"Gila! Siapa yang bersuara penuh ancaman itu?" desis Cakar Setan dalam hati. Lalu menggeram dingin, "Keparat! Urusan siapa yang berteriak tadi bukan urusanku. Manusia berjuluk Pendekar Judi ini harus membayar segala apa yang dilakukannya! Hmm... aroma wangi kemenyan ini sungguh memuakkan!"
Seketika dipalingkan kepalanya ke arah orang yang tetap disangkanya Pendekar Judi. Matanya yang sipit semakin menyipit, dan memancarkan sinar angker penuh dendam. Tinjunya terkepal. Kejap lain, tanpa banyak keluarkan suara, orang ini sudah menerkam dengan cara mengibaskan cakarnya!
Iblis Seribu Muka yang tadi dibaluri rasa tegang dan gembira mendengar suara yang diyakininya berasal dari Iblis Sesat tersentak merasakan besetan angin keras ke arah lehernya. Cekatan dia menarik kepalanya, lalu melepaskan jotosan dari bawah. Cakar Setan memiringkan tubuhnya. Cakar besinya membeset menimbulkan suara nyaring.
"Keparat!" maki Iblis Seribu Muka terkejut dan siap membalas. Namun mendad
"Orang muda... jarak kita dengan keranda itu bertambah dekat seiring dengan tarikan yang bertambah kuat! Satu pesanku, kau bunuh orang berjuluk Pendekar Judi itu!""Kau tak tahu siapa orang itu!"Cakar Setan mendesah pendek dengan tubuh yang semakin terasa sakit. Darah seolah menumpuk di kepalanya dan siap terlontar keluar. Lalu katanya semakin terputus-putus, "Siapa pun dia... balaskan sakit hatiku karena dia telah membunuh istriku!"Habis kata-katanya, mendadak saja tangan kiri Cakar Setan menekan pergelangan tangan Si Buta dari Sungai Ular yang terjingkat kaget. Rangkulannya terlepas. Bersamaan dengan itu, tubuh Cakar Setan meluncur deras ke dalam Keranda Kematian!Begitu tubuhnya rebah di sana, pintu keranda itu tertutup. Si Buta dari Sungai Ular berteriak mengguntur, "Tidaaaakkk!"Dengan kelebatan cepat Manggala berusaha menolong Cakar Setan yang sedang kelojotan dengan teriakan-teriakan yang menyayat. Tetapi seperti ada satu tenaga y
Di bawah, jarak Si Buta dari Sungai Ular dengan Keranda Kematian itu bertambah dekat. Tinggal dua tombak lagi. Iblis Seribu Muka yang sebenarnya sudah tak mampu menahan tetapi sekaligus menginginkan kematian Si Buta dari Sungai Ular berkata menyesali, "Kita siap untuk mati, Si Buta dari Sungai Ular....""Bodoh! Menyingkir! Kau bisa mengabarkan semua ini pada yang lainnya, Cakra! Jangan bodoh!"Seperti orang sedang merenungi kata-kata itu, terdengar suara Iblis Seribu Muka kemudian, "Jangan berkata begitu!""Kau tak punya banyak waktu untuk menyelamatkan diri, Cakra! Jangan berlaku konyol!"Iblis Seribu Muka tersenyum. Lalu katanya seperti menyesali, "Maafkan aku, Manggala....""Tak ada yang perlu dimaafkan!"Begitu Iblis Seribu Muka melepaskan rangkulannya, tubuh Si Buta dari Sungai Ular lebih cepat tersedot. Iblis Seribu Muka yang terguling ke belakang dan kini jatuh terduduk tersenyum."Selamat jalan, Si Buta dari Sungai Ular."
Perempuan jelita yang tak lain Dewi Segala Impian adanya ini mengedarkan pandangan dan berhenti pada Si Buta dari Sungai Ular yang sedang bersemadi dan Iblis Seribu Muka yang berdiri di sisi pemuda berpakaian keemasan itu. Lalu pandangannya tertuju pada benda hitam panjang yang menebarkan hawa mistis mengerikan. "Hmmm... aku yakin, benda itulah yang disebut Keranda Kematian. Berarti, manusia keparat berjuluk Iblis Sesat berada di sekitar sini!"Perempuan jelita ini maju satu langkah tanpa mempedulikan Iblis Seribu Muka yang sedang terpesona. Lalu terdengar suaranya, "Iblis Sesat! Aku Dewi Segala Impian! Jangan menyembunyikan wajah celaka mu saat ini! Keluar kau!"Iblis Seribu Muka yang sesaat terpana melihat kecantikan perempuan yang baru datang ini membatin, "Dewi Segala Impian. Namanya pernah aku dengar. Dia datang juga untuk mencari Iblis Sesat yang belum kelihatan batang hidungnya pula! Hmm... kulihat Manggala sudah bergerak. Niatku gagal untuk membunuhnya. Keparat
Membesi wajah si nenek berkonde. Seraya maju tiga langkah, tangan kanannya siap digerakkan. Namun.... Mendadak saja terdengar suara tercekat dari Si Buta dari Sungai Ular, "Jangan bergerak, Guru!"Tetapi terlambat. Sebuah tenaga berkekuatan ganda yang berasal dari Keranda Kematian telah menyedot tubuh si nenek berkonde yang memekik tertahan!Seiring dengan satu tarikan dahsyat pada Dewi Pedang, meledak tawa yang sangat keras sekali. Si Buta dari Sungai Ular cepat melompat menahan tubuh gurunya. Seketika kembali dirasakan tarikan dahsyat yang membuatnya hampir celaka sebelumnya.Bersamaan dengan itu, Dewi Segala Impian masuk ke dalam tanah. Rupanya, perempuan jelita yang memiliki pesona sukar ditepiskan ini telah mempergunakan ilmu anehnya."Terobos Bumi Tumbangkan Langit'!" terdengar seruan keras dari Iblis Sesat yang tak diketahui di mana orang itu berada. Kejap lain terdengar tawanya yang keras, "Hebat! Kau hebat sekali, Permata! Dengan ilmu ya
Dewi Bulan maju selangkah. Perempuan berpakaian biru kehitaman panjang dan mengenakan tudung kepala berbentuk kerucut ini berujar sambil menatap Mata Dewa, "Perjalanan mencari kepastian hidup masih panjang sebenarnya. Jangan sampai urusan ini bikin hati susah."Orang berpakaian hijau penuh tambalan dan selalu memejamkan kedua matanya ini menelengkan kepalanya. "Kau benar, Dewi Bulan. Tetapi rasanya, untuk saat ini lebih baik mengundurkan diri dulu.""Kau terlalu dibutakan oleh cinta, Mata Dewa. Dan sekarang, kau terlalu dimatikan oleh cinta yang sangat dalam kau rasakan.""Semua bukan disebabkan karena aku terlalu mengagungkan cinta. Penasaranlah yang membuatku seperti sekarang, kendati tak ku pungkiri betapa laranya aku selama ini, Dewi Bulan. Tetapi walaupun begitu. Tak ada dendam di hatiku atas pengkhianatan Dewi Segala Impian. Juga perbuatan hina yang dilakukannya bersama Iblis Sesat. Berarti, segala urusanku selesai. Karena aku memang tak punya silang sengk
"Bocah kebluk! Kau makin menekan dadaku!""Wah! Dada peot seperti itu saja masih diributkan!" sahut Si Buta dari Sungai Ular gemas. Lalu melepaskan pegangannya. Seketika saja tarikan dari Keranda Kematian itu semakin kuat."Bocah keparat! Kenapa kau melepaskan aku, hah" Kau ingin aku mampus!”Manggala tak mempedulikan diteriakkan gurunya. Di perhatikannya sesaat Dewi Segala Impian yang telah terdesak oleh Iblis Sesat. Dilihatnya pula Malaikat Judi bergerak membantu. Dialihkan pandangan pada dua pemuda berpakaian putih-putih. Sepintas memang sulit melihat yang mana yang Pendekar Judi asli dan bukan. Tetapi dia tahu Pendekar Judi yang baru datang terdesak.Kejap lain, pemuda dari Sungai Ular ini telah melebarkan bukaan pakaiannya dibagian dada hingga rajah petir didadanya semakin terlihat. Lalu Manggala memutar kedua tangannya ke atas. Lalu ke bawah dan kembali ke atas. Perlahan-lahan diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu menyusul di
Orang-orang yang berada di sana hanya memperhatikan dengan rasa terkejut. Di samping merasakan perubahan hawa yang mendadak sangat panas seperti neraka, mereka juga melihat Iblis Sesat kelojotan ke belakang dengan rambut yang seketika kering dan rontok seluruhnya.Di atas pohon, Pendekar Bijaksana menggeleng-gelengkan kepalanya. "Luar biasa. Kini tiba saatnya."Berpikir demikian, orang tua berkalung terbuat dari oyot pohon yang dirajut melompat dan hinggapdengan ringannya di tanah. Lagi-lagi orang-orang yang berada di sana terkejut. Belum lagi hilang rasa terkejut semua orang, sosok Pendekar Bijaksana telah menghilang dari pandangan dan secara tiba-tiba sudah muncul didekat sosok Iblis Sesat yang tengah merenggang nyawa.Dewi Pedang mendesis sambil menahan sakit, "Pendekar Bijaksana. Melihat gelagatnya dia sejak tadi berada di sini. Luar biasa! Aku sama sekali tak mengetahuinya!"Pendekar Bijaksana terlihat melakukan beberapa gerakan terhadap tubuh Ib
"Sinting! Yang mana Pendekar Judi yang asli!”Malaikat Judi menoleh pada muridnya yang sedang bertarung ketat dengan Iblis Seribu Muka. "Cakra! Kau boleh mempergunakan ilmu 'Pewaris Leluhur'!"Pendekar Judi yang sudah dalam keadaan terdesak mendadak saja melompat ke belakang. Hanya sekejap. Dan mendadak saja tubuhnya berkelebat demikian cepat ke depan. Iblis Seribu Muka menggeram dan siap menyerang. Tetapi dia terhenyak kaget. Tatkala dilihatnya tubuh Pendekar Judi mendadak menjadi besar. Menjerit tertahan Iblis Seribu Muka tatkala dua kepalan Pendekar Judi yang mendadak menjadi besar itu meluncur dan menghantamnya dengan telak!Des! Desss!Tubuh orang yang menyamar sebagai Pendekar Judi ini terlempar delapan tombak ke belakang dengan teriakan mengerikan. Tubuhnya ambruk dengan kepala menghantam tanah lebih dulu. Terdengar jeritannya tertahan dan kejap Lain, orang itu telah tewas!Pendekar Judi menarik napas panjang. "Ilmu Pewaris Leluhur' ma
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana