"Celaka! Bila dia terus menerus menyerang seperti ini, aku tak akan mungkin bisa menang! Malah konyol karena akan menjadi sasaran serangan yang dilepaskan seenak perut oleh perempuan keparat itu!" rutuk Resi Hitam seraya alirkan hawa murni ke dadanya.
Kejap lain rasa sakit yang dideritanya berangsur lenyap. Kendati demikian, darah sudah merembas di ujung kedua bibirnya. Dan ini semakin menambah kemarahan Resi Hitam.
"Perempuan pengkhianat yang jual mahal! Keluar kau! Jangan berlaku seperti anak kecil bermain petak umpat!* serunya lantang dibaluri kemarahan tinggi.
Suaranya yang dialirkan tenaga dalam itu menggebah sampai puluhan tombak dan menggugurkan dedaunan. Bahkan seperti terhajar oleh angin keras, beberapa ranggasan semak terpapas rata ujung-ujungnya. Tetapi sosok Dewi Segala Impian tidak muncul juga.
Membuat lelaki hitam itu bertambah garang. Kali ini dia tak mau kecolongan lagi. Kedua tangannya segera digerakkan ke tanah di sekitarnya. Seketika it
Kini tinggal Dewi Berlian yang termangu sambil menatap perginya Si Buta dari Sungai Ular. Seraya keluarkan napas panjang, gadis berpakaian merah muda itu membatin, "Kang Manggala... sekian lama aku merindukan dirimu. Tetapi di saat perjumpaan kita, keadaan tak memungkinkan. Kau sudah cepat berlalu kembali sementara rinduku belum tuntas...."Sesaat murid Dewi Bulan ini terbelenggu dalam rasa cinta kasihnya. Tetapi kejap lain dia tak mau terlalu lama berada dalam emosi rindunya. Dilihatnya sosok Iblis Cadas Siluman yang masih memejamkan kedua matanya. Telinga kirinya kini dihiasi oleh darah kering setelah dihentikan oleh Si Buta dari Sungai Ular tadi. "Nek... bagaimana keadaanmu?" tanya Dewi Berlian, Mulut keriput Nyi Randa Barong terbuka, desisan pelannya terdengar, "Aku tidak apa-apa..... Ke mana Si Buta dari Sungai Ular?""Dia hendak mencari orang yang telah menyambar Anting Mustika Ratu, Nek."Terdengar keluhan pelan Iblis Cadas Siluman. "Aku ingat... aku inga
Iblis Cadas Siluman berdiri. Sambil membuka mata lebih lebar dia menghardik, "Jangan campuri urusanku! Lebih baik kau urus Dewi Pedang!" Lalu dipalingkan kepalanya pada Dewi Berlian yang sejak tadi mendiamkan saja kedua orang tua itu saling bentak, "Bocah Ayu! Kau tinggal pilih! Ikut denganku atau ikut dengan manusia sontoloyo itu!"Bagi Dewi Berlian saat ini, ikut dengan kedua-duanya pun tak jadi masalah. Bahkan ditinggal keduanya pun bukan masalah besar. Karena diam-diam gadis yang di keningnya terdapat sebutir berlian yang berkilauan, mempunyai rencana untuk mencari Si Buta dari Sungai Ular. Makanya dia berkata, "Aku tak memilih ikut dengan siapa-siapa. Biar aku sendiri saja.""Kalau itu pilihanmu, terserah! Akan kucari Datuk Bayangan keparat itu sebelum dia bikin ulah dengan Anting Mustika Ratu!" kata Nyi Randa Barong lalu menyambung dalam hati, "Seingatku, Datuk Bayangan punya urusan dendam dengan Raja Arak. Apakah manusia sesat itu sekarang bermaksud mencari Raja
Lalu gadis ini melanjutkan kata batinnya, "Aneh! Mengapa semakin lama aku berada bersama Manusia Serigala, semenjak secara tak langsung dia menyelamatkanku dari tangan Beruang Mambang, aku merasa begitu dekat dengannya. Bahkan kurasakan aku takut kehilangan dirinya. Apakah ini cinta? Tidak! Aku tak merasa memiliki rasa cinta pada Baruna, kendati kulihat sekarang ini dia selalu nampak malu-malu. Apakah dia mencintaiku? Tidak, ini tidak boleh terjadi. Aku mencintai Kang Cakra. Ah... entah di mana Kang Cakra berada? Apakah dia saat ini merindukanku?"Untuk sesaat, murid Iblis Cadas Siluman yang mencintai Cakra alias Pendekar Judi terdiam. Terbayang kisah cintanya yang hanya bertepuk sebelah tangan. Dan karena itulah dia nekat keluar dari Cadas Siluman untuk melupakan segenap gundah hatinya. Dan tanpa disangka, dia bertemu dengan pemuda itu di saat si pemuda terluka parah akibat serangan Iblis Seribu Muka yang akhirnya menyamar sebagai Pendekar Judi."Bila dia memang merin
"Tetapi Guru tidak ada di sana.""Ke mana, Gurumu?""Kata Guru, dia hendak mencari Nenek Randa Barong. Pulangnya tidak tahu kapan. Aku kan jadi kesepian, makanya aku main-main saja. Padahal kalau Guru tahu, aku bisa kena marah, Kakak Diah...."Diah Srinti tersenyum melihat kepolosan yang diperlihatan bocah perempuan kecil ini. Namun sebelum dia berkata apa-apa, mendadak saja terdengar seruan, "Itu dia gadis kecil yang memukuliku, Ayah!"Berjarak tiga tombak dari mereka, telah berdiri empat sosok tubuh. Tiga sosok tubuh tinggi besar dengan wajah garang. Di tangan masing-masing terdapat sebuah parang besar. Sementara yang seorang lagi, seorang remaja kira-kira berusia empat belas tahun. Pipinya nampak sembab. Dan matanya tajam menatap Naga Kecil yang telah berkacak pinggang dengan mata melotot"Lagi-lagi kau! Apakah kau mau kupukuli lagi, hah!" seru gadis kecil itu dengan suara lantang.Remaja itu mundur satu tindak dengan pias, tetapi tangann
"Lho, lho? Kenapa ingin membunuhku? Apa salahku, sih? Kalau kalian ingin pemanasan dulu kan lebih baik sekalian? Ayo sini lagi! Ayo!" Seruan Naga Kecil membuat panas hati Harjo Pati.Dengan garang dia sudah mencelat, disusul dua temannya ke arah Naga Kecil. Tetapi Angin Racun Barat berpikir lain. Dia tak mau bocah kecil itu akan mengalami nasib naas kendati sejak tadi bocah itu berhasil menghindari setiap serangan. Makanya gadis berbaju ringkas biru kehitaman ini sudah melompat. Hanya dengan dua kali menggerakkan tangannya, parang di tangan masing-masing orang telah pindah tempat. Lalu....Trak!Tiga parang besar itu patah sekali potek.Ciutlah hati ketiga orang itu mendapati kesaktian gadis berkepang dua. Masing-masing orang segera mundur dengan wajah pias. Harjo Pati langsung menarik tangan putranya yang nampak tidak puas."Kenapa harus pergi, Ayah? Ayo, hajar bocah sialan itu! Hajar, Ayah! Dia... adduuuhhh!"Tangan kanan Harjo Pati sudah
Lelaki ini kembali menyeringai puas."Lebih baik kutinggalkan tempat ini sekarang. Mumpung keadaan tak terlalu...." Kata-kata Datuk Bayangan terputus tatkala terdengar satu suara bernada merdu dari belakangnya,"Benda itu bukan milikmu, Datuk Bayangan! Lebih baik kau serahkan kepada pemiliknya!"Seketika lelaki tua berambut putih panjang itu putar kepala. Saat itu pula dilihatnya seorang perempuan, setengah baya mengenakan tudung kepala berbentuk kerucut, berdiri berjarak dua tombak dari hadapannya."Dewi Bulan," kata Datuk Bayangan dalam hati."Bagus! Kudengar dia memiliki ilmu yang tinggi. Berarti inilah kesempatan bagiku untuk mencoba ilmu kebal dari khasiat rendaman air Anting Mustika Ratu."Seraya maju satu tindak, Datuk Bayangan berucap, "Kiranya Dewi Bulan yang berdiri di hadapanku! Ini perjumpaan yang tak pernah disangka-sangka! Tetapi, apakah telingaku tak salah mendengar ucapan?"Perempuan berwajah tenang yang mengenakan tud
Memikir sampai di sana, perempuan bergelang dan bercincin bertakhtakan berlian ini mendadak seperti mendapat kekuatan. Dia terus menyerang hebat. Sementara Datuk Bayangan yang memang ingin mempermalukan Dewi Bulan merasa puas setelah berhasil menghajar perempuan itu. Kali ini dia bermaksud menguras tenaga Dewi Bulan. Makanya dibiarkan saja perempuan setengah baya yang masih cantik itu menghajar tubuhnya yang diterimanya sambil tertawa. "Ayo! Kau kuras seluruh tenagamu! Kau puaskan dirimu, Dewi Bulan! Tetapi ingat, kau harus sisakan sedikit tenagamu, karena nanti kita harus bersenang-senang!" Semakin gusar Dewi Bulan pada dirinya sendiri. "Bila saja dia tak meminum rendaman air Anting Mustika Ratu, tak sesulit ini aku mengalahkannya. Tetapi sekarang, jangankan mengalahkannya membuatnya cedera saja sangat sulit kulakukan," batin perempuan berpenampilan tenang yang mulai bergetar juga membayangkan apa yang akan terjadi. Dan ...seperti yang telah
Perempuan setengah baya berpenampilan tenang ini tersenyum seraya membatin, "Sungguh perkasa dan memiliki budi luhur pemuda ini. Bila saja dia mau berjodoh dengan muridku, alangkah senangnya."Habis membatin dia berkata, "Anak muda... kesaktian Anting Mustika Ratu itu ternyata memang terbukti. Sulit untuk mengalahkan ilmu kebal yang mendadak dimiliki oleh Datuk Bayangan. Hanya yang membingungkanku, bagaimana Anting Mustika Ratu itu berada di tangannya? Apakah.... Datuk sesat itu telah membunuh...."“Tidak, Dewi. Iblis Cadas Siluman masih bernyawa hingga saat ini. Lelaki celaka berjubah putih itu justru mengambil Anting Mustika Ratu dengan cara paling pengecut," potong Manggala dan menyambung dalam hati, "Rupanya manusia keparat itu berjuluk Datuk Bayangan. Benar-benar hebat, seperti julukannya dia bergerak laksana bayangan belaka."Sedikit menindih geram, Si Buta dari Sungai Ular menceritakan apa yang terjadi. Termasuk tentang Dewi Berlian! yang kini telah
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana