurunya itu berada.""Anak muda... kalau kau tahu di mana Ratu Iblis berada, apakah kau hendak mencarinya?"Manggala menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Raja Arak yang sedang
"Hmmm... siapa gerangan orang-orang itu? Apakah kehadiran mereka ke sini untuk mencari Raja Arak atau Naga Selatan" Tetapi... bisa saja berita tentang Anting Mustika Ratu yang sudah kudapatkan telah menyebar. Berbahaya! Aku tak mungkin sanggup menghadapi ketiga orang itu yang belum bisa kukenali tanpa kuminum air rendaman Anting Mustika Ratu. Tetapi bisa jadi kalau tak ada yang tahu tentang Anting Mustika Ratu ini kecuali Dewi Bulan."Dalam waktu yang sama, Si Buta dari Sungai Ular sedang berusaha mengalihkan Tenaga Inti Geledek pada diri Raja Arak. Sementara itu Datuk Bayangan mengunci mulutnya rapat-rapat. Dadanya berdebar menunggu ketiga sosok tubuh itu. Dan tatkala tiga kelebatan tubuh melewati persembunyiannya, kepala lelaki berjubah putih ini melengak. "Pangeran Merah!" desisnya pelan. "Gila! Mengapa dia berada di Sini? Setahuku dia melarikan diri bersama Nenek Cabul setelah dikalahkan oleh Si Buta dari Sungai Ular dan Iblis Cadas Siluman. Hmmm... aku ingin tahu apa yan
"Aku kurang jelas. Tetapi yang ku tahu, kalau di lembah inilah Naga Selatan tinggal. Barangkali saja dia sudah bertemu dengan Naga Selatan. Dan kalau memang yang kau katakan tadi benar, Si Buta dari Sungai Ular bersama-sama dengan Iblis Cadas Siluman, bisa jadi Iblis Cadas Siluman pun berada di sini," sahut Datuk Bayangan memainkan peranannya."Pangeran Merah! Kita tak boleh membuang waktu!" kata lelaki berkulit putih terang dengan ikat kepala bergambar ikan pari. Kedua tangan lelaki ini lebih panjang dari ukuran tangan manusia dewasa.Pangeran Merah alihkan pandangan pada Hantu Kali Berantas yang barusan berkata. Setelah menganggukkan kepalanya dia berkata pada Datuk Bayangan, "Guru! Aku akan segera membunuh pemuda sialan itu!""Bagus! Lakukanlah!" sahut Datuk Bayangan dengan tersenyum senang. Tanpa keluarkan ucapan apa-apa, Pangeran Merah segera berkelebat bersama Hantu Kali Berantas dan Sindung Ruwit.Setelah ketiga orang itu lenyap dari pandangan, Dat
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana