"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Li Lin kepada roh pedang kayu.
"Panggil Miao Cing untuk mengambil kunci sangkar ini dari si botak itu! Setelah dia mendapatkan kuncinya, aku akan membantumu keluar dari sini."Ketika Li Lin hendak memanggil Miao Cing, ia dikagetkan oleh teriakan seorang gadis di depannya."Ayah! Aku menginginkan Kakak tampan ini." Gadis itu menunjuk Li Lin."Apa kau yakin ingin memilih anak buta ini, Yu Jin?" timpal seorang pria bertubuh tegap, perawakan ideal, wajah tampan, dan memiliki sikap yang berwibawa. Dia adalah Fu Jin, sang penguasa Daerah Hong.Sepuluh tahun yang lalu, Daerah Hong terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan. Namun, karena terjadi peperangan dan hanya ada satu pemimpin yang masih berdiri kokoh di atas pemimpin yang lain. Yaitu Pemimpin Keluarga Jin yang saat itu dipimpin oleh Fu Jin, seorang pemuda gagah nan perkasa.Fu Jin sendiri sebenarnya adalah anak angkat dari Keluarga Jin, karena satu-satunya sisa generasi Keluarga Jin yang terakhir adalah orang yang mandul. Pemimpin Keluarga Jin terdahulu, tertarik dengan kemampuan berpedang Fu Jin yang luar biasa, sehingga dia mengangkatnya menjadi anak. Sebagai hadiah, dia membangunkan sebuah perguruan seni pedang bernama Fu, untuknya."Memangnya kenapa kalau buta? Aku bilang, aku menginginkannya, Ayah!" Gadis berumur 7th itu mendengus."Baiklah, berhenti mendengus seperti itu. Kau terlihat jelek saat cemberut," ucap Fu Jin mencubit pelan hidung mungil anak gadisnya.Sementara Fu Jin mencari-cari si penjual budak, Li Lin mengurungkan niatnya untuk memanggil Miao Cing."Apa kau tetap ingin aku memanggil Miao Cing untuk mengambil kunci itu?" tanya Li Lin kepada Suluh."Tunggu! Sepertinya, gadis itu benar-benar menginginkanmu."Yu Jin terus menatap Li Lin, bahkan tanpa mengedipkan sekejap mata pun. Gadis itu sampai mengembangkan bibirnya hanya dengan menatap anak buta di hadapannya. Tak lama kemudian, Fu Jin datang dengan pria botak berbadan gemuk."Jika Anda memberikan dua karung berlian kepadaku, Anda boleh mengambil anak ini, Tuan Jin," kata si pria botak berbadan gemuk kepada Fu Jin."Dua karung berlian hanya untuk seorang anak buta? Bukankah itu terlalu mahal?""Seseorang telah menawarkan sekarung berlian untuk membayar anak ini. Jika Anda tidak mampu membayar dua karung berlian, Anda bisa mencari yang lain.""Tidak mampu? Heh! Apa kau pikir aku semiskin itu?"Fu Jin memerintah pengawalnya agar membawakan dua karung berlian dan memberikannya kepada pria botak itu. Kemudian, pria itu bersama anak perempuannya membawa Li Lin pergi dari pasar perbudakkan. Mereka menaiki kereta kuda menuju Perguruan Fu di Daerah Hong."Siapa namamu?" tanya Fu Jin kepada Li Lin."Li si buta dari Hutan Mblesek." Li Lin tidak bisa memberitahu kepada mereka bahwa dia sebenarnya adalah seorang buronan."Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Fu Jin lagi."Aku tidak memiliki orang tua."Sejenak, mereka pun terdiam dan merasa iba terhadap Li Lin."Tak apa. Mulai sekarang, di sini ada aku yang akan terus menemanimu, Jin Li," celetuk Yu Jin menyebut nama Li Lin sesuka hati."Jin Li?" sahut Fu Jin mengernyitkan dahi."Iya. Mulai sekarang, namanya adalah Jin Li," ujarnya kepada sang ayah.Yu Jin menggenggam tangan Li Lin dengan erat. "Kita akan pergi ke Perguruan Fu bersama. Ayahku adalah seorang pemimpin di perguruan itu. Kau bahkan bisa menjadi murid ayahku nanti." Kemudian, gadis itu menatap sang ayah dan berkata, "Benar, kan, Ayah?""Apa? Huft!" hembus Fu Jin pasrah. Pria itu sangat lemah terhadap permintaan puteri kecilnya. "Baiklah! Apapun itu asalkan bisa membuatmu senang." Dia mengusap kepala Yu Jin sembari tersenyum.Setelah sampai di Perguruan Fu, mereka turun dari kereta dan berjalan menuju asrama. Sepanjang perjalanan, setiap orang yang melihat Fu Jin, akan membungkukan badan dan memberi penghormatan. Fu Jin mengatur kamar Li Lin di sebelah Yu Jin. Tentu saja hal ini juga atas permintaannya. Pria itu sangat memanjakan anak perempuannya semata wayang.Yu Jin adalah anak yang tidak mudah bergaul. Karena sifat angkuhnya, dia dijauhi oleh teman-teman seumurannya. Sebenarnya ada beberapa yang ingin berteman dengannya, tapi mereka hanyalah seorang penjilat dan itu membuat Yu Jin sangat membenci mereka. Oleh karena itu, Fu Jin mengajaknya ke pasar perbudakkan dan membeli seorang budak untuk menjadi teman bermainnya."Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan Jin. Apa yang harus kulakukan untuk membalas Anda?" ucap Li Lin kepada Fu Jin."Kau hanya perlu menjadi teman untuk puteriku, Yu Jin." Fu Jin berbalik dan pergi meninggalkannya. Namun, setelah berjalan beberapa langkah menjauh, ia terhenti dan menoleh. "Besok, aku akan menguji kampuanmu. Aku akan menjadikanmu sebagai muridku jika kau pantas. Persiapkan dirimu!" Pria itu pun kembali melanjutkan langkah kakinya."Cih! Ayah tidak berubah! Masih saja pilih-pilih. Oleh karenanya, sampai saat ini pun ia belum memiliki seorang murid yang memenuhi kriterianya," ucap Yu Jin menggerutu di samping Li Lin."Anda tidak perlu khawatir, Nona. Aku akan berusaha yang terbaik agar bisa menjadi murid ayahmu.""Nona? Huh!" Gadis itu mendengus. "Panggil aku Yu Jin!" ucapnya melipat tangan sembari memalingkan wajah."Yu Jin!"Saat Yu Jin mendengar namanya keluar dari mulut Li Lin hati sangat berbunga-bunga. Raut wajah cemberutnya seketika tersenyum dengan rona merah di pipinya. Mereka saling terdiam hingga beberapa saat."Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan dariku, Yu Jin?" tanya Li Lin."Ayo temani aku ke rumah makan di perguruan ini. Kau belum makan, kan?" Yu Jin meraih tangan Li Lin dan menariknya.Rumah makan? Li Lin sendiri baru sadar, bahwa seharian ini dia melum memakan apapun. Anak itu berjalan mengikuti tuntunan tangan Yu Jin, sampai Yu Jin melewati sekelompok gadis-gadis. Li Lin mendengar bisikan-bisikan yang tidak mengenakkan dari para gadis itu."Siapa anak laki-laki di belakang Nona Jin?""Sepertinya dia buta.""Ckck. Padahal anak lelaki itu terlihat manis, sayang dia buta."Li Lin pun tidak menghiraukan ucapan-ucapan mereka. Tiba-tiba, Yu Jin berhenti membuat posisi Li Lin selangkah lebih maju ke depan. Yu Jin mengeratkan genggaman Li Lin dan sedikit menariknya ke belakang. Dari tindakan Yu Jin, Li Lin memahami bahwa gadis itu memintanya untuk mundur."Ada apa, Yu Jin? Mengapa kau tiba-tiba berhenti?" tanya Li Lin.Yu Jin terdiam. Li Lin mendengar suara geratan giginya, lalu gadis itu berkata, "Minggir!"Li Lin pikir, kata itu tidak ditunjukkan padanya. Mungkinkah ada seseorang di hadapannya? Anak itu pun memfokuskan pendengarannya di sekelilingnya. Kemudian, merasakan ada beberapa hembusan napas di hadapan Yu Jin."Seorang gadis seumuranmu bersama kelompoknya, menutup jalan menghadang kalian. Keadaan ini membuat Yu Jin kesal. Kau bisa meminjam mataku untuk melihat dengan menyatukan ragamu dan rohku. Akan tetapi, setelah kita bersatu, kau harus segera mencari suatu benda sebagai pengikat yang bisa kau pakai setiap saat di bagian matamu. Dan benda itu harus terbuat dari batu spiritual. Jika tidak, kau hanya bisa meminjam mataku ketika aku mengendalikanmu," kata Suluh dari alam bawah sadar Li Lin.Benda pengikat? Hmm. Benda apa yang bisa diletakan pada bagian mata setiap saat? Pikir Li Lin.Sementara itu, gadis yang menghadang Yu Jin pun berkata, "Aku merasa heran denganmu, Nona Jin. Kau menolak untuk berteman denganku dan lebih memilih anak buta ini?" Gadis itu menunjuk Li Lin. Gadis itu adalah Hua Wei, anak ketiga Pemimpin Keluarga Wei. Di belakangnya ada tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan yang selalu mengiringinya. Keempat anak yang selalu mengikutinya itu, sangat membuat Yu Jin muak
"Awas!" ucap Li Lin mengulurkan tangannya di depan Yu Jin.Dia bergerak menyamping dan sedikit mendorong Yu Jin untuk menghindari serangan itu. Insting dan pendengaran Li Lin yang peka terhadap suara, sangat mempermudah anak itu untuk mengetahui posisi Yu Jin.Aliran angin pada lesatan tinju tersebut, membuat Li Lin menyadari bahwa tangan Feng Ji saat ini sedang berada di depan wajahnya. Anak itu pun bergerak cepat mencengkeram tangan Feng Ji, lalu menarik dan membantingnya dengan sekuat tenaga.Buagh!Aksi Li Lin mulai membuat orang-orang di sekelilingnya menjadi heboh. Mereka saling berbisik satu sama lain."Wah! Aku tidak menyangka bahwa anak buta itu ternyata memiliki kemampuan.""Lumayan. Tapi, apakah dia bisa mengalahkan Senior Feng?""Kekuatan Senior Feng tidak bisa diremehkan. Aku pikir, dia hanya lengah dan kurang waspada.""Benar. Bahkan kekuatannya telah mendapat pengakuan dari pemimpin. Mana mungkin Senior Feng dapat dikalahkan dengan mudah."Feng Ji tidak pernah menduga b
Kraaank!Satu tebasan pedang kayu, berhasil mematahkan pedang besi milik Feng Ji. Feng Ji sangat tercengang dengan situasi saat ini.Ba-bagaimana bisa? Bukankah tadi anak buta ini masih tertunduk merintih kesakitan? Pikirnya.Feng Ji tiba-tiba melihat Li Lin berdiri tegak tanpa goyah. Dia bahkan dengan percaya diri menebas pedang besinya menggunakan pedang kayu itu. Feng Ji akhirnya menyadari sesuatu yang aneh terjadi dalam diri Li Lin. Mata anak itu memancarkan sinar berwarna biru di lubang matanya yang menghitam.Apakah ini adalah aura roh pedang miliknya? Aura ini sangat menekan sampai membuat badanku merinding. Feng Ji sedikit bergidik sembari melangkah mundur dengan memegangi pedang besinya yang patah. Pemuda itu bahkan tak lagi merasakan kehadiran roh pedang miliknya."Tanpa pedang, apakah seseorang ahli seni pedang masih bisa bertarung?" ucap Li Lin dengan tatapan kosong.Bruuuk!Feng Ji menjatuhkan lututnya ke tanah dan berkata sembari menudukkan kepalanya, "Aku mengaku kalah!
Peringatan? Sepertinya tidak mungkin. Baik Mu Bai ataupun pria bertopeng itu, tidak ada yang mengetahui keberadaanku. Batin Li Lin. Mungkinkah Tuan Jin sedang mengujiku? Di pagi buta begini? Bahkan suara jangkrik masih terdengar saling bersahutan.Sreeek!Suara injakan dedaunan kering, membuat Li Lin sadar, bahwa ada seseorang berada di halaman penginapan."Kau bisa keluar untuk mengeceknya. Aku akan melihat siapa orang itu," kata roh pedang kayu.Li Lin pun berjalan menuju pintu kamar dengan membawa pedang kayunya. Ketika dia membuka pintu tersebut, anak itu merasakan suara lesatan angin yang cukup kencang di hadapannya."Ada banyak pedang menyambutmu," ujar Suluh mengabarkan bahwa di hadapan Li Lin saat ini banyak lesatan pedang menuju ke arahnya.Whuuuuuus!Syuuut syuuut syuuut!Secara reflek, Li Lin mengayunkan pedangnya sembari melangkah maju untuk menangkis lesatan pedang-pedang tersebut. Setelah dia berhasil menaklukan semua pedang itu, datang lagi sebuah pedang meluncur ke ara
"Ka-kau! Roh dari pedang kayu yang tampak lapuk itu?" tanya roh pedang perak bergidik."Kalau bukan, siapa lagi yang bisa membatu anak kecil yang buta ini?" jawab Suluh. "Jadi, kau mau mati di tanganku, atau lenyap di tangan tuanmu?""Apa! Grrrr .... Kau pikir, kau bisa mengalahkanku dengan mudah!"Mereka pun, bertarung di alam bawah sadar Li Lin. Suluh membelenggu jiwa Li Lin untuk melindunginya dari serangan apapun, sekaligus agar Suluh sendiri bisa mengendalikan tubuh anak itu lebih leluasa. Hingga akhirnya, roh pedang kayu itu berhasil menendang keluar gumpalan roh pedang perak dari alam bawah sadar Li Lin kembali ke asalnya, yaitu pedang perak bermata hitam.Bruuuuk!Pedang perak itu terjatuh ke tanah. Kemudian, Suluh melepas jiwa Li Lin dan menyadarkannya kembali.Anak ini, memiliki bakat yang luar biasa. Dia mampu menutupi kekurangannya dengan kelebihannya. Batin Fu Jin menatap Li Lin dengan serius."Tak disangka, aku menemukan harta karun di pasar perbudakkan. Mulai saat ini, k
Suara gong berbunyi menandakan dimulainya pertandingan."Aku sangat penasaran. Bagaimana bisa Guru Fu mengangkatmu menjadi muridnya? Meskipun kau buta, aku rasa, kau pasti bukan orang yang mudah dihadapi," ucap Xiao Long Zi."Anda terlalu melebihkanku, Senior. Aku hanya beruntung karena dekat dengan Yu Jin.""Yah ... itu memang suatu keberuntungan. Tapi, Guru Fu sangat jeli dalam memilih seorang murid. Ayahku bahkan pernah mengajukanku untuk menjadi muridnya, tapi aku gagal saat diuji olehnya. Jadi, aku sangat ingin tahu, bagaimana kau bisa melewati ujian yang sulit itu. Di pertarungan ini, aku tidak akan berbelas kasih kepadamu! Rasakan ini! Formasi pedang matahari!"Xiao Long Zi merentangkan kedua tangannya. Pedang merah milik pemuda itu melayang di belakang kepala. Kemudian, pedang itu mengeluarkan cahaya membentuk lingkaran seperti matahari di belakang Xiao Long Zi."Lesatan seribu pedang matahari!"Xiao Long Zi menggerakkan tangannya ke atas, lalu menyatukan keduanya di depan dad
"Sekarang, aku akan mengeluarkan kekuatan yang dahsyat. Bersiaplah untuk bertahan!" ucap sang roh pedang kayu.Li Lin mengangguk sebagai isyarat bahwa dia sudah siap. Di saat keduanya saling menggertak mengerahkan seluruh kekuatan, tiba-tiba sang pedang kayu memancarkan cahaya biru keunguan yang sangat pekat. Cahaya itu masuk menyerap ke pori-pori tubuh Xiao Long Zi menusuk-nusuk tubuhnya, hingga organ dalamnya terluka dan memuntahkan banyak darah.Setelah kekuatan Xiao Long Zi melemah, dia bahkan sudah tidak sanggup lagi memegang pedang. Pedang merahnya kembali ke bentuk semula dan dia terdorong mundur hingga keluar arena.Sraaaaaaaaaaak!Bruuuk!Hempasannya cukup keras ditambah organ dalamnya yang sudah terluka. Xiao Long Zi terkapar tak sanggup lagi untuk bangkit."A-ku ... me-nye-rah!" ucapnya terbata-bata.Fu Jin turun ke arena dan mengangkat tangan Li Lin seraya berkata, "Pertandingan ini dimenangkan oleh Jin Li!"Tidak hanya mendapatkan izin dari sang guru, Li Lin bahkan mendap
Tubuh Li Lin dalam kendali sang roh pedang kayu, berlari cepat dengan gerakan kilat mengejar anak lelaki itu. Dalam sekejap, Li Lin berhasil menyusul dan menghadangnya. Kehadiran Li Lin yang tiba-tiba, membuat anak lelaki itu tersentak dan segera menghentikan langkahnya."Serahkan batu spiritual itu!" Li Lin mengayunkan pedang kayunya menebas anak lelaki itu. Matanya menyala biru menandakan dia masih berada dalam kendali Suluh.Anak itu melompat mundur untuk menghindar. Namun, pedang kayu berhasil menggores dadanya hingga mengeluarkan tetesan darah. Ketika Suluh menggerakkan tangan Li Lin dan berniat membunuh si anak laki-laki dengan mengarahkan mata pedang ke arahnya, kesadaran Li Lin berhasil menahan gerakan roh pedang kayu itu ."Cukup! Kita tidak harus membunuhnya, kan? Biarkan aku yang memintanya secara baik-baik," ucap Li Lin."Heh! Kau tidak tahu bahwa batu spiritual itu sangat berharga baginya. Cara tercepat untuk mendapatkannya adalah dengan membunuh anak itu!" timpal sang roh
Saat itu juga, Li Lin datang menarik tangan Ampy Ang agar terhindar dari serangan sang pedang iblis. Namun, asap gelap masih mencekik gadis itu bahkan masuk ke mulutnya hingga ke bagian dalam tubuhnya."Ampy Ang, tubuhmu!" Sorot mata kekhawatiran Li Lin menunjukan rasa takut akan kehilangan gadis itu."Tak apa, aku bisa menahannya. Ugh!" Ampy Ang merintih."Apa yang harus kulakukan untukmu?" "Cepat lakukan penggabungan denganku dan bunuh makhluk itu! Asap gelap ini akan hilang dengan sendirinya ketika inangnya telah lenyap.""Penggabungan?""Ikuti aku! Uhuk!" Ampy Ang memuntahkan darah. "Jangan pedulikan aku, dan fokuslah! Jika kau tidak ingin terjadi sesuatu denganku, setelah penggabungan ini, kau harus cepat membunuhnya. Setelah dia mati, aku akan baik-baik saja."Li Lin tak bisa berbuat apapun kecuali hanya bisa menuruti Ampy Ang. Tidak ada pilihan lain dan tidak ada yang lebih penting selain keselamatannya.Telapak tangan kanan Li Lin bertautan dengan telapak tangan kiri Ampy Ang.
Ampy Ang beradu kekuatan dengan sang pedang kayu menggunakan telunjuk halilintarnya. Saat ia sedang disibukkan dengan sang pedang kayu, pedang karang melesat menembus pertahanannya. Namun, untungnya aksi pedang karang tersebut berhasil dihalau oleh Li Lin tepat waktu."Ha ha ha! Aku akui, kekuatanmu memang berkembang sangat pesat, gadis kecil. Tetapi lelaki di sampingmu, bukankah dia hanya akan menjadi bebanmu? Dia bukanlah siapapun tanpa diriku. Siapa lagi yang kau harapkan? Kakakmu? Meskipun dia sudah membereskan orang-orang di Akademi Jianshu, Master King sudah mengerahkan pasukan siluman ular putih untuk menyerang Kerajaan Wong, apa kau pikir dia akan datang membantumu, atau pergi ke Kerajaan Wong? Hahaha!"Ampy Ang sangat tercengang dengan pernyataan yang dilontarkan oleh sang roh pedang kayu. Begitu pula dengan Li Lin. Anak itu tak bisa berkata-kata."Maafkan aku, Ampy Ang," bisik Li Lin menautkan punggungnya berdempetan dengan punggung gadis itu."Jangan dengarkan ocehannya! Me
"Kemarilah, sayang! Dekap aku, manjakan aku!" ajak Yu Jin menarik lengan Li Lin ke sebuah dipan yang penuh hiasan bunga mawar dan melati.Hari menjelang malam, malam yang begitu indah, tiba-tiba dikacaukan oleh suara genteng yang berhasil dijebol.Braak!Baru saja mereka akan memadu kasih, suara itu seketika menghentikan aktivitas mereka dan membuat mereka terperanjat."Siapa ...! Siapa yang berani mengganggu kesenanganku? Grr!!!" seru Yu Jin menggeram.Ampy Ang, muncul dari lubang genteng yang jebol. Dia melihat Li Lin tepat di bawahnya dengan hanya mengenakan celana kolor. Tanpa pikir panjang, Ampy Ang bergelantungan meraih rambut pemuda itu. Setelah mendapatkannya, ia mencengkeram kuat, lalu melemparnya ke atas hingga menembus genteng.Braak!"Oh, ini sangat bagus untuk melampiaskan kekesalanku!" gumam Ampy Ang. Kemudian dia menyusulnya dan melihat, ke mana pemuda itu mendarat.Yu Jin mengikuti gadis itu tak membiarkan kekasihnya dibawa pergi begitu saja. Lagi-lagi, Ampy Ang mencen
Dua tahun yang di lalui Ampy Ang tanpa kabar,di Kerajaan Wong, dia mendapati Kakaknya sedang kalang kabut menghadapi keadaan Tu Lung Dong yang tiba-tiba menjadi sangat kritis. Sepeninggalnya menghadapi perang melawan Kerajaan Ye, Renggin Ang menyerahkan tanggung jawab pertumbuhan dan pemasokan buah avoka kepada Singka Wang.Sedikit kelalaian Singka Wang, berakibat fatal bahkan mengancam nyawa Tu Lung Dong. Dia terlambat satu menit memberi pupuk pohon avoka, sehingga membuat kematangan buah terlambat.Satu detik keterlambatan mengkonsumsi buah avoka, maka racun dingin dalam tubuh Tu Lung Dong akan menyebar satu ruas jari mendekati jantungnya. Sekarang, hanya sisa satu titik bagian jantungnya yang sama sekali belum terkontaminasi oleh racun.Renggin Ang dan ibunya terus menekan racun itu. Namun, racun itu semakin ganas dan tidak kunjung berkurang.Andai saja Tu Lung Dong masih memiliki walau hanya sedikit tenaga, masalah akan terselesaikan. Namun, pria itu sama sekali tak berdaya. Jang
Di dalam akademi, tiba-tiba seorang tetua berkoar-koar mengatakan bahwa seorang murid bernama Meili Fang menghilang. Dia meminta semua muridnya berkumpul di halaman akademi dan memerintahkan mereka untuk mencari Meili Fang dalam keadaan hidup ataupun mati.Pendengaran Li Lin semakin tajam. Jauh di belakang akademi, dia mendengar suara pertarungan. Yaitu pertarungan Ai Lang dan hewan spiritual harimau hutan.Ketika semua murid dibubarkan untuk mencari Meili Fang, anak itu langsung bergegas pergi ke belakang akademi. Sebelah matanya melihat Ampy Ang sedang mematung menghadapi seorang gadis berbaju merah. Tak disangka, semakin lama semakin banyak binatang buas yang mendekati mereka.Li Lin pun datang membantu Ai Lang menyingkirkan binatang-binatang itu. Dia mengetahui bahwa kedua gadis itu sedang beradu kekuatan mental.Tiba-tiba, keduanya tumbang. Li Lin hanya menangkap tubuh Ampy Ang dan membiarkan gadis berbaju merah itu terjatuh ke tanah."Hei! Ampy Ang! Apa yang terjadi denganmu?"Sa
Beberapa waktu yang lalu sebelumnya, di pusat pemerintahan Kerajaan Zuqin yaitu Istana Kerajaan Zu. Li Lin, Ampy Ang, Yang Zu, dan Xue An Qin tidak ikut bersama rombongan mengiringi pemimpin baru, sedangkan Renggin Ang dan ibunya sudah kembali ke Kerajaan Wong usai pesta pernikahan. Ketika makan siang, mereka mengobrol bersama di ruang tengah."Kapan kau akan kembali ke Perguruan Jianshu?" tanya Ampy Ang kepada Li Lin."Secepatnya! Mungkin besok, atau nanti malam," jawabnya."Bukankah itu terlalu cepat, Kakak Lin?" ujar Xue An Qin tampak sedikit resah."Ya. Bagaimanapun juga, aku harus menunggu Senior Xing dan Paman Hun untuk berpamitan," timpal Li Lin. Anak itu pun melihat kegelisahan sepupunya dan bertanya, "Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?""Semalam, saat aku melamun, tiba-tiba aku terbayang, bahwa ada suatu tempat di salah satu wilayah bekas Kerajaan Ye, sedang mengalami kesulitan pangan. Banyak dari mereka mati kelaparan. Tempat yang mereka tinggali sangat tandus dan
"Ayo kita bawa keluar dulu! Di sini terlalu gelap."Ampy Ang mengangguk dan segera menghancurkan rantai yang membelenggu tangan Xing Zu. Kemudian, Meriy Ang membopong gadis yang tak bardaya itu keluar dari ruang bawah tanah dan Ampy Ang pun mengikutinya.Di saat yang sama, Sina Hun sudah hampir mengalahkan Pangeran Zhan Ye. Pangeran itu meringkuk lemas dan gemetar."Paman, Ayo keluar! Ruangan ini akan runtuh!" seru Ampy Ang sembari menjebol bagian atas ruangan itu hingga tampak cahaya permukaan.Mengambil jalan biasa yang mereka lalui saat masuk sangat membuang waktu. Mereka pun segera keluar dari ruang bawah tanah itu, sedangkan Pangeran Zhan Ye mati tertimbun tanah.Saat ini, mereka tampak sedang berada di halaman belakang istana. Meriy Ang kembali memeriksa keadaan Xing Zu. Dia belum bisa memulihkan keadaannya karena pil yang ia berikan masih tersangkut di bagian leher."Bagaimana keadaannya, Kakak?" tanya Sina Hun tampak khawatir."Kita lihat setelah aku mencabut jarum itu!" jawab
"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Master Yu. Dan aku berlepas diri terhadap semua master dari Benua Yu. Tapi, dengan adanya mereka, aku benar-benar diuntungkan. Karena mereka berhasil membunuh Seta Hun. Sebelum ibumu bertemu dengan pria itu, aku lah orang yang lebih dulu jatuh cinta pada ibumu. Jika kau mengizinkanku untuk menikahinya, aku akan dengan senang hati menganggapmu dan adikmu sebagai anak kebanggaanku," ujar Master King."Menikahi ibuku? Ha ha ha! Jangan harap kau bisa menyentuhnya walau hanya sekejap mata!" Salah satu klon Renggin Ang muncul di hadapan pria itu dan mencekik lehernya dengan kuat.Namun, pria itu tampak kokoh. Dia mampu menahan cekikan itu bahkan tanpa suara rintihan. Sorot matanya begitu lekat. Dia memutar bola matanya dari ujung kiri ke kanan.Tiba-tiba ...Syuuut syuuut syuuut!Pedang-pedang berdatangan dari arah yang tak disangka-sangka menembus klon-klon Renggin Ang.Poof! Poof! Poof!Satu per satu dari mereka lenyap. Master King meraih salah s
Di wilayah kekuasaan Keluarga Ang, Xue An Qin dan Yang Zu menceritakan apa yang mereka alami. Gadis itu juga menceritakan perihal mimpinya tentang seorang pria misterius yang mengejarnya beberapa waktu lalu.Mendengar hal tersebut, Meriy Ang memahami situasi mereka. Anak-anaknya pun pernah mengalami situasi pahit semacam ini. Dimana mereka harus berjuang dan menjadi kuat untuk membalas pengorbanan orang tua mereka."Ibu, tidakkah kita memiliki cara untuk membantu An Qin?" celetuk Ampy Ang."Hmm ... mungkin kita bisa pergi ke Kerajaan Wong dan membicarakan ini dengan kakakmu," sahut Shen Tie Er menanggapi."Benar. Ayo pergi ke sana dan bicarakan masalah ini dengan kakakmu!" Meriy Ang memanggil sang elang hitam dan menjadikannya sebagai kendaraan mereka menuju Kerajaan Wong.Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Sina Hun. Lelaki itu pun ikut serta bersama mereka.Sesampainya di Kerajaan Wong, mereka melihat Renggin Ang sedang sibuk mengurusi banyak orang. Xue An Qin dan Yang Zu me