"Tak jadi masalah. Yang penting, keadaanmu sudah pulih kembali, Andini," Sahut Manggala yang dikenal sekarang sebagai Si Buta dari Sungai Ular sambil menatap wajah jelita di hadapannya.
Sungguh mengherankan. Kini, gadis ceriwis itu bagai kehilangan seluruh sifat aslinya. Tetapi itu pasti dikarenakan merasa cemas memikirkan keadaan dua kakak seperguruannya yang diduganya telah tewas di tangan Siluman Buta.
"Kalau kesehatanmu telah pulih benar, sebaiknya kita meneruskan mencari Siluman Buta untuk minta keterangan mengenai kedua kakak seperguruanmu itu."
Andini mengangguk. Tangannya mengepal.
"Kalau memang yang kuduga benar, akan kubunuh manusia keparat itu, Kang Manggala."
Manggala cuma tersenyum dingin. Dia bisa ikut merasakan kemarahan gadis itu.
"Sudahlah, Andini... Kita harus bertindak cepat Aku masih harus menemukan Iblis Mara Kayangan. Karena, guruku tengah memancingnya menjauh entah ke mana," Kata Manggala akhirnya. Andini mengangguk.
"Hsss! Hsss! Hsss...!"Suara keras menggelegar itu hanya dimengerti oleh Manggala. Selama bertahun-tahun hidup bersama ular-ular di Istana Raja Siluman Ular Putih, Si Buta dari Sungai Ular bisa mengerti setiap suara yang dikeluarkan ular raksasa itu."Garaga mengatakan, di mulutnya ada seorang gadis yang pingsan. Hmmm.... "Saat Garaga tiba dihadapan Manggala, dia segera membuka mulut besarnya dan satu sosok tubuh meluncur deras dari mulut Garaga.Tap!Tubuh yang dikeluarkan Garaga dari mulutnya sudah berada dalam bopongan Manggala. Manggala sambil meletakkan gadis yang pingsan itu di tanah. Sementara, Andini yang sejak tadi hanya memperhatikan buru-buru mendekatinya."Siapa gadis itu, Kang?" Tanya si gadis."Aku tidak tahu, Andini. Nampaknya dia pingsan karena kelelahan. Tetapi kulihat ada luka di punggungnya. Hmm..., lebih baik segera kuobati sekarang."Segera Manggala mengalirkan tenaga dalam ke punggung gadis itu. Perlahan
MALAM makin panjang. Di langit atas sana awan hitam kian membunting. Nampaknya, sebentar lagi hujan akan turun. Di bawahnya, satu sosok tubuh ramping terus berkelebat cepat bagai tak kenal lelah membelah kepekatan malam. Sejauh lima belas tombak di belakangnya, satu sosok tubuh lain terus mengejar dengan sesekali mengeluarkan gerengan keras."Keparat! Manusia sialan itu masih mengikutiku juga! Urusan bisa jadi gawat! Tetapi nampaknya, aku bisa melakukan serangan kembali di tempat ini Hhh! Napasku sudah cukup sesak dengan segala perbuatan konyol ini! Apa boleh buat? Aku harus mencoba untuk menahannya sebelum memutuskan untuk mencari kesempatan untuk meloloskan diri. Tak ada gunanya menghadapi manusia ini bila belum tahu kelemahannya. Bahkan sepertinya dia tak kenal lelah sama sekali! Setan keparat!" Maki sosok ramping yang berlari di depan.Seketika sosok ramping yang ternyata perempuan berbaju dan berkain batik kusam itu segera menghentikan larinya. Napasnya yang seper
"Kalau kupaksakan untuk mengalirkan tenaga dalam ini, aku akan muntah darah. Bahkan kemungkinan bisa pingsan. Tapi bila tidak cepat kutang-gulangi, tak mustahil aku akan modar! Setan keparat! Apa sampai di sini saja nyawa tuaku ini menemani jasadku?! Hhh! Masa bodo! Muntah darah hanya sakit sebentar. Aku harus berusaha untuk tidak pingsan!"Mendapat keputusan begitu, Dewi Pedang segera mengalirkan tenaga dalamnya. Rasa sesak dan sakit tak terkira, membuat wajahnya makin berkerut. Keringat sebesar biji kedelai telah bermunculan, membasahi sekujur tubuhnya. Napasnya terasa agak sesak. Tubuhnya bergetar.Dan tiba-tiba...."Huaaakkk!Darah kental hitam meluncur bagai terdorong satu kekuatan dari dalam rongga dada. Si nenek berkonde merasakan tenggorokannya sangat sakit sekali."Hoeekkk...!"Sekali lagi perempuan tua ini muntah darah. Kali ini pandangannya dirasakan agak kabur. Matanya berkunang-kunang. Getaran tubuhnya telah menjadikannya sepert
"Jangan ngaco!"Dewi Pedang melotot."Sontoloyo! Nenek jelek! Jangan ngomong sembarangan! Kutampar mulutmu nanti!""Sialan! Beraninya kau bicara begitu padaku?! Apa kau sudah hebat, hah?!""Keparat jelek! Jangan membuatku marah!" Sergah Dewa Pemarah dengan suara menggebah."Setan belang pemarah! Apakah kau bisa bersuara sedikit lembut, hah?!" Balas Dewi Pedang melotot Selagi dua tokoh aneh kelas tinggi rimba persilatan yang sebenarnya bersahabat itu saling umbar kemarahan, mendadak saja Iblis Mara Kayangan telah mencelat disertai deru angin keras menggidikkan.Srangngng! Srangngng!"Setan, Udik sontoloyo!" Maki Dewa Pemarah sambil mencelat mundur. Hal yang sama pun dilakukan Dewi Pedang. Begitu mendarat di tanah, kedua tokoh tua ini menggebrak ke depan. Bersama-sama mereka melepas serangan dahsyat."Kaaliiaan haannyaa caarrii mattii!!" Geram Iblis Mara Kayangan, menggidikkan.Bersamaan dengan itu, mayat hidup ini membuka
Namun sayangnya, di saat Ratu Tengkorak mendapatkan Tulang Ekor Naga Emas, muncul tokoh sesat lain yang berjuluk si Kaki Gledek. Tokoh itu berhasil merebut Tulang Ekor Naga Emas, setelah berhasil membuat pingsan Ratu Tengkorak. Namun akhirnya si Kaki Gledek tewas di tangan Dewi Kematian dengan cara licik. Sementara Tulang Ekor Naga Emas berhasil direbut kembali oleh Si Buta dari Sungai Ular. Di lain pihak, Ratu Tengkorak pun berhasil diselamatkan oleh Dewi Samudera Biru yang berhasil menancapkan pengaruhnya pada Ratu Tengkorak.Si nenek berbaju hitam panjang itu mengedarkan pandangan lagi sambil mengunyah susurnya lebih kuat sehingga, cairan merah yang keluar dari mulutnya semakin banyak. Tak dihapusnya, tapi malah dengan seenaknya dijilati dan dikunyah lagi. Setelah beberapa saat dikungkung kebimbangan, Ratu Tengkorak memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Namun mendadak saja telinganya menangkap satu kelebatan cepat mengarah ke tempatnya. Segera kepalanya menoleh dengan
"Keparat kau, Si Buta dari Sungai Ular! Aku tak punya banyak waktu! Serahkan Tulang Ekor Naga Emas sudah selesai!" Sengat si nenek keras.“Rebut sendiri kalau kau mampu!”Ratu Tenggkorak menggeram. Perlahan-lahan kedua tangannya mengepal, dan lamat sinar warna biru menerangi kedua tangannya."Kau lancang berbuat begitu kepadaku, Si Buta dari Sungai Ular! Jawab pertanyaanku barusan, bila tak ingin mampus!""Kau ini terlalu memaksa, ya? Apakah...." Kata-kata Manggala terputus, begitu melihat Ratu Tengkorak melesat ke muka dengan gerengan keras. Kedua tangannya yang membuka bergerak ke depan. Saat itu pula, melesat sinar biru menggidikkan ke arah Manggala. Itulah jurus 'Tangan Maut Sedot Darah', Manggala yang menangkap bahaya, segera mengempos tenaga dari dadanya. Begitu tangannya menghentak ke depan.....Wrrr!Angin panas luar biasa meluruk dahsyat bagai percikan cahaya yang menggidikkan. Itulah Aji Pukulan 'Batara Shiwa' yang dile
"Rupanya dunia telah berubah arah. Setiap langkah berarti petaka. Wujud dari kehidupan ini hanya sengsara belaka, yang tak akan pernah sirna sepanjang masa. Sekujur tubuh pemuda berpakaian kulit ular ini membiru. Tentu dia terkena pukulan dahsyat. Dan di sebelah sana, perempuan tua berbaju hitam panjang itu telah jadi mayat. Aku yakin, perempuan itulah yang berjuluk Ratu Tengkorak bila memperhatikan ciri-cirinya. Apakah dia tewas di tangan si pemuda?" Kata batin lelaki buntal yang tak lain tokoh silat aneh berjuluk Dewa Bumi."Dalam pandanganku ketika Andini tak ditemukan, aku merasa pasti kalau pemuda ini yang telah menolong muridku yang ceriwis itu. Wisnu dan Nandari pasti heran, karena aku tak menampakkan kecemasan, dikarenakan aku telah melihat semuanya."Dewa Bumi kembali menggeleng-geleng. "Nyawa nampak murah harganya. Manusia hidup hanya jadi petaka. Melihat pukulannya, pemuda ini terkena pukulan 'Tangan Maut Sedot Darah'. Pukulan yang menggegerkan rimba persila
"Orang buta hina! Sejak dulu kau hanya mencampuri setiap urusan! Dan kau selalu mempergunakan kesempatan dalam kesempitan. Tetapi sayangnya, sampai saat ini kau belum berhasil mendapatkan apa yang kau inginkan!" Desis Dewi Samudera Biru."Apa yang kau katakan itu benar. Tetapi sekarang, apa yang kuinginkan akan kudapatkan. Kitab Pembangkit Mayat harus kudapatkan. Apakah aku akan berdiam..., heeiittt!"Telinga Siluman Buta yang lebih tajam daripada mata seorang tokoh macam Dewi Samudera Biru, menangkap desir angin bergelombang dengan cahaya panas berpendar. Kakinya cepat surut dua tindak, tangan 'Tinggalkan tempat ini bila tak ingin mampus!" Usirnya, dan tongkatnya digerakkan secara melingkar.Wrrr!Angin bergulung pun meluncur, menerabas lingkaran angin yang dilepaskan Dewi Samudera Biru.Pada saat yang singkat, tubuh Siluman Buta pun mencelat ke depan. Tongkatnya siap menghantam kepala Dewi Samudera Biru. Perempuan cantik berbaju hijau lumut itu t
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana