Share

1034. Part 4

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 01:02:17

Akhirnya Gembong Kenjeran dan anak buahnya pun dapat ditaklukkan oleh Dewa Kegelapan. Namun kekuasaan Dewa Kegelapan yang ingin menguasai dunia persilatan tak berlangsung lama, tatkala Si Buta dari Sungai Ular datang mengobrak-abrik. Dan sewaktu terjadi pertarungan sengit antara Dewa Kegelapan dan Si Buta dari Sungai Ular, Gembong Kenjeran yang berakal cerdik segera melarikan diri. Kemudian lelaki telengas ini melaporkan kejadian yang menimpa Dewa Kegelapan pada Empat Iblis Merah dari Hutan Seruni. Namun, apa yang diharapkan dari jerih payahnya hanya menemui kesia-siaan. Malah dengan cara kasar Gembong Kenjeran diusir oleh Empat Iblis Merah dari Hutan Seruni. Bahkan salah seorang dari Empat Iblis Merah menghadiahi satu pukulan maut. Untung saja Gembong Kenjeran masih sanggup bertahan. Walau dengan menderita luka dalam cukup parah, akhirnya ditinggalkannya Hutan Seruni.

"Setan alas! Seumur hidupku belum pernah aku diperlakukan sehina ini. Tak mungkin aku membiarkan penghinaan

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1035. Part 5

    "Tua bangka budek! Aku tak butuh ocehanmu!" terabas Gembong Kenjeran kasar bukan main. Di akhir kalimatnya, kaki kanan Gembong Kenjeran menghentakkan kuat-kuat ke bawah. Seketika lobang besar kontan tercipta dari bekas pijakan kakinya. Sedang Gembong Kenjeran sendiri telah berpindah dua tombak di hadapan si kakek. Sementara, tanah dan bebatuan berpentalan ke sana kemari, membuat tempat itu jadi gelap. Namun anehnya kakek renta di hadapan Gembong Kenjeran malah menyunggingkan senyum. Sedikit pun hatinya tidak tersinggung atas kekasaran sikap maupun omongan Gembong Kenjeran."Anak manusia! Kulihat luka di tubuhmu masih belum seberapa bila dibanding luka hatimu. Buanglah semua yang membebani hatimu. Niscaya kau akan hidup tenang selama-lamanya," ujar kakek renta itu arif. Nada suaranya pun enak didengar telinga.Gembong Kenjeran yang tak dapat lagi mengendalikan amarah malah maju selangkah ke depan. Kedua telapak tangannya yang terkepal erat, siap meremukkan batok kepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1036. Part 6

    Sebentar saja, sosoknya menghilang di balik mulut tebing hijau jauh di atasnya. Melihat kehebatan ilmu meringankan tubuh Eyang Bromo, mau tidak mau Gembong Kenjeran jadi berdecak kagum. Rasanya sulit masuk akal kalau orang tua renta yang tampaknya tak bertenaga itu mampu mendaki tebing terjal di hadapannya dengan kecepatan luar biasa!"Edan! Benar-benar lihai, Tua Bangka Keparat itu! Hm...! Tak heran kalau ia menduduki papan atas dunia persilatan. Tapi, sial! Ia tak mau menyembuhkan luka dalamku. Eh..., tunggu! Kenapa hawa panas yang mengaduk-aduk dalam tubuhku sirna? Kenapa tiba-tiba saja tubuhku jadi segar begini? Apa yang telah dilakukannya padaku? Bukankah tadi ia tak melakukan apa-apa selain bicara? Tapi, kenapa luka dalamku sembuh seperti sediakala. Ah...! Menyesal sekali aku telah memperlakukannya kasar. Hm.... Jelas! Secara diam-diam, Eyang Bromo pasti telah menyembuhkan luka dalamku. Entah dengan cara apa luka dalamku bisa disembuhkan olehnya...."Gembong Kenj

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1037. Part 7

    "Maafkan aku, Orang Tua! Sungguh aku tak tahu kalau hari ini tengah berhadapan dengan orang tua sakti yang bergelar Eyang Pamekasan," lanjut Gembong Kenjeran.Sebagai seorang tokoh dunia persilatan, Gembong Kenjeran alias Gendon Prakoso tahu siapa Eyang Pamekasan. Dia tak lain adalah seorang tokoh papan atas dunia persilatan yang menempuh jalan sesat. Bahkan sepak terjangnya sering membuat tokoh-tokoh golongan putih jadi kecut. Hal ini tentu saja disambut gembira oleh tokoh-tokoh golongan hitam.Namun sayangnya, Eyang Pamekasan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bertapa. Pernah sekali waktu Eyang Pamekasan keluar dari tempatnya bertapa. Itu pun karena dipanggil oleh cucunya yang bergelar Pangeran Pemimpin. Demi membantu Pangeran Pemimpin yang bermaksud ingin merebut takhta Kadipaten Pleret, akhirnya tokoh itu keluar dari tempatnya bertapa. Namun sayang, sepak terjangnya dapat dihentikan Si Buta dari Sungai Ular yang dibantu pendekar-pendekar sakti seperti Penyai

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1038. Part 8

    Seketika kedua telapak tangannya telah berubah menjadi putih berkilauan hingga pangkal lengan, saat tenaga dalamnya dikerahkan."Hea!"Bersamaan teriakannya yang mengguntur, tiba-tiba Gembong Kenjeran menyentakkan kedua telapak tangannya ke depan. Seketika dua gulungan asap tebal berwarna putih berkilauan yang menebarkan hawa dingin bukan kepalang meluruk ke depan!Pesss!Dua batang pohon besar di hadapan Gembong Kenjeran langsung terbungkus dua gulungan asap tebal dari kedua telapak tangan Gembong Kenjeran. Seketika bumi terasa bergetar hebat diiringi suara gemeretak dari ranting-ranting pohon yang berjatuhan! Dan saat kedua telapak tangannya diturunkan kembali, dua batang pohon besar itu pun luruh ke tanah berubah menjadi kepingan-kepingan kecil berwarna putih kepucatan!"Aji 'Setan Kober'!" terdengar Eyang Pamekasan memerintah.Gembong Kenjeran tidak menyahut, kecuali segera memusatkan pikirannya untuk mengerahkan apa yang diperintahkan E

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1039. Part 9

    Hupp!Gembong Kenjeran menghentikan kelebatannya di ranting pohon terakhir. Di hadapannya kini terbentang hamparan tanah rerumputan yang dikelilingi semak belukar. Lelaki itu menyapu keadaan sekitar dengan matanya. Dan mendadak bola matanya tertumpuk pada empat gundukan tanah merah di bawahnya."Kuburan?" gumam Gembong Kenjeran."Kuburan siapakah itu? Mungkinkah kuburan Empat Iblis Merah. Atau...."Gembong Kenjeran tak meneruskan pertanyaan dalam hatinya. Ia segera melompat turun. Ditelitinya empat gundukan tanah merah di hadapannya seksama. Ternyata di papan nisan itu tertulis.... ‘Makam Bajingan-bajingan Merah dari Hutan Seruni’.Gembong Kenjeran melongo. Dibacanya sekali lagi tulisan di papan nisan itu."Hm...! Jadi bajingan-bajingan merah itu sudah modar! Menilik gundukan tanah yang mulai mengeras, aku yakin kuburan ini sudah cukup lama. Mungkin dua atau tiga bulan lalu. Tapi, siapakah yang melakukan ini semuanya?" tanya Gemb

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1040. Part 10

    "Masa' baru saja diomongkan sudah lupa. Dasar pikun!" rutuk Manggala dalam hati. Sedang Ratu Adil makin menyembunyikan wajahnya dalam-dalam. "Oh, ya? Aku ingat. Aku sedang mencari muridku. Apa kalian pernah melihat muridku?"Manggala yang semula mengira kalau kakek renta itu akan menyuruh meneruskan adegan mesranya hanya melongo."Kasihan sekali. Kenapa orang tua ini demikian pikunnya? Baru saja ngomong soal pelukan, sekarang sudah melantur bicara soal muridnya. Bagaimana, sih?" gumam Si Buta dari Sungai Ular dalam hati."Ayo, jawab! Kenapa kalian malah melongo?" hardik si kakek renta. Matanya mendadak jadi berkilat-kilat galak."Hey...! Kau, Bocah buta! Apa kau pernah melihat muridku? Jauh-jauh aku dari Gunung Slamet untuk mencari muridku, masa' kau tidak bisa membantu? Ayo, tunjukkan di mana muridku, Bocah buta?""Ya, ampun! Orang tua ini malah jadi melantur tidak karuan. Pakai membentak-bentak lagi...." Manggala mendesis dalam hati sebelum akhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1041. Part 11

    Namun rupanya Kakek Pikun tidak terusik oleh gurauan Si Buta dari Sungai Ular. Ia malah asyik mengurut-ngurut pelipisnya, seolah-olah dengan cara itu ingin meyakinkan diri sendiri."Aku tak percaya! Aku tak percaya bocah buta ini dapat membunuh Hantu Tangan Api yang menjadi momok dunia persilatan...," desis Kakek Pikun berulang-ulang. "Aku harus menyelidikinya sendiri. Mana sudi aku mempercayai omongan Bocah buta itu?"Di akhir desisannya, Kakek Pikun, buru-buru berkelebat cepat meninggalkan tempat itu tanpa menoleh sedikit pun ke arah Si Buta dari Sungai Ular dan Ratu Adil."Tunggu, Kek! Kau mau ke mana?" tanya Si Buta dari Sungai Ular, heran juga melihat sikap Kakek Pikun. Namun Kakek Pikun tak sudi mendengarkan panggilan Si Buta dari Sungai Ular. Sembari terus mengeluarkan gumaman tak jelas, langkahnya malah makin dipercepat. Hingga dalam waktu yang tidak lama, sosoknya pun telah berubah menjadi titik biru kecil di kejauhan sana. Terpaksa Si Buta dari Sungai

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Si Buta Dari Sungai Ular   1042. Part 12

    "Hm...," Putri Hijau mengangguk-angguk."Jadi Hantu Tangan Api yang telah membunuh muridmu" Ya ya ya...! Pantas saja kau tampak uring-uringan begini. Tapi menurut desas-desus yang kudengar, Hantu Tangan Api telah tewas di tangan Si Buta dari Sungai Ular. Apakah Si Buta dari Sungai Ular yang kau maksudkan Bocah buta itu, Kakek Pikun?""Ah...! Kau benar, Perempuan Berpayung. Teman Bocah buta itu memang pernah menyebutnya Si Buta dari Sungai Ular," teriak Kakek Pikun gembira. “Tapi kalau kabar itu memang benar, lalu aku harus meminta pertanggungjawaban pada siapa atas tewasnya muridku?"Mendadak Kakek Pikun menampakkan raut wajah sedih."Wahai, sobatku Kakek Pikun! Seharusnya kau bersyukur menerima satu keberuntungan yang tersembunyi. Tidak seharusnya menyesal seperti ini. Untung saja hanya muridmu saja yang tewas. Kalau sampai kau mati, apa pikirmu masih dapat menikmati indahnya alam mayapada ini? Untuk itu, bersyukurlah! Sesungguhnya Hyang Widi meman

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status