Semak belukar terpapas habis dan tanah muncrat berhamburan. Rantai yang mengikat tangan kanan dan kirinya menimbulkan bunyi yang sangat keras dan menghantam pepohonan yang langsung berderak, tumbang dan terpental jauh.
"Aaammpoounn! Ammpouunnii aakku!" Seruan yang keluar dari mulut manusia aneh itu, bagai lolongan serigala kerasnya. Tubuhnya terus berkelojotan dengan hebatnya. Di seberang lain, Dewi Samudera Biru menarik napas lega.
"Hmmm... kini dia akan kembali menjadi pengikut ku," Desisnya sambil memasukkan kembali Kitab Pembangkit Mayat ke balik pakaiannya.
"Usapan tangan kananku setelah ditempelkan pada kitab sakti itu yang seperti mengeluarkan darah akan membangkitkan manusia yang telah mampus menjadi mayat. Sementara usapan tangan kiriku akan membuatnya kelojotan kesakitan. Bagus! Semuanya akan kembali seperti sediakala."
Lalu dengan menahan napas perempuan itu berkata. "Iblis Mara Kayangan... apakah kau sudah mengenaliku lagi? Ingat, aku adalah D
"Manusia-manusia dajal yang jadi budak birahi!" Makinya geram dengan wajah ditekuk. Lalu menyambung dalam hati."Biarlah keduanya memadu kasih. Dan perlahan-lahan aku akan berlalu dari sini. Untuk menandingi mereka sebenarnya masih mampu kulakukan dengan ilmu 'Pengendali Mata'. Tetapi untuk mengeluarkan ilmu itu, aku tak boleh kehilangan hawa murni sedikit pun juga. Padahal saat ini telah cukup banyak terbuang hawa murni ku untuk mengobati luka dalamku. Selagi mereka sibuk dengan segala urusan birahi, ku coba untuk mengobati rasa sakit yang mendera."Suara di bawahnya, begitu mengganggu konsentrasi Dewi Samudera Biru sebenarnya. Terutama desah napas si perempuan bercadar sutera, menyusul ringkikan birahi Manusia Mayat Muka Kuning."Setan keparat! Aku tak bisa melakukan di sini!" Maki perempuan berambut seperti dihiasi pernik perak itu."Sebaiknya aku menyusul Iblis Mara Kayangan ke Gunung Siguntang mumpung kedua manusia celaka itu masih asyik dengan urusa
Urung Dewi Kematian mengangkat sebelah tangan yang telah dialirkan tenaga dalam tinggi. Bahkan saking kagetnya dia sambil berjingkat satu tindak ke belakang, dengan mata terbeliak Manusia Mayat Muka Kuning yang sejak tadi sudah mengumbar senyum pun, putus seketika seperti dibetot setan.Di hadapan mereka, Dewi Samudera Biru telah berdiri tegak tanpa kurang suatu apa."Siapakah yang telah sesumbar kali ini?" Serunya dingin dengan mata sebelah kiri memancarkan sinar hijau mengerikan. Sementara mata sebelah kanannya tetap berwarna hitam seperti sebelumnya."Kau, tak akan bisa mencapai maksud. Pikirkan sekarang juga, orang-orang serakah! Tinggalkan tempat ini, atau nyawamu lepas dari badan!"Manusia Mayat Muka Kuning yang sudah berada di sisi Dewi Kematian berbisik "Aku pernah mendengar kalau perempuan celaka itu memiliki sebuah ilmu yang hebat. Ilmu 'Pengendali Mata'. Dengar-dengar pula, ilmu itu dapat membuat tubuhnya pulih seperti sediakala.""Tetap
"Sungguh hebat ilmu 'Pengendali Mata' yang dimiliki perempuan ini. Bagaimana cara mengatasinya? Persetan dengan semuanya, akan kuhantam lagi dia dengan ilmuku ini?" Batin Dewi Kematian dan siap mengeluarkan ilmu 'Tepukan Cabut Sukma'nya. Tetapi Manusia Mayat Muka Kuning sudah berkelebat ke arahnya dan menahan tangannya."Jangan gegabah. Apakah kau sudah melupakan kalau perempuan celaka itu berhasil mencuri ilmuku? Jangan-jangan, dia pun bisa mendapatkan ilmu 'Tepukan Cabut Sukma'mu.""Apa yang harus kita lakukan sekarang?""Aku tidak tahu.""Lelaki keparat ini selalu tidak tahu!" Maki Dewi Kematian dalam hati. Pandangannya masih lurus ke arah Dewi Samudera Biru yang telah berdiri dengan sedikit mementangkan kedua kaki."Tetapi, kata-katanya itu bisa ku benarkan juga. Tak mustahil perempuan celaka itu pun bisa mencuri ilmuku ini."Di seberang, Dewi Samudera Biru berkata dingin."Apakah kau sudah tak mampu lagi mengeluarkan ilmumu itu,
“Rasanya, baru kali ini aku mendengar ada orang berjuluk mengerikan itu. Mengusung mayat busuk yang tak rusak sedikit pun bagian-bagian tubuhnya. Siapa sebenarnya orang itu?" si kakek muka kuning bergumam sambil mengibaskan rambutnya ke belakang."Gerakan yang diperhatikannya saat mencuri Kitab Pembangkit Mayat dari balik pakaian Dewi Samudera Biru, sudah menandakan kalau lelaki tua berpunuk itu bukan orang sembarangan. Persetan siapa pun dia Kitab itu harus bisa ku rebut!"Sedangkan sepasang mata putih di balik semak belukar, memperhatikan suasana yang perlahan-lahan berubah mencekam. Masing-masing terdiam dalam kebisuan. Kendati begitu, masing-masing orang nampaknya bersiaga penuh menghadapi segala kemungkinan. "Aku yakin, sesuatu akan terjadi sekarang. Baiknya, kulihat saja dulu kehebatan si Pembawa Mayat bila memang akan terjadi pertarungan dahsyat," desis si pemilik mata di balik semak belukar.Seperti diceritakan pada episode sebelumnya, Dewi Samuder
“Dewi... Kau tidak apa-apa""Monyet tua muka kuning!" bentak Dewi Kematian dengan dada naik turun lebih cepat." Apakah kau sudah terlalu bodoh untuk melontarkan pertanyaan itu! Minggir! Manusia setan berpunuk itu harus membayar perbuatannya!"Usai membentak dan mengalirkan tenaga dalamnya, Dewi Kematian tegak berdiri. Matanya menatap angker ke arah si Pembawa Mayat yang juga tak kalah angkernya saat membalas tatapan itu.Detik itu pula Dewi Kematian yang tak menyangka kalau dia dibikin ambruk dengan sekali gebrak, segera menerjang. Melipat gandakan tenaga dalamnya dan menggebah dengan teriakan keras."Terimalah ajalmu!"Bersamaan dengan gebrakan Dewi Kematian, si Pembawa Mayat hanya mendelik saja. Tiba-tiba saja digerakkan kedua tangannya di atas kepala. Dan tiba-tiba tangan kirinya yang memegang kitab usang seperti mengalirkan darah diletakkan sejajar dengan punggung. Tangan kanannya diputar ke bawah dan bagai disentakkan, dijulang ke atas.
Lalu serunya dengan kedua tangan dilipat di dada, seolah menutupi payudaranya yang montok yang menerawang dari balik pakaian hijaunya yang tipis, "Yang kau hadapi adalah hanya dua manusia dungu itu, yang sudah tentu akan dengan mudahnya kau taklukkan! Mengapa sekarang kau tidak buktikan ucapan kosong mu itu kepadaku, hah!”Di balik semak belukar, diam-diam si pemuda dari Sungai Ular membatin, "Luar biasa. Hebat sekali lelaki berpunuk yang mengaku berjuluk si Pembawa Mayat. Kemunculannya untuk mendapatkan Kitab Pembangkit Mayat dikarenakan menginginkan kekasihnya yang telah mampus itu dihidupkan kembali, nampaknya akan menjadi kenyataan. Ini sangat berbahaya sekali. Bila mayat kekasihnya itu berhasil dihidupkan kembali, tak mustahil gelombang kejahatan di rimba persilatan ini semakin tinggi. Apalagi, dia memiliki dendam pada Eyang Gledek. Tak mustahil hanya Eyang Gledek saja yang bisa menghentikan sepak terjang manusia celaka itu.Terbukti, kekasihnya yang telah m
"Gila! Ilmu apa itu?" Manusia Mayat Muka Kuning melongo penuh kekaguman namun juga kebencian. "Dan dua gebrak lagi, perempuan berbaju hijau tipis menerawang itu pasti akan mampus! Bagus, kita tak perlu menurunkan tangan!" seru si perempuan bercadar dengan wajah tegang namun penuh dengan kepuasan. Wrrr! Serangkum angin dingin mengarah pada wajah Dewi Samudera Biru. Akan tetapi, perempuan ini masih bisa menghindari dengan jalan melompat ke samping. Tetapi tubuh si Pembawa Mayat yang menyusur tanah tanpa ada hambatan dari punggungnya yang berpunuk, menggebah kembali. Lebih aneh dan dahsyat. Dalam dua gebrakan, berikutnya, serangan anehnya yang mengandung kekuatan dingin itu, menghantam kedua kaki Dewi Samudera Biru. Des! Des! Mendadak saja kedua kaki perempuan berbaju hijau tipis ini tak bisa digerakkan. Kaku bagai terendam di sungai es selama tujuh hari tujuh malam. Akibatnya, perempuan ini ambruk dengan pekikan keras. Tanah di mana tubuhnya amb
Kepala si Pembawa Mayat tiba-tiba menegak. Kedua matanya yang masuk ke dalam kini terbeliak menyiratkan keheranan sekaligus kegusaran. Kendati masih bersuara dingin, namun getaran dalam suaranya sangat terasa, "Kau bilang dia tewas" Siapa yang mencabut nyawanya?" "Malaikat Gledek!" "Manusia celaka itu lagi! Akan kubalas seluruh dendam yang telah mengalir dalam setiap darahku!Perempuan jelita, kemunculanku bersama kekasihku itu selain untuk mencari Kitab Pembangkit Mayat yangbisa menghidupkan kembali kekasihku, juga untuk membalaskan dendam kepada Malaikat Gledek!" "Jangan membual!" "Sulit untuk menerangkan sekarang karena Tengkorak Darah sudah mampus! Tetapi, aku tak akan menyakiti muridnya! Dengar baik-baik, kita orang sesama! Kau harus memanggilku Guru! Tetapi, persetan dengan panggilan itu!" Lalu tanpa mempedulikan wajah Dewi Kematian yang membesi dengan pandangan tajam dan hati diliputi kebimbangan mendengar kata-kata orang, lelaki
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana