Sementara itu murid-murid Istana Ular Emas yang tadi melihat Bunda Kurawa tewas dalam parit berisi ratusan ular emas kontan melempar senjata ke tanah dan duduk berlutut mohon ampun. Ki Bagus Jelantik beserta beberapa orang pendekar lain segera memberi pengarahan.
"Kalian semua dengar! Kali ini kami memaafkan dosa-dosa kalian. Tapi sekali lagi kalian membuat onar, kami tak akan segan-segan membunuh kalian!" kata Ki Bagus Jelantik lantang.
"Terima kasih, Pendekar. Kami berjanji akan kembali ke jalan yang benar," kata Setan Cantik mewakili teman-temannya.
"Baik, baik! Akan kuingat selalu janji kalian ini," ujar Ki Bagus Jelantik seraya angguk-anggukkan kepala.
Pada saat Ki Bagus Jelantik memberikan pengarahan, mendadak entah karena sebab apa Angkin Maut telah berkelebat meninggalkan halaman depan Istana Ular Emas. Selang beberapa saat, Gayatri pun segera menyusul
"Eh...! Kalian mau ke mana?" teriak Manggala lantang.
Habis berteriak begitu, Si B
ORANG berkepala plontos tinggi besar yang mengenakan pakaian putih dari kulit beruang itu terus berlari. Tak hiraukan segala lelah yang sebenarnya mulai mendera. Kendati seperti itu, bibirnya yang tebal menyunggingkan senyum. Tangan kanannya yang kasar dan terdapat gelang terbuat dari untaian taring yang dirajut, menepuk pinggul seorang gadis berpakaian biru kehitaman yang tergolek pingsan di pundaknya.Kejap lain, terdengar tawanya yang panjang berderai. Seiring tubuhnya terus berlari, tawanya seperti jadi sangat panjang. "Bagus! Tak sia-sia pencarian ku selama bertahun-tahun. Hmm... gadis yang berada dalam boponganku ini akan kujadikan sandera. Kalau bertahun-tahun aku yang memburunya, tetapi kali ini biar aku memasang umpan. Nenek berkonde sialan itu harus mampus!" Orang ini terus melesat dengan cepat.Seperti diceritakan beberapa waktu yang lalu, orang berkepala plontos yang tak lain Beruang Mambang adanya telah menyambar tubuh Angin Racun Barat. Lalu dengan kecepa
Orang yang dipenuhi bulu hitam tebal dan dari sela-sela bibirnya meneteskan air liur, mengeluarkan geraman pendek. Pandangannya berkilat-kilat penuh kemarahan. Dengan cara bergerak laksana seekor serigala, orang ini melangkah perlahan ke arah Beruang Mambang. Mengkelap orang berkepala plontos menyadari keasyikannya terganggu. Lebih jengkel lagi mendapati kalau sikap orang penuh bulu itu seperti menantangnya. Dan mendadak saja tangan kanannya dikibaskan sambil keluarkan makian keras, "Mengganggu urusanku, berarti minta mampus"Menghampar angin bergulung dengan keluarkan suara menggidikkan ke arah orang berbulu hitam yang sejenak mendongak dan langsung mencelat seperti menerkam ke arah samping.Blaaarrr!Angin yang melesat tadi menghantam semak belukar yang langsung terpapas rata ujungnya!Sementara Beruang Mambang sendiri keluarkan makian keras tatkala kedua tangan orang penuh bulu yang dipenuhi kuku-kuku runcing itu siap mencakar wajahnya. Rupanya, begitu
"Rupanya ada manusia botak yang sedang jual maut. Hik hik hik... di hadapanku lagi! Sungguh suatu pemandangan yang sangat menggetarkan! Sekaligus menjijikkan dan memuakkan!" Orang yang baru datang mengeluarkan suara bernada nyaring seraya melangkah. Berjarak lima tombak dari hadapan Beruang Mambang yang sekarang sedang menindih geramnya, orang yang ternyata seorang nenek mengenakan kebaya kusam berwarna ungu berhenti. Si nenek bertubuh bongkok ini tersenyum. Mengerikan! Karena kedua pipinya yang ditumbuhi keriput seperti masuk kedalam. Ini disebabkan karena si nenek tak memiliki gigi sama sekali.Beruang Mambang untuk sesaat kelihatan agak bimbang. "Nyi Polong. Nenek keparat yang berjuluk Naga Selatan. Mau apa dia hadir di tempat ini? Jahanam betul! Keinginanku untuk meniduri Angin Racun Barat tadi terhalangi dengan munculnya Manusia Serigala yang masih mendekam tak berdaya. Dan sekarang, nenek peot bertongkat kepala naga ini yang muncul. Aku tak punya urusan dengannya. Tetap
Pemuda ini mengeluarkan suara keluhan, sarat dengan duka yang selama ini tak pernah dirasakannya dan kemarahan yang menggelora di dada. Berpilin jadi gumpalan. Setelah menarik napas, kembali pemuda yang tak lain Pendekar Judi adanya ini keluarkan desisan, "Maafkan aku, Diah. Aku sungguh tak menyangka akan terjadi seperti ini. Sesuatu yang justru menimpa dirimu. Tak seharusnya aku lengah setelah berhasil membunuh Iblis Seribu Muka yang menyamar sebagai diriku."Murid Malaikat Judi ini justru lebih masygul tatkala mengingat kalau gadis berpakaian biru kehitaman dengan rambut dikepang dua itu menaruh cinta yang dalam pada dirinya. Sementara dia tak bisa mengubah rasa cintanya kecuali sebagai seorang kakak terhadap adiknya. Lebih-lebih, mengingat kalau dirinya pernah ditolong oleh Angin Racun Barat tatkala sudah tak berdaya setelah dikalahkan secara licik oleh Iblis Seribu Muka sebelum menyamar sebagai dirinya.Pemuda ini menengadah. Menatap arakan awan putih yang nampak b
Lalu mendesis, "Aku ingin tahu ada apa di balik semua ini? Kemunculan orang berkepala plontos yang ku yakini Beruang Mambang cukup mengejutkan. Seingatku, orang itu memiliki urusan dengan Dewi Pedang. Entah urusan apa. Dan entah mengapa pula Beruang Mambang menculik murid Iblis Cadas Siluman. Apakah sesungguhnya dia memiliki urusan dengan perempuan berpakaian jingga itu? Dan sebuah rahasia lama yang terpendam antara Mata Dewa, Dewi Segala Impian dengan Iblis Sesat kini terkuak dengan persoalan yang sungguh-sungguh mengejutkan." Perempuan yang baru muncul menghentikan desisannya.Lalu menyambung, "Urusan memang banyak di muka bumi ini. Urusan hati dan jiwa yang terkadang terlalu sering melingkupi jiwa manusia. Dan yang membuatku sekarang tidak enak, ke mana perginya muridku yang berjalan bersama Dewa Pemarah setelah perjumpaan di Hutan Seratus Kematian? Mengapa keduanya belum tiba di Goa Seratus Laknat? Apakah ada sesuatu yang menimpa mereka? Sebenarnya, ada sebuah persoalan y
Sementara itu Dewi Bulan masih tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau tak pernah berubah, Kunti. Tetapi aku bisa mengerti karena memang begitulah sifatmu. Mungkin kau merasa belum tiba saatnya kau membuka urusan itu. Tetapi kelak, aku yakin semuanya akan terbuka. Hmm... sambil lalu menemukan di mana Angin Racun Barat, aku juga ingin tahu apa yang terjadi dengan muridku yang berjalan bersama Dewa Pemarah. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan mereka?" Perempuan bertudung kerucut itu terdiam sejenak. Kejap lain, dia sudah berlalu meninggalkan tempat itu yang kembali dibungkus sunyi. -o0o- GUMPALAN awan hitam pekat berarak. Sinar rembulan tak bisa tembusi gumpalan awan hitam itu. Namun beberapa kejap saja, arakan awan hitam itu perlahanlahan bergerak. Kini langit terang benderang dalam sepi yang menggigit. Ternyata malam ini bulan bersinar penuh, bulan purnama. Serrr... Sebuah bayangan kehijauan berkelebat cepat menembus k
Dan mendadak sekali perempuan ini nampak menjadi bertambah tegang. Dengan terburu-buru dia melompat masuk ke lubang membujur dan diperiksanya bagian-bagian dari kuburan itu seksama."Tak kutemukan kerangka milik seorang bayi," katanya setelah kembali ke tempatnya semula. Wajahnya sedikit lega. Tetapi kejap lain, dia menjadi murung. "Kalau memang bayiku itu ternyata belum mati, di mana dia sekarang? Apakah Nyi Putiloka baru meninggal akhir-akhir ini sementara bayiku tumbuh menjadi dewasa dan menguburkannya? Kalau memang benar, Manusia Serigala itu jelas bukan bayiku. Tetapi bagaimana dengan sebuah tanda yang kendati hanya sekelebatan sempat kulihat. Saat Ratu Api menyerang Manusia Serigala yang mencuri dengar percakapan ku dengan Dewi Topeng Perak, aku memang tak Sempat menangkap tanda itu. Tetapi sewaktu orang berbulu itu tiba-tiba muncul entah dari mana dan mengikuti orang tinggi besar berkepala plontos, jelas sekali kulihat tanda yang sangat kuingat itu...."Perempua
"Katakan! Di mana...," seperti disengat kalajengking, Dewi Segala Impian menghentikan ucapannya. Raja Ular Baja Putih tersenyum."Aku tidak tahu di mana anak yang dibawa lari oleh serigala-serigala itu. Tetapi perlu kau ketahui, setiap purnama keempat, datang ke tempat ini seorang laki-laki berbulu hitam yang bergerak laksana seekor serigala. Kebiasaan itu tak sengaja kuketahui, tetapi sudah menjadi patokan bila ingin melihatnya. Malam ini adalah purnama keempat dari tahun ini. Makanya aku tiba di sini. Namun anehnya, orang penuh bulu yang selalu mengeluarkan geraman tak ubahnya seekor serigala belum tampak sosoknya.""Oh!" desis Dewi Segala Impian dalam hati seraya surut satu langkah. Wajahnya kembali dibaluri tegang dan kecemasan. Namun kali ini tersirat rasa tak percaya. Kendati demikian, hatinya berbisik, "Dugaanku sedikit menjadi kenyataan. Suatu kenyataan yang sebenarnya tak kuharapkan. Apakah...."Di kejap lain, Dewi Segala Impian telah berkata sembari me
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana