"Kapiran! Dia bukannya mencoba mengorek keterangan, tetapi justru mempergunakan kesempatan!" dengus Si Buta dari Sungai Ular dalam hati. "Tapi biarlah dia melakukannya karena aku tahu dia tak akan membunuhnya.”
"Ampunnn... ampunni aku...," keluh Sindung Ruwit kesakitan bercampur ketakutan. Wujudnya tak ubah bagai pesakitan belaka.
"Manusia keparat! Lagakmu tadi begitu hebat! Sekarang memohon minta ampun!" sentak Iblis Cadas Siluman keras. "Apakah kau akan mengampuni orang yang berada di tanganmu, hah!"
“Si Buta dari Sungai Ular... tolong aku... tolong...," sendat Sindung Ruwit dengan napas terputus.
"Jangan merengek seperti anak kecil! Nyawamu sudah... pemuda brengsek! Mau apa kau, hah!"
"Nek! Dia perlu ditolong! Tak pantas kau membunuhnya!" seru Manggala yang segera menghentikan langkahnya dan memainkan peranan yang tercipta begitu saja.
"Setan keparat! Dia tak pantas ditolong!"
"Nek! Dalam hidup kita harus saling tolong!
"Hhh! Berulang kali kau menyebutkan julukan pemuda keparat itu! Apakah kau ingin melihatnya mampus di tanganku?" geramnya dengan kedua mata melebar. Kali ini ganti Dewi Berlian yang tersenyum penuh ejekan."Kau tak akan mampu menghadapinya, Pemuda celaka! Aku yakin, hanya tiga gebrakan saja kau sudah dibuatnya terkapar!"Pangeran Merah menggeram. "Setan laknat! Ingin rasanya kurobek mulutmu sekarang dan ku perkosa sampai pingsan!" dengusnya dalam hati. Lalu menyambung dingin, "Akan kubuktikan apa yang kukatakan tadi. Pemuda yang selalu kau sebut itu akan kubuat tak berdaya dan kulemparkan mayatnya di hadapanmu!""Bicaramu terlalu tinggi! Kau tak pernah tahu betapa tingginya langit. Dan kau....""Setan!" putus Pangeran Merah menggeram. "Sekali lagi kau sebutkan julukan itu, kurobek mulutmu!"Mendengar ancaman pemuda berpakaian merah itu, si gadis justru makin mengembangkan senyum mengejek. "Mengapa kau tak melakukannya, hah! Sudah tentu kau dengan m
Sejenak Dewi Berlian tertegun. Kejap lain, mulutnya sudah keluarkan bentakan geram, "Pemuda sinting! Lepaskan gadis itu, hah! Jangan berlaku kacau di hadapanku!"Pangeran Merah hanya terbahak-bahak. Lalu membaringkan tubuh gadis yang tergolek di bahunya tadi diiringi dengan pandangan tajam Dewi Berlian."Dua orang gadis berada di hadapanku. Tergolek lemah tanpa daya dan tertotok. Layaknya dua nampan besar berisi hidangan yang sangat lezat."Mendengus Dewi Berlian tatkala singgah sebuah pikiran yang membuatnya sangat geram bercampur takut. Bentakannya terdengar lagi, "Kau benar-benar keparat, Pemuda Sinting! Kembalikan gadis yang kau culik itu!""Kau akan melihat tontonan yang sangat menggugah perasaanmu. Dan aku yakin, kau tak akan sabar menunggu kesempatan yang bisa kau dapatkan," sahut Pangeran Merah sambil terbahak-bahak. Tangan kanannya meraba tubuh gadis yang terbaring di sebelah Dewi Berlian yang mendelik ketakutan. "Luar biasa... dia juga memiliki
Pangeran Merah yang bernama asli Maraka membatin, "Dia memang hebat sejak dulu. Tanpa melongok lagi ke dalam dia tahu ada dua orang gadis bersamaku. Aku harus mengambil hatinya biar segala urusan berjalan lancar. Lagipula, kemungkinan besar dengan kedatangannya ini semua yang kuinginkan berjalan sebagaimana yang kuharapkan."Pemuda sesat bersenjata sepasang pedang bersilangan di punggung tersenyum. Lalu katanya, "Mana mungkin aku melakukannya selagi kau berada di sini, Guru? Bukankah kita bisa melakukan semuanya barang sejenak?""Dia benar-benar pandai menyembunyikan kegeramannya. Dan aku yakin, salah seorang gadis yang disekapnya adalah murid Dewi Bulan." Habis membatin begitu, Nenek Cabul terkikik, "Kalau memang kau menginginkannya, mengapa kau masih diam berdiri di sana?"Pangeran Merah menggeram dalam hati. Sambil tindih kegusarannya dia melangkah mendekati Nenek Cabul yang tak lain gurunya sendiri.. Dengan penuh kemuakan kedua tangannya langsung mendekap so
"Lalu kau diperintahkan untuk mendapatkan Anting Mustika Ratu itu, Guru?" tanya Pangeran Merah."Ternyata di balik otaknya yang cerdik dan licik juga tersimpan kedunguan," batin Nenek Cabul. Sambil menyeringai dia menyahut, "Aku tak sudi diperintah oleh siapa pun juga. Dengan janji akan kudapatkan Anting Mustika Ratu dan mengobatinya, Ratu Iblis menceritakan semuanya. Tetapi sudah tentu aku tidak mau bertindak bodoh. Untuk apa kulakukan semua itu bila sudah kudapatkan Anting Mustika Ratu? Tentu saja aku tak akan mau melakukan apa yang kujanjikan. Mestika itu akan menjadi milikku selama-lamanya. Ratu Iblis tak mau mengatakan di mana Trisula Mata Empat milik Raja Dewa yang direbutnya.""Tetapi tentunya kau tak akan mudah mendapatkannya, Guru?"Sepasang mata kelabu Nenek Cabul terbuka lebih lebar. "Jangan sekali-sekali kau berkata begitu lagi. Anting Mustika Ratu akan kudapatkan. Selama Iblis Cadas Siluman tak tahu apa kegunaan anting di bagian tengah itu, maka sem
"Jangan perpanjang urusan bila kau ingin selamat! Sebaiknya serahkan anting di bagian tengah yang kau miliki!" sentak Nenek Cabul dengan tatapan tak berkedip."Bicara memang mudah! Sebaiknya justru kau yang segera tinggalkan tempat ini sebelum dapat celaka!"Mengkelap wajah perempuan berbedak putih itu. Dengan geram dia maju selangkah. Tenaga dalamnya telah dialirkan. "Biar urusan lebih cepat, sebaiknya....""Tunggu, Guru! Biar aku yang menghadapi perempuan celaka itu!" seru Pangeran Merah seraya maju tiga langkah. Wajah tampannya dingin, sarat dengan kemarahan dan keinginan. Dengan keras dia berucap, "Nyi Randa Barong... seharusnya kau sadar siapa kami berdua! Lebih baik jangan banyak ucap lagi! Serahkan Anting Mustika Ratu itu!"Iblis Cadas Siluman mengalihkan pandangannya."Pemuda keparat! Kau hidup hanya jadi pemuas nafsu perempuan cabul itu! Bertobat lebih baik daripada kau terus terperosok ke jurang kenistaan!""Setan tua keparat! Mam.
Mendapati bentakannya tak ditanggapi. Dewi Berlian maju satu langkah. Tak mampu lagi menahan sakit hatinya atas perbuatan Pangeran Merah, gadis jelita berpakaian merah muda ini sudah menggerakkan tangan kanannya.Wussss!Sinar penuh kilau menderu dahsyat dan timbulkan angin bergemuruh pada Pangeran Merah. Pemuda sesat berkumis tipis yang sebelumnya telah keluarkan ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa', hanya mendengus. Dan tanpa beranjak dari tempatnya dikibaskan tangan kirinya asal saja.Blaaammm!Pukulan 'Pusaran Kilau Berlian' yang dilepaskan gadis berpakaian merah muda itu pupus dan timbulkan letupan keras. Sinar berkilaunya muncrat dan menebar ke sana kemari. Sementara murid Dewi Bulan ini terjajar ke belakang.Tetapi hati si gadis tak gentar, justru dia makin mengkelap. Kendati dia tahu ilmu yang dimilikinya tak akan mampu menandingi ilmu Pangeran Merah, tetapi gadis yang diam-diam mencintai Si Buta dari Sungai Ular ini menjadi nekat. Dia kemba
Kata batin Si Buta dari Sungai Ular terputus, tatkala sosok Dewi Berlian yang berdiri di sisinya dan sedang geram telah mencelat ke arah Pangeran Merah dengan serangan 'Pusaran Kilau Berlian'. Rupanya gadis ini benarbenar tak mampu menahan kemarahannya. Dan dia juga tak mau membuang waktu untuk membalas segala perbuatan Pangeran Merah.Dewi Berlian merasa bersyukur karena Si Buta dari Sungai Ular muncul dan menyelamatkannya. Karena bila tidak, waktu yang tinggal satu hari saja dari janji yang diberikan oleh Pangeran Merah pada Dewa Pemarah, akan menjadi ajang paling mengerikan dari kehidupan yang pernah dijalaninya. Inilah yang membuatnya tak bisa menahan kemarahan sekaligus memupus siksaan batinnya saat Pangeran Merah hendak berbuat keji pada gadis berkebaya putih yang sekarang mungkin sudah kembali ke rumah.Pangeran Merah mendongak dengan pandangan melotot gusar. Kali ini dia tak mau berdiam diri. Pemuda sesat ini pun dilanda kemarahan karena seluruh rencananya suda
“Mampuslah kalian berdua! Heaaaa....!"Secepat kilat Si Buta dari Sungai Ular menyambar tubuh Dewi Berlian yang masih terbengong seperti teringat sesuatu.Blaam!Tanah di mana keduanya berada tadi rengkah, muncrat dan membentuk lubang sedalam setengah tombak yang mengeluarkan asap. Pangeran Merah yang sepertinya mengetahui gelagat tidak baik, tak mau bertindak ayal. Dia terus mencecar dengan gempuran demi gempuran yang mengerikan. Si Buta dari Sungai Ular terus menghindar seraya membopong tubuh Dewi Berlian. Dapat dirasakan perubahan serangan Pangeran Merah yang lebih garang. Kalau tadi dia selalu banyak omong semata memperlihatkan kesombongannya, kali ini sepertinya dia tak ambil peduli. Bahkan seperti menutupi sesuatu. Dan ini membuat Si Buta dari Sungai Ular berpikir. "Sinting! Apakah ada sesuatu yang membuatnya menyerang ganas seperti itu? Serangannya memang ganas, tetapi wajahnya nampak ketakutan? Apakah... oh! Apakah ini terjadi karena peristiwa tak
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana